BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

I. PENDAHULUAN. pengeledahan, penangkapan, penahanan dan lain-lain diberi definisi dalam. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

1. Merencanakan penyelidikan Pelanggaran Hukum Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BAB I PENDAHULUAN. fungsi dan wewenang, sebagai suatu organisasi yang baik dan kuat memiliki

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan untuk menjaga dan mengawal hukum agar tetap tegak sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melihat perkembangan kepolisian dari hari ke hari memang tidak

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D Pembimbing:

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PAREPARE

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyidikan adalah merupakan kegiatan/proses yang dilakukan oleh penyidik kepada tersangka yang melakukan perbuatan pidana. Seseorang dapat dikatakan tersangka apabila seseorang tersebut telah melakukan perbuatan pidana. Perbuatan pidana tidak hanya dilakukan oleh masyarakat tetapi juga anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Anggota Polri dalam melakukan perbuatan pidana tidak hanya diproses dalam penyidikan tetapi juga disertai dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin. Langkah terbaik adalah penegakan yang dimulai dari aparat penegak hukum yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam pelaksanaan tugas maupun diluar tugas dapat ditemukan anggotanya yang melakukan tindak pidana. Permasalahannya adalah ketika anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia terlibat dalam suatu tindak pidana dan penyidiknya dari Reserse Kepolisian Negara Republik Indonesia. Hal ini sangat mempengaruhi obyektifitas penegakannya, karena dimungkinkan muncul rasa tidak tega dan rasa segan dalam keseriusan melakukan penyidikan. Penyidikan haruslah obyektif agar dapat mewujudkan suatu keadilan terhadap 1

masyarakat umum dan penyidikan tersebut dapat dijamin obyektivitasnya. 1 Obyektivitas penyidikan dapat dijamin ketika pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya memiliki profesionalitas. Profesionalitas merupakan kemampuan para anggota suatu profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. Anggota kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus memiliki kemampuan profesional. Profesional tersebut dapat dilakukan dalam proses penyidikan dengan memperhatikan tugas pokoknya masing-masing. Tugas pokok yang dimiliki Penyidik Polri harus dapat dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan profesional tanpa melihat orang yang melakukan tindak pidana dan yang akan disidik. Contoh kasus yang terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Seseorang yang berinisial MLK, warga Situmulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul menjadi korban pengeroyokan delapan orang oknum polisi lalu lintas sehingga harus rawat inap di Rumah Sakit Hidayatullah Yogyakarta. Warga tersebut sebelumnya hanya mengingatkan kepada salah satu oknum polisi tersebut agar tidak menggunakan telepon genggam saat mengendarai sepeda motor, karena dirinya hampir terjatuh dari kendaraannya. Polisi tersebut mengatakan bahwa dia tidak SMS-an hanya melihat tanda waktu yang ada di telepon genggamnya. Warga tersebut membantah karena polisi tersebut menggunakan jam tangan. Polisi tersebut marah karena bantahan dari warganya tersebut lalu warga tersebut mengancam akan melaporkan ke atasannya. Warga tersebut kemudian melapor kepada Satlantas Polres Bantul yang sedang menggelar razia kendaraan bermotor dari arah berlawanan. Polisi yang dilaporkan tersebut kemudian memegang tangan dan mendorong warga tersebut. Setelah itu sejumlah polisi juga melakukan pemukulan dari belakang sampai beberapa kali. Perwira tersebut menghentikannya setelah pemukulan tersebut terjadi dan warga tersebut pun tidak dapat menggerakkan tubuhnya lagi. 1 Suwarni, 2009, Perilaku Polisi (Studi Atas Budaya Organisasi Dan Pola Komunikasi), Nusa Media, Bandung, hlm. 1-2 2

Kasus ini merupakan gambaran penganiayaan yang dilakukan oleh anggota Polri terhadap masyarakat. Masyarakat merupakan makhluk hidup yang memiliki harkat dan martabat sehingga harkat dan martabat tersebut harus dilindungi. Penganiayaan yang dilakukan oleh anggota Polri terhadap masyarakat tersebut merupakan tindak pidana. Penyidik dapat melakukan penyidikan terhadap tindak pidana anggota Polri tersebut dan harus bertindak tegas untuk mencapai suatu keadilan tanpa memandang statusnya sebagai anggota Polri. 2 Tata cara dalam pemeriksaan penyidikan ditujukan terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana baik anggota Polri maupun masyarakat. Tata cara tersebut adalah sebagai berikut : a) Penyelidikan; b) Penindakan antara lain berupa: (1) Pemanggilan tersangka dan saksi; (2) Penangkapan; (3) Penahanan; (4) Penggeledahan; (5) Penyitaan; c) Pemeriksaan; d) Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara 2 http://jogja.polri.go.id/pengaduan/7850.html 3

