KERAJAAN SUNDA. Ketua Tim Peneliti: Prof.Dr. Hj. Nina Herlina Lubis, M.S. (sejarawan) Anggota:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB III METODE PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. Kunjungan dilakukan pada hari Sabtu tanggal 12 Maret tahun 2011, hari

Prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja

BAB I PENDAHULUAN. Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat. pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran.

SITUS ASTANA GEDE KAWALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR BAGI MAHASISWA SEJARAH (Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Sejarah Universitas Padjadjaran)

Eksplorasi Tinggalan Batu Besar di Lereng Ciremai

NASKAH AKADEMIS PENENTUAN HARI JADI DAN LAMBANG KABUPATEN PANGANDARAN

SEJARAH BANTEN; MEMBANGUN TRADISI DAN PERADABAN


BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Cagar Budaya Candi Cangkuang

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah

CIUNG WANARA SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA DI DESA KARANGKAMULYAN KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS. H. Nandag Hendriawan 1 Novi Nurcahyani 2

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

TINJAUAN VISUAL AKSARA PADA PRASASTI BATU TULIS BOGOR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Definisi kata kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

Beberapa Temuan Penting di Komplek Percandian Batujaya a. Votive Tablet Votive tablet yang ditemukan ini seluruhnya dalam kondisis fragmentaris.

Yeni Wijayanti. Universitas Galuh Ciamis Jalan R.E. Martadinata Nomor 150 Ciamis

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

BAB II AKSARA DAN PRASASTI

KOMPLEK PERCANDIAN BATUJAYA TEMPAT LAHIRNYA PERADABAN DI TATAR SUNDA. Oleh Agustijanto I.S.S.

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 18 /KPTS/013/2015 TENTANG

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat. hiasan Matahari dengan Kalimah Toyyibah, nisan ini merupakan

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2016 KAJIAN BENTUK D AN MAKNA KERIS ARTEFAK PUSAKA SITUS MAKAM PANJANG KARAWANG

87 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun pertama masehi, Lampung telah dihuni oleh manusia. Hal ini dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

BAB I PENDAHULUAN. dan situs sejarah adalah Situ Lengkong yang berada di desa Panjalu, Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah

KEANEKARAGAMAN HAYATI SEBAGAI SUMBER BAHAN PANGAN DALAM PERSPEKTIF KULTUR RELIGIUS MASYARAKAT SUNDA. Ana

BAB VI KESIMPULAN. Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan. beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT,

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Foto & Cerita dari Hulu SUNGAI CITARUM Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

CIAMIS ATAU GALUH MAKALAH

Kutai Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

ANALISA SITUS GUNUNG PADANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

MAKALAH PENEMUAN SITUS GUNUNG PADANG. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SITUS MEGALITIKUM GUNUNG PADANG

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE KAWALI. A. Hasil Penelitian Artefak Astana Gede Kawali

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

Transkripsi:

KERAJAAN SUNDA Ketua Tim Peneliti: Prof.Dr. Hj. Nina Herlina Lubis, M.S. (sejarawan) Anggota: Etty Saringendianty, Dra., M.Hum (arkeolog) DR. Undang Ahmad Darsa, M.Hum (filolog) Miftahul Falah, S.S., M.Hum (sejarawan) Budimansyah, S.T. (arsitek)

SAMBUTAN BUPATI PURWAKARTA Sampurasun. Setiap manusia lahir, tumbuh dan berkembang menapakkan jejak sejarah yang memiliki konstribusi terhadap pembentukan peradaban kehidupan. Sunda merupakan wilayah, ruh dan jalan yang telah menorehkan laku lampah dalam tinta kehidupan peradaban Nusantara. Pemahaman sejarah tentang Sunda baik dilihat dari sisi ajaran atau keyakinan yang melahirkan pranata kehidupan sosial dalam sistem ketatanegaraan dari masa ke masa selama ini dipahami lebih banyak pada aspek yang bersifat mitologi yang cukup kuat mengakar dalam keyakinan generasinya. Siliwangi sebagai simbol keadiluhungan orang Sunda telah lahir membentuk sistem ajaran budaya politik dan budaya sosial dalam kehidupan masyarakat Sunda. Sedangkan sosok Siliwangi itu sendiri sampai saat ini masyarakat belum bisa mengidentifikasi secara faktual karena lemahnya penelitian yang dilakukan oleh elit Sunda itu sendiri. Semua kebutuhan dalam menapaki masa depan orang Sunda untuk melakukan kontemplasi tentang sejarah dan peradaban leluhur sehingga diharapkan mampu melakukan pencerahan terhadap tata pikir dan tata sikap bagi generasi muda untuk menorehkan sejarah baru dalam percaturan kebangsaan bahkan percaturan tata dunia baru. Penelitian yang didasarkan pada nilai-nilai objektivitas merupakan keharusan agar sejarah kesundaan menjadi nalar rasional yang bersifat akademik yang dapat dijadikan pedoman bagi tesis intelektual. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M.S. dan kawan-kawan dari Yayasan Masyarakat Sejarawan ii

