ANALISIS STRUKTUR MIKRO PADUAN Al-19,6Si-2,5Cu,2,3Zn (SCRAP) HASIL PENGECORAN EVAPORATIVE

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KETEBALAN BENDA TERHADAP KEKERASAN BESI COR KELABU DENGAN PENGECORAN LOST FOAM

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KETEBALAN BENDA TERHADAP KEKERASAN BESI COR KELABU DENGAN PENGECORAN LOST FOAM

PEMANFAATAN PADUAN AL (SCRAP) SEBAGAI BUCKET TURBIN PELTON MENGGUNAKAN METODE PENGECORAN EVAPORATIVE

KAJIAN KOMPREHENSIF STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN TERHADAP PADUAN Al-7,1Si-1,5Cu HASIL PENGECORAN DENGAN METODE EVAPORATIVE

KARAKTERISTIK PENGECORAN LOST FOAM PADA BESI COR KELABU DENGAN VARIASI KETEBALAN BENDA

PENGARUH PENAMBAHAN 12%Mg HASIL REMELTING ALUMINIUM VELG BEKAS TERHADAP FLUIDITY DAN KEKERASAN DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

PENGARUH KETEBALAN LAPISAN POLA PADA METODE LOST FOAM CASTING TERHADAP AKURASI UKURAN BESI COR NODULAR FCD 450

RISER (PENAMBAH) DALAM PENGECORAN BESI COR KELABU DENGAN METODE PENGECORAN LOST FOAM

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR KELABU PADA PENGECORAN EVAPORATIVE DENGAN VARIASI UKURAN PASIR CETAK

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80

VARIASI UKURAN PASIR CETAK TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK CORAN SCRAP PISTON SEPEDA MOTOR. Sigit Gunawan 1, Sigit Budi Hartono 2 2.

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TUANG PADA PENGECORAN DAUR ULANG Al-Si TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN DENGAN POLA LOST FOAM

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALMINIUM DAUR ULANG (Al 6,4%Si 1,93%Fe)

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

PENGARUH UKURAN PASIR TERHADAP POROSITAS DAN DENSITAS PADA PENGECORAN ALUMINIUM SILIKON (95% Al- 5% Si) DENGAN METODE PENGECORAN EVAPORATIF

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM HASIL PENGECORAN CETAKAN PASIR

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

Pengaruh kadar air pasir cetak terhadap kualitas coran paduan Aluminium

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran...

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Studi Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Sifat Mekanis Pada Pengecoran Paduan Al-4,3%Zn Alloy

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP DENSITAS DAN POROSITAS PADUAN ALUMINIUM SILIKON (Al-7%Si) DENGAN METODE EVAPORATIVE CASTING

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TUANG TERHADAP KETANGGUHAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PENGECORAN ALUMINIUM

Analisa Pengaruh Penambahan Sr atau TiB Terhadap SDAS, Sifat Mekanis dan Fluiditas Pada Paduan Al-6%Si

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan

PENGARUH MODEL SALURAN TUANG PADA CETAKAN PASIR TERHADAP HASIL COR LOGAM

Komposisi Distribusi Butir Pasir Cetak terhadap Tingkat

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

KAJIAN JUMLAH SALURAN MASUK (INGATE) TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO HASIL PENGECORAN Al-11Si DENGAN CETAKAN PASIR

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

Pengaruh temperatur penuangan terhadap fluiditas dan struktur mikro logam Kuningan pada metode evaporative casting

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 6 No. 4, Oktober 2017 ( )

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADA PROSES EVAPORATIVE CASTING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO ALUMUNIUM SILIKON (AL-7%SI) Oleh :

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

PENGARUH SILIKON DAN FOSFOR DISEKITAR EUTEKTIK POINT ALUMUNIUM TERHADAP PENYUSUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting

PENERAPAN MODEL SALURAN DAN CAWAN TUANG UNTUK MENGATASI CACAT POROSITAS PRODUK COR DI IKM BUDI JAYA LOGAM JUWANA KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

Pengaruh Dimensi Saluran Masuk pada Scrap Aluminium Sand Casting Pulley terhadap Kekerasan, Ketangguhan dan Struktur Mikro

PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT

TUGAS AKHIR POLA DAN PENGECORAN BODY RUBBER ROLL UNTUK SELEP PADI

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material

PENGEMBANGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SEPATU KAMPAS REM KENDARAAN BERMOTOR BERBAHAN ALUMUINUM DAUR ULANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK KAYU MERANTI TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Dimensi Cil dalam (Internal Chill) terhadap Cacat Penyusutan (Shrinkage) pada Pengecoran Aluminium 6061

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING

Transkripsi:

ANALISIS STRUKTUR MIKRO PADUAN Al-19,6Si-2,5Cu,2,3Zn (SCRAP) HASIL PENGECORAN EVAPORATIVE Rudi Siswanto Teknik Mesin, Akademi Teknik Pembangunan Nasional (ATPN) Banjarbaru E-mail : rudi_sieswanto@yahoo.co.id ABSTRAK Aluminium rongsok (scrap) banyak dihasilkan dari rumah tangga, IKM, kantor, pabrik dan sebagainya. Selama ini Al rongsok tersebut hanya dikumpulkan oleh pengepul kemudian dijual ke industri pengecoran. Al rongsok dapat didaur ulang dan berpotensi menghasilkan produk berbagai komponen. Dengan memanfaatkan Al rongsok daur ulang dan mengembangkannya menjadi suatu produk alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur mikro dari hasil pengecoran evaporative. Tungku untuk peleburan menggunakan tungku krusibel dengan bahan bakar arang kayu. Material untuk pengecoran digunakan paduan Al-19,6Si-2,5Cu- 2,3Zn rongsok. Metode pengecoran evaporative menggunakan styrofoam sebagai pola yang ditimbun dalam pasir cetak. Metode ini akan menghasilkan coran yang sesuai dengan pola styrofoam yang dibentuk. Peleburan dilakukan dengan cara mencairkan Al di dapur krusibel kemudian dituang pada variasi temperatur tuang 650, 660, 670 dan 680 o C. Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan semakin tinggi tempertur tuang struktur Hypereutectic Si hadir diantara dendrit dari serpihan pendek tipis menjadi serpihan panjang tebal. Kata kunci : Pengecoran evaporative, Al-19,6Si-2,5Cu,2,3Zn (Scrap), struktur mikro PENDAHULUAN Pengecoran evaporative (evaporative casting) adalah salah satu metode pengecoran logam, dimana pola (pattern) dan sistem saluran (gatting system) menjadi satu kesatuan yang dibuat dari bahan styro foam. Pola pengecoran evaporative termasuk pola sekali pakai, dimana mengunakan pola dari bahan yang dapat menguap jika terkena panas logam cair. Proses pengecon ini dilakukan dengan cara pola dan sistem saluran dari styrofoam di tanam dalam pasir cetak. Cawan tuang (pouring basin) dengan posisi muncul di permukaan pasir cetak, sebagai saluran masuk logam cair. Proses penuangan dilakukan dengan cara, logam cair dituang pada cawan tuang, sehingga bersamaan dengan logam cair masuk mengisi posisi sistem saluran dan pola yang terbakar (mencair/menguap). Pola polystyrene foam yang dituang cairan logam dapat membentuk gap (adanya ruang pemisah) antara logam cair dan pola yang belum terkena cairan. Pada pengecoran aluminium, pola terurai menjadi cair dan gas (Zhao dkk, 2003). Pada saat proses pencetakan, pola yang umumnya terbuat dari polistiren akan menguap dan logam cair akan mengisi rongga cetakan (Surdia dan Chijiiwa,1975), prinsip pengecoran sebagaimana gambar 1. Gambar 1. Prinsip pengecoran evaporative Pasir cetak yang digunakan pada pengecoran evaporative bisa dari pasir silika, pasir zirkon, pasir olivine dan kromate (pasir gunung, pantai, sungai). Pasir cetak bias digunakan berulang dan dalam jangka yang lama. Pasir cetak dapat digunakan secara terus menerus selama masih mampu menahan temperatur cairan ketika dituangkan (Lal, 1981). Waktu pengisian logam cair ke dalam cetakan akan lebih lama apabila menggunakan pasir cetak yang memiliki