e) Penghentian penyidikan. 3 Tata cara di atas dilakukan oleh Penyidik/ Penyidik Pembantu yaitu Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (Reserse) atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Penyidik/Penyidik Pembantu harus berlaku obyektif dalam melakukan penyidikan agar tercipta suatu keadilan bagi tersangka. Penyidik/Penyidik Pembantu harus dapat melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan lafal sumpah yang diucapkan sebelum diangkat menjadi anggota Polri. Sumpah yang diucapkan harus dipertanggungjawabkan dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, karena berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 setelah amandemen Pasal 30 ayat (4) memberikan penjelasan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum. Ukuran keberhasilan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku pemegang profesi kepolisian dalam menjalankan profesinya harus didasarkan pada keahlian dan kemahirannya yang dapat menciptakan atau mewujudkan rasa aman dan tertib dalam kehidupan masyarakat, mampu memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat, dan mampu menegakkan hukum secara benar dan adil. 4 3 Himpunan Bujuklak, Bujuklap, Bujukmin Proses Penyidikan Tindak Pidana, Jakarta, hlm. 11-29 4 Sadjijono, 2008, Polri Dalam Perkembangan Hukum di Indonesia, Laksbang Pressindo, Yogyakarta, hlm 124 4

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menganggap penting untuk mengangkat masalah tersebut sebagai bahan penulisan hukum dengan judul: OBYEKTIVITAS PENYIDIKAN TERHADAP ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEBAGAI TERSANGKA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah obyektivitas penyidikan terhadap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai tersangka? 2. Hambatan apa sajakah yang muncul dalam obyektivitas penyidikan terhadap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai tersangka? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui obyektivitas penyidikan terhadap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai tersangka. 2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang muncul dalam obyektivitas penyidikan terhadap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai tersangka. 5

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat mengembangkan pengetahuan tentang proses penyidikan dalam menangani tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Polri serta mengetahui tugas dan tujuan dari profesi sebagai anggota Polri. 2. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan agar Penyidik Polri dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam melakukan penyidikan terhadap sesama anggota Polri. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat mengenai obyektivitas penyidik terhadap tersangka yang merupakan anggota Polri. E. Keaslian Penelitian Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan hukum ini merupakan hasil karya asli penulis, bukan merupakan hasil duplikasi maupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Ada beberapa skripsi dengan tema yang sama tetapi ada perbedaannya, khususnya pada tujuan penelitian dan hasil yang diperolehnya. Judul yang diteliti oleh penulis sejauh ini tidak pernah ditulis dalam sebuah skripsi. Keaslian penelitian penulis kekhususannya terdapat dalam obyektivitas 6

penyidikan Polriterhadap sesama anggota Polri. Beberapa skripsi yang pernah ditulis adalah sebagai berikut : 1. Proses penyidikan tindak pidana anggota polri pasca berlakunya undangundang no. 2 tahun 2002 di daerah istimewa yogyakarta, identitas penulis : RISKA OKTARIA (0500007779-HK). Rumusan masalahnya adalah : a. Apakah proses penyidikan anggota polri pasca undang undang no 2 tahun 2002 telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan KUHAP? b. Kendala apa yang dihadapi oleh penyidik dalam melaksanakan proses penyidikan terhadap anggota polri yang melakukan tindak pidana pasca undang undang nomor 2 tahun 2002? Tujuan penelitian : a. Untuk mengetahui proses penyidikan terhadap anggota polri yang melakukan tindak pidana pasca undang undang nomor 2 tahun 2002. b. Kendala yang dihadapi oleh aparat penegak hukum dalam melaksanakan proses penyidikan terhadap anggota polri yang melakukan tindak pidana pasca undang undang nomor 2 tahun 2002. Hasil penelitian : proses penyidikan bagi anggota polri yang terlibat tindak pidana sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu anggota polri yang terlibat tindak pidana diproses melalui peradilan umum dan berlandaskan pada KUHAP dan sudah tidak lagi di lingkungan pengadilan militer. 2. Pelaksanaan Penyidikan Terhadap Anggota Polri Yang Melakukan Tindak Pidana, identitas penulis : Liana (0500009073-HK). Rumusan masalah : 7