Indonesia Cabang Jawa Barat bekerjasama dengan MGMP Sejarah Kabupaten Purwakarta adalah sebuah ikhtiar akademik menjelmakan sejarah peradaban Sunda dalam tekstualisasi yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga memberikan kontribusi bagi khazanah tentang kejayaan Kerajaan Nusantara. Tekstualisasi sejarah akademik merupakan salah satu rujukan bagi kita sebagai orang Sunda untuk melakukan perenungan terhadap peradaban leluhur kita, baik yang mengalami keunggulan maupun yang mengalami kegagalan. Konsepsi akademik lahir dan berkembang dari khazanah intelektual yang merupakan tonggak pemikiran terstruktur yang sistem bekerjanya dibatasi oleh ruang gerak dan waktu. Sebagai makhluk yang memiliki kekayaan kita memiliki dimensi rasa yang merasakan seluruh energi pada masa lalu melalui kekuatan intuisi yang bersifat subjektif. Intuisi tentang sejarah keberadaban leluhur Sunda dapat juga kita rasakan melalui getaran batin yang kita miliki dengan upaya tirakat yang diajarkan oleh leluhur kita. Ruh kesundaan sebagai nilai dan sistem keyakinan akan tetap hidup dalam relung hati Sunda yang memiliki spirit untuk menghadirkan seluruh nilai itu dalam watak kekinian, sehingga ruh Pajajaran tetap ada dalam dinamika kehidupan orang Jawa Barat dan Banten pada saat ini. Menata kehidupan masa depan dengan menghilangkan jejak masa lalu adalah sebuah kesia-siaan karena kita akan menapaki sebuah masa bangkong dikongkorong kujang, ka cai mawa cameti. Seluruh kegundahan itu tercermin dalam sebuah lirik yang saya tulis dalam bahasa Sunda: iii

Gandrung Lembur Panineungan Ki Belang Depa Nyérangkeun Incu Turun Muru Pulang Galunggung Kungsi Nangtukeun Naga Opat Puluh Rupa Séba Raga Séba Rasa Kanekes Kalakay Poé Béwara Terah Ki Sunda Teu Karérét Teu Karampa Leungit Tinggaleun Bukuna Élmu Tangtu Teu Tinemu Bagja Teu Pernah Karampa Peuting Leungiteun Impian Beurang Dahan Ngarangrangan Nangtung Tunggul Teu Sirungan Ngampar Tangkal Teu Akaran Leungiteun Tujuh Tampian Suci Ilang Dangiang Lamping Gawir Tumbal Éndah Ngahiang Nunda Kamelang iv

Muru Alas Ngababakan Ngampar Lemah Sajajaran Suling Nalikeun Pépéling Kacapi Simpay Kawening Sibungsu Manggih Canoli Tarawangsa Mawa Béja Sérén Taun Mendak Bulan Sancang Nyanding Kalarangan Gumuruh Lururung Tujuh Ajeg Lembur Pangauban Kerinduan kita pada masa lalu, sesungguhnya harapan kita untuk membangun masa depan. Cag. Salam Baktos, Kang Dedi Mulyadi v

KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil aalamiin. Puji syukur ke hadirat Illahi rabbi, bahwa pada akhirnya kami dapat menyelesaikan buku Sejarah Kerajaan Sunda ini, meskipun masih jauh dari sempurna. Sampai hari ini, penelitian tentang Kerajaan Sunda tetap dilakukan para pakar, baik sejarawan, arkeolog maupun filolog. Namun penelitian tersebut dilakukan secara fragmentaris berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itulah, kami mencoba melaksanakan penelitian gabungan yang bersifat mutidimensi, yaitu dari kaca mata ilmu sejarah, arkeologi, filologi, dan arsitektur. Peran arkeolog yaitu untuk membantu sejarawan dalam menganalisis temuan-temuan arkeologis terkait Kerajaan Sunda, filolog membantu sejarawan dalam membaca sumber-sumber sejarah terkait Kerajaan Sunda dalam bentuk naskah, dan arsitek membantu sejarawan dalam membuat pemetaan rekonstruksi lokasi-lokasi situs tinggalan Kerajaan Sunda. Membuat penulisan hasil penelitian tentang Kerajaan Sunda, tidaklah mudah, terutama karena terbatasnya sumber-sumber primer sehingga proses koroborasi, yaitu pendukungan satu data dengan data lain dari sumber-sumber sejarah yang tidak berkait kepentingan, tidak mudah dilakukan. Namun, dengan bantuan ilmu-ilmu arkeologi, filologi dan arsitektur, kami berusaha melakukan rekonstruksi imaginatif historis. Metode sejarah kritis yang kami pergunakan memaksa kami hanya memilih sumber-sumber yang memiliki kredibilitas tinggi sehingga naskah-naskah yang meski memiliki kelengkapan data, tidak kami vi

pergunakan karena kredibilitasnya tidak dapat kami pertanggungjawabkan secara akademis. Penelitian ini kami lakukan dengan dana yang sepenuhnya ditanggung oleh Bapak DR. H. Deddy Mulyadi, Bupati Purwakarta. Oleh karena itu, sudah selayaknya, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beliau, yang tanpa pamrih, mendukung penelitian ini. Semoga amal budi baik Bapak Bupati mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amiin Ya Robbal alamiin. Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada para informan di Bogor dan di Ciamis, yang telah membantu memberikan informasi terkait Kerajaan Sunda. Ucapan terima kasih kami sampikan juga kepada berbagai pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Akhirulkata, kami persembahkan buku yang masih jauh dari sempurna ini, semoga dapat memenuhi keingintahuan para pembaca dan kami tunggu sumbang saran pemikiran serta koreksi untuk penelitian lebih lanjut. Ketua Tim Peneliti vii

DAFTAR ISI Hlm SAMBUTAN BUPATI PURWAKARTA... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR FOTO... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II SUMBER-SUMBER SEJARAH TERTULIS... 10 A.Prasasti... 12 a. Prasasti yang berasal dari Tatar Sunda... 12 b. Prasasti yang berasal dari Luar Tatar Sunda... 26 B.Naskah... 28 C.Berita Asing... 51 BAB III TINGGALAN ARKEOLOGIS A.Candi... 56 B.Punden Berundak dan Altar... 75 C. Artefak dan Temuan Lain... 151 BAB IV KERATON, KEKUASAAN, DAN BIROKRASI... 160 A. Keraton Pakuan Pajajaran... 160 B. Keraton Galuh Pakuan... 211 C. Konsep Pembagian Kekuasaan... 252 D. Birokrasi... 257 BAB V RAJA-RAJA SUNDA, PRABU SILIWANGI, AGAMA DAN BUDAYA... 263 A. Daftar Raja-Raja... 263 B. Prabu Siliwangi... 275 a. Siapakah Prabu Siliwangi... 275 b. Kehidupan Prabu Siliwangi... 278 C. Agama dan Budaya... 285 BAB VI REKONSTRUKSI KERAJAAN SUNDA... 288 viii

A. Akhir Kerajaan Sunda... 297 B. Akhir Kerajaan Galuh... 303 DAFTAR SUMBER... 302 LAMPIRAN... 311 DAFTAR FOTO ix

Hlm. Foto 1 : Prasasti Rakryan Juru Pangambat (Kebon Kopi II)... 13 Foto 2 : Prasasti Sanghyang Tapak I dan Sanghyang Tapak II... 16 Foto 3 : Prasasti Rumatak, Kabupaten Tasikmalaya... 19 Foto 4 : Sketsa Prasasti Huludayeuh... 20 Foto 5 : Prasasti Batu Tulis Tahun 1920... 21 Foto 6 : Prasasti Batu Tulis Tahun 2013... 21 Foto 7 : Salah Satu Bangunan di Padaleman Kabuyutan Ciburuy, Bayongbong, Garut... 28 Foto 8 : Benda Alat Tulis Kuno dari Kabuyutan Ciburuy... 29 Foto 9 : Jalan Menuju Lokasi Kabuyutan Ciburuy... 30 Foto 10 : Beberapa Kropak dan Bundelan Naskah Sunda Kuno... 32 Foto 11 : Naskah Carita Parahyangan... 34 Foto 12 : Naskah Fragmen Carita Parahyangan... 39 Foto 13 : Naskah Carita Ratu Pakuan... 40 Foto 14 : Naskah Bujangga Manik... 42 Foto 15 : Naskah Sang Hyang Hayu... 45 Foto 16 : Naskah Sang Hyang Raga Dewata... 46 Foto 17 : Naskah Kropak 421... 47 Foto 18 : Naskah Perjanjian Kerajaan Sunda dengan Portugis dan Padrao... 53 Foto 19 : Candi Jiwa dari Berbagai Perspektif... 58 Foto 20 : Sumur Kuna dan Lempengan Batu Besar di Candi Segaran II... 59 Foto 21 : Aneka Manik-Manik dan Bahan serta Lelehan Kaca... 60 Foto 22 : Pecahan Gerabah Arikamedu... 60 Foto 23 : Rangka dan Bekal Kubur... 61 Foto 24 : Candi Blandongan dari Berbagai Perspektif... 62 Foto 25 : Votive Tablet Terakota... 63 Hlm. x

Foto 26 : Prasasti Bata II dari Reruntuhan Candi Segaran V Bagain Depan (Recto) Fragmen Prasasti Terakota... 64 Foto 27 : Inskripsi Emas I dari Candi Segaran V... 64 Foto 28 : Prasasti Emas II dari Candi Segaran V dan Inskripsi Emas III dari Candi Segaran II... 65 Foto 29 : Arca terbuat dari Bahan Stuko... 66 Foto 30 : Arca Wisnu Cibuaya... 67 Foto 31 : Candi Lemah Duwur Lanang... 68 Foto 32 : Candi Lemah Duwur Wadon... 69 Foto 33 : Candi Bojongmenje Setelah Rekonstruksi... 70 Foto 34 : Candi Cangkuang, Garut... 70 Foto 35 : Yoni di Rereuntuhan Candi Indhiang... 71 Foto 36 : Candi Rajagwesi, Banjar, Ciamis... 72 Foto 37 : Altar-Altar Candi Pananjung dan Arca Nadi serta Yoni di Pananjung (Pangandaran)... 73 Foto 38 : Arca Nandi dari Candi Ronggeng... 74 Foto 39 : Situs Susukan, Kec. Ciawigebang, Kuningan... 75 Foto 40 : Situs Ciarca, Kuningan... 75 Foto 41 : Lingkungan Alam Lebak Cibedug dilihat dari Sisi Barat... 76 Foto 42 : Situs Megalitik Lebak Cibedug dan Tangga Masuk Situs... 77 Foto 43 : Sketsa Punden Berundak Lebak Cibedug... 78 Foto 44 : Situs Megalit Gunung Padang, Cianjur... 81 Foto 45 : Teras Teratas Bangunan Teras Berundak Gunung Tampomas, Cimalaka, Sumedang... 82 Foto 46 : Sandung, Bangunan Teras Berundak Gunung Tampomas, Cimalaka, Sumedang... 82 Foto 47 : Salah Satu Teras Berundak Gunung Tampomas... 83 Foto 48 : Lingga pada Makam Lembu Agung dan Makam Prabu Haji Putih di Darmaraja, Sumedang... 84 Hlm. xi