a. Bagaimana pelaksanaan penyidikan terhadap anggota polri yang melakukan tindak pidana? b. Hambatan apa yang dilami penyidik dalam melaksanakan penyidikan terhadap anggota polri yang melakukan tindak pidana? Tujuan penelitian : a. Mengetahui pelaksanaan penyidikan terhadap polisi yang melakukan tindak pidana. b. Mengetahui hambatan bagi penyidik dalam melakukan penyidikan terhadap polisi yang melakukan tindak pidana. Hasil penelitian : Pelaksanaan penyidikan bagi anggota polri yang melakukan tindak pidana pada prinsipnya tidak berbeda pada pelaksanan penyidikan pada umunya namun ada kekhususan yaitu dengan memperhatikan peraturan kode etik kepolisian. 3. Pengaruh Kemandirian Polri Terhadap Proses Penegakan Hukum Bagi Anggota Polri Yang Melakukan Tindak Pidana, identitas penulis : Robertus Kristian Eko Nugroho (0500006606-HK). Rumusan masalahnya adalah : Bagaimana pengaruh kemandirian polri terhadap proses penegakan hukum bagi anggota polri yang melakukan tindak pidana. Tujuan penelitiannya adalah untuk melihat bagaimana pengaruh kemandirian polri khususnya di bidang penegakan hukum terhadap anggota polri yang melakukan tindak pidana. 8

Hasil penelitian : dengan adanya kemandirian polriseperti amanat UU nomor 2 tahun 2002 maka polri lebih mengedepankan pendekatan kemanusiaan (humanistik) dalm tugas-tugasnya dan secara bertahap meninggalkan kultur militer dalam diri setiap anggota polri. F. Batasan Konsep Batasan konsep dalam penulisan hukum/skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Pengertian obyektivitas adalah sikap jujur dan tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil keputusan atau tindakan. 2. Pengertian Penyidikan menurut Pasal 1 ayat 13 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 bahwa Penyidikan adalah Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. 3. Pengertian anggota Polri menurut Pasal 1 ayat 2 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 bahwa Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. 4. Pengertian tersangka adalah orang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelakunya. 5. Pengertian obyektivitas penyidikan terhadap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai tersangka adalah penyidik dari anggota Polri 9

dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat lebih obyektif/ tidak untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan orang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam usulan penelitian hukum ini adalah penelitian hukum normatif yaitu titik fokus kajiannya norma-norma hukum yang berlaku yaitu norma hukum positif berupa perundang-undangan. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder. 2. Data penelitian Usulan penelitian hukum ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari: a. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan (hukum positif) antara lain sebagai berikut : 1) Undang Undang Dasar 1945 setelah amandemen Pasal 30 ayat (4) tentang Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (Pasal 1 ayat 1 tentang pejabat yang melakukan 10

penyidikan, Pasal 10 ayat 1 tentang pengertian pejabat Polri, Pasal 103 ayat 2 tentang tindak pidana yang tertangkap tangan), 3) Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Pasal 1 ayat 1 tentang kepolisian, Pasal 1 ayat 2 tentang anggota Polri, Pasal 1 ayat 10 tentang penyidik, Pasal 2 tentang fungsi kepolisian, Pasal 13 tentang tugas kepolisian), 4) Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Teknis Institusinal Peradilan Umum Bagi Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Pasal4,6 dan 8 tentang penyidikan bagi tersangka anggota Polri), 5) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Satuan Organisasi Pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Pasal 4 tentang Susunan organisasi Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia), 6) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah (Pasal 7 tentang susunan organisasi Polda), 7) Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 43 Tahun 2004 tanggal 30 september 2004 Tentang Tata Cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Polri (pasal 8 tentang bentuk penyelesaian pelangggaran disiplin). 11

b. Bahan hukum sekunder berupa pendapat hukum yang diperoleh dari buku dan internet. H. Sistematika Skripsi Sistematika Skripsi merupakan rencana isi skripsi yaitu sebagai berikut : 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika skripsi. 2. BAB II OBYEKTIVITAS PENYIDIKAN TERHADAP ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEBAGAI TERSANGKA DALAM PRAKTEK Bab ini berisi konsep/variabel pertama yaitu penyidikan, konsep/variabel kedua yaitu anggota Polri sebagai tersangka dan hasil penelitian (obyektivitas penyidikan terhadap angggota Polri sebagai tersangka) yang harus mempunyai konsistensi dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. 3. BAB III PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian. 12