Foto 49 : Dugaan Lokasi Kerajaan Tembong Agung... 85 Foto 50 : Makam Prabu Tajimalela dan Salah Menhir di Situs Gunung Lingga, Sumedang... 86 Foto 51 : Lokasi dan Lingkungan Geografi Gunung Bitung... 87 Foto 52 : Empat Undakan Pertama Menuju Puncak Gunung Bitung... 88 Foto 53 : Puncak Gunung Bitung (Undakan Kelima-Ketujuh)... 88 Foto 54 : Makam Kyai Puter Jagat (Pengawal Raden Panglurah)... 89 Foto 55 : Cungkup dan Makam Kyai Batara Babar Buana dan Kyai Jamparing Jagat, Murid Raden Panglurah... 89 Foto 56 : Sisa-Sisa Batu Bekas Struktur Batu di Teras Ketujuh... 90 Foto 57 : Batu Patapaan Petilasan R. Panglurah dan Kyai Jaga Lawang... 91 Foto 58 : Cikahuripan di Gunung Bitung... 91 Foto 59 : Peta Lokasi Gunung Bitung... 92 Foto 60 : Batu Tegak dan Ritual Mandi di Situ Sanghyang... 96 Foto 61 : Tinggalan Arkeologis Kerajaan Talaga... 96 Foto 62 : Pintu Masuk dan Bangunan Utama Situs Pajajar, Rajagaluh... 97 Foto 63 : Lingkungan dan Batu Pangcalikan/Altar di Situs Karangkamulyan... 102 Foto 64 : Sanghyang Bedil di Situs Karangkamulyan... 103 Foto 65 : Makam Adipati Panaekan di Situs Karangkamulyan... 103 Foto 66 : Panyandaan di Situs Karangkamulyan... 106 Foto 67 : Sipatahunan di Situs Karangkamulyan... 107 Foto 68 : Panyabungan Ayam di Situs Karangkamulyan... 108 Foto 69 : Kawasan Hutan Lindung dan Sketsa Bangunan Punden Berundak Gunung Padang... 112 Foto 70 : Kolam dan Cikahuripan di Situs Gunung Padang, Ciamis... 113 Foto 71 : Jalan Masuk (Tangga) ke Punden Berundak Situs Gunung Padang, Ciamis... 114 Foto 72 : Teras Teratasdan Batu Pangcalikan Situs Gunung Padang, Ciamis... 115 Hlm. xii

Foto 73 : Makam Pengikut Eyang Galuh... 115 Foto 74 : Situasi Kompleks Situs Astana Gede, Kawali... 118 Foto 75 : Sketsa Kompleks Situs Gunung Susuru... 121 Foto 76 : Sungai Cimuntur dan Sungai Cilueur... 121 Foto 77 : Pintu Masuk Situs Bojong Susuru... 122 Foto 78 : Undakan Situs Bojong Susuru... 123 Foto 79 : Batu Patapaan 3 di Situs Bojong Susuru... 124 Foto 80 : Batu Patapaan 2 di Situs Bojong Susuru... 126 Foto 81 : Batu Patapaan 1 di Situs Bojong Susuru... 127 Foto 82 : Strukutr Bangunan Situs Gunung Susuru... 128 Foto 83 : Lingkungan Setiap Teras Situs Gunung Susuru... 129 Foto 84 : Gua Kemuning di Situs Gunung Susuru... 130 Foto 85 : Petilasan Patapaan Prabu Dimuntur (Batu Patapaan 2) di Situs Gunung Susuru... 131 Foto 86 : Pintu Masuk Patilasan Sanghyang Cipta Permana Prabu Di Galuh... 132 Foto 87 : Denah Komplek Situs Cimaragas... 133 Foto 88 : Tinggalan Arkeologis di Kompleks Situs Cimaragas... 135 Foto 89 : Makam Sanghyang Cipta Permana Prabu Di Galuh... 137 Foto 90 : Batu Endog; Tempat Persemedian Cipta Permana di Galuh Salawe... 138 Foto 91 : Makam Adipati Panaekan di Patilasan Sanghyang Cipta Permana Prabu Di Galuh... 140 Foto 92 : Batu Bergores di Kuta Kalambu... 144 Foto 93 : Makom (Patilasan) Eyang Haji Sukma Sejati Jaya Sampurna... 144 Foto 94 : Mulut dan Bagian Dalam Gua Sanghyang... 145 Foto 95 : Jalan Menuju Kuta Tandingan dari Arah Udug-Udug... 146 Foto 96 : Keraton Ghaib Prabu Siliwangi di Kuta Masigit... 148 Foto 97 : Eyang Kuwu Aris/Kuwu Arif Gede... 149 Hlm. xiii

Foto 98 : Eyang Daratan, Lautan... 150 Foto 99 : Syeikh Hasan Mukalar... 150 Foto 100 : Eyang Bagus Mascan Rayuda... 150 Foto 101 : Peta Lokasi Keraton Pakuan Pajajaran Menurut Pleyte (1910)... 161 Foto 102 : Peta Lokasi Keraton Pakwan Pajajaran berdasarkan Laporan Ekspedisi VOC... 173 Foto 103 : Lokasi Keraton Pakwan Pajajaran, Rekonstruksi Peta dari Penelitian Hasanah (2004)... 174 Foto 104 : Gang Amil dan Pintu Masuk Istana Batutulis... 175 Foto 105 : Lingkungan Gang Amil dan Rumah Tempat Penemuan Menhir.. 176 Foto 106 : Lokasi Keraton Pakwan Pajajaran, khususnya Komplek Sri Bima Menurut Saleh Danasasmita... 177 Foto 107 : Peta Sebaran Situs di Bogor... 178 Foto 108 : Alun-alun Empang... 179 Foto 109 : Kompleks Makam Mbah Kutadani... 180 Foto 110 : Prasasti Batutulis, Bogor... 181 Foto 111 : Menhir (Lingga) dan Batu Datar di dalam Cungkup Prasasti Batutulis... 183 Foto 112 : Menhir di Luar Cungkup Prasasti Batutulis... 183 Foto 113 : Arca Purwakalih di Jln. Batutulis... 184 Foto 114 : Batu Congkrang... 185 Foto 115 : Kawasan Balekambang... 186 Foto 116 : Situs Ranggapati... 187 Foto 117 : Cikahuripan di Kompleks Kebun Raya Bogor... 188 Foto 118 : Kompleks Makam Ratu Pakuan (Kebun Raya Bogor)... 189 Foto 119 : Makam Mbah Jepra; Ibu Ratu Galuh; Mbah Bahlul... 189 Foto 120 : Kompleks Makam Mbah Dalem Batutulis... 191 Foto 121 : Peta Bekas Benteng Parit Keraton Pakuan Pajajaran... 192 Foto 122 : Sisa Parit Sebelah Selatan... 192 Hlm. xiv

Foto 123 : Sisa Parit Sebelah Utara... 193 Foto 124 : Lukisan Bukit Badigul Karya Pelukis Belanda pada Pertengahan Abad ke-19... 195 Foto 125 : Bukit Badigul Tahun 1973 dan Tahun 2003... 196 Foto 126 : Rancamaya Tahun 2013; Real Estate Rancamaya dan Lapangan Golf Rancamaya... 196 Foto 127 : Mahkota Binokasih... 200 Foto 128 : Pintu Masuk dan Bangunan Utama Situs Pajajar... 204 Foto 129 : Watu Gilang di Kota Banten Lama, Serang... 205 Foto 130 : Analisis Lokasi Perdagangan Bojong Neros dan Kawasan Militer Keraton Pakwan Pajajaran... 206 Foto 131 : Peta Lokasi Lima Keraton Pajajaran... 207 Foto 132 : Lawang Saketeng, sekarang menjadi pasar... 209 Foto 133 : Kawasan Stasiun Batutulis... 210 Foto 134 : Tulisan pada Bagian Muka Prasasti Kawali I... 212 Foto 135 : Tulisan pada Bagian Tepian Prasasti Kawali I... 213 Foto 136 : Batu Bergores di Kompleks Situs Astana Gede, Kawali... 214 Foto 137 : Pembagian Zona Komplek Keraton Surawisesa... 216 Foto 138 : Situasi Kompleka Situs Astana Gede, Kawali... 217 Foto 139 : Parit Samping dan Pertemuan Parit Situs Astana Gede... 219 Foto 140 : Komplek Keraton Surawisesa... 220 Foto 141 : Lahan tertinggi Situs Astana Gede, Kawali... 221 Foto 142 : Lahan yang diperkirakan area Mayadatar... 221 Foto 143 : Cikawali... 222 Foto 144 : Lahan yang Diperkirakan Area Balekambang... 222 Foto 145 : Lahan yang diperkirakan area Sunialaya atau Sunyalaya... 223 Foto 146 : Lahan yang diperkirakan area Ganggang Hotapih... 224 Foto 147 : Lahan yang diperkirakan area Sanghyang Sumur Bandung... 224 Foto 148 : Lahan yang diperkirakan area Sanghyang Wano Datar... 225 Foto 149 : Lahan yang diperkirakan area Bumi Beunang Ngukir... 225 Hlm. xv

Foto 150 : Lahan yang diperkirakan area Bumi Beunang Ngareka... 226 Foto 151 : Lahan yang diperkirakan area Bumi Bubut... 226 Foto 152 : Lahan yang diperkirakan area Limas Kumureb... 227 Foto 153 : Lahan yang diperkirakan area Badawang Sarat... 227 Foto 154 : Lahan yang diperkirakan area Bumi Tepep... 228 Foto 155 : Lahan yang diperkirakan area Hanjung Meru dan Alun-alun Dalem Timur... 229 Foto 156 : Lahan yang diperkirakan area Tumpang Sanga... 229 Foto 157 : Lahan yang diperkirakan area Pangencayan... 230 Foto 158 : Lahan yang diperkirakan area Ruang Terbuka... 230 Foto 159 : Lahan yang diperkirakan Alun-alun Surawisesa... 231 Foto 160 : Prasasti Kawali IV (Batu Panyandungan)... 232 Foto 161 : Prasasti Kawali V (Batu Panyandaan)... 233 Foto 162 : Batu Pangeunteungan... 234 Foto 163 : Batu Jungjung atau Batu Kursi... 235 Foto 164 : Prasasti Kawali II (Nampak Depan dan Samping)... 236 Foto 165 : Prasasti Kawali VI ketika Ditemukan... 237 Foto 166 : Prasasti Kawali VI Tahun 2013... 238 Foto 167 : Prasasti Kawali III (Batu Tapak)... 239 Foto 168 : Teras tertinggi dari Punden Berundak Astana Gede, Kawali... 241 Foto 169 : Makam Pangeran Usman... 242 Foto 170 : Makam Adipati Singacala... 243 Foto 171 : Makam Eyang Cakrakusuma... 244 Foto 172 : Beberapa Makam di Area Makam Situs Astana Gede... 247 Foto 173 : Serakan batuan di Situs Astana Gede, Kawali... 248 Foto 174 : Peta Refleksi Konsep Tri Tangtu di Buana. 254 xvi

BAB I PENDAHULUAN Pada abad pertama Masehi, India meluaskan pengaruhnya melalui jalur perdagangan internasional melalui Selat Malaka hingga ke Cina. Karena pengaruh cuaca, angin yang bertiup berganti arah setiap enam bulan sekali di Khatulistiwa, membawa perahu dagang mereka ke Selatan, hingga terdampar di Pulau Jawa bagian Barat yang disebut Tatar Sunda. Akibatnya, pengaruh budaya India pun masuk ke wilayah ini. Pengaruh ini terefleksikan dalam agama Hindu dan Budha yang melahirkan tradisi berbagai unsur budaya, termasuk budaya politik dalam bentuk kerajaan. Dua kerajaan bercorak Hindu penting di Tatar Sunda yang mewarnai sejarah Indonesia adalah Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda. Kerajaan Tarumanagara merupakan kerajaan pertama di Jawa yang mendapat sentuhan budaya India pada awal abad ke-5 hingga abad ke-7 dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda hingga abad ke-16. Yang menarik, Kerajaan Sunda, meskipun eksis begitu lama, sekitar delapan abad, namun kurang dikenal secara mendalam dalam percaturan sejarah Nusantara. Dalam teks naskah lontar Fragmen Carita Parahiyangan (dalam kropak 406), bahwa di wilayah bagian barat Pulau Jawa pernah ada dua buah kerajaan yang selalu bersaing, yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda; atau yang sering pula dikenal dengan sebutan ibukotanya masing-masing, yaitu Galuh Pakwan dan Pakwan Pajajaran. Kedua kerajaan itu kadang-kadang bermusuhan, tetapi acap kali pula dipersatukan di bawah seorang maharaja. Apabila kedua 1