ukuran lebih kecil. Kecepatan penuangan semakin besar dengan bertambahnya ukuran pasir cetak (Sands dan shivkumar, 2003). Hal ini karena rongga-rongga antar pasir akan semakin kecil dengan mengecilnya ukuran pasir sehingga gas hasil degradasi lebih sulit keluar melalui pasir. Pada pengecoran Al7%Si, ukuran pasir cetak memiliki factor dominan dalam menentukan nilai tegangan tarik dan elongasi benda cor (Kumar, et. al, 2007). Pada industri manufaktur berbasis logam, proses pengecoran masih menjadi pilihan utama dalam memproduksi komponen/elemen mesin. Pemilihan pembuatan produk permesinan menggunakan proses pengecoran ini bisa mengerjakan berbagai bentuk produk yang rumit dan komplek, misalnya pada pembuatan komponen-komponen otomotif (block silinder, head silinder, piston, stang piston), rumah pompa, poros, baling-baling, sudu (impeller) dan lain-lain. Penggunaan aluminium dalam industri sangat beragam. Standar mutu dari aluminium paduan ditentukan oleh komposisi kimia paduannya seperti: Cu, Si, Mg, Zn, Mn, Ni. Paduan aluminium dengan silikon (Al-Si) sering digunakan pada komponen-komponen mesin kendaraan seperti piston dan blok mesin. Paduan Al-Si adalah material yang digunakan hampir 85-90% dari total aluminium paduan produk pengecoran (Wijoyo et. al, 2012). Penelitian tentang pengecoran evaporative telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Shin dan Lee (2004) mengatakan, peningkatan temperatur penuangan nilai prositas semakin tinggi. Bichler dkk. (2003) mengungkapkan, dengan peningkatatan temperatur tuang maka semakin besar pula persentase porositas. Peningkatan temperatur tuang paduan Al-Si7, meningkatkan persentase porositas. Porositas tertinggi pada temperatur tuang 740 o C yang mencapai nilai 2,09% dan porositas terendah 0,5% pada temperatur tuang 680 o C (Karim, 2012). Porositas menurun dengan naiknya ukuran ayakan pasir. Ukuran ayakan pasir 0.2 mm memiliki porositas terbanyak yaitu 2.09% dibanding dengan porositas pada ukuran ayakan 0.8 mm mencapai 1.91%. Secara visual terlihat semakin besar ukuran ayakan pasir semakin kecil cacat (blowhole) serta semakin kecil pula bekas butir pada permukaan coran (Karim, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil benda cor diantaranya temperatur penuangan, ukuran dan bentuk pasir, penggetaran, coating (pelapisan) cetakan dan lain-lain (Sutiyoko, 2013). Pengecoran evaporative memiliki banyak keuntungan, cetakan dari pola berbahan styrofoam mudah dibuat dan murah (Barone, 2005). Pasir yang digunakan dapat dengan mudah digunakan lagi karena tidak menggunakan pengikat (Behm dkk, 2003). Penggunaan cetakan foam meningkatkan keakuratan dimensi dan memberikan peningkatan kualitas coran dibandingkan dengan cetakan konvensional (Monroe, 1992). Sudut-sudut kemiringan draf dapat dikurangi atau dieliminasi (Barone, 2005). Pengecoran evaporative dapat memproduksi benda yang kompleks/bentuknya rumit, tidak ada pembagian cetakan, tidak memakai inti, mengurangi tenaga kerja dalam pengecorannya (Monroe,1992). Pengecoran lost foam dapat memproduksi benda-benda ringan (Kim dan Lee, 2005). Pengecoran evaporative juga memiliki beberapa kekurangan. Pasir yang tidak diikat akan memicu terjadinya cacat pada benda cor karena pasir yang jatuh ke logam cair (Kumar dkk, 2007). Usaha untuk mengikat cetakan styrofoam adalah dengan membuat cetakan tersebut vakum dimana cetakan dilapisi dengan lapisan polyetylene dimana proses ini menghasilkan emisi ke gas hasil pembakaran styfoam yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan pekerja (Behm dkk, 2003). Semakin tinggi temperatur peleburan berpengaruh pada struktur butir fasa α-al semakin halus. Semakin lama waktu peleburan juga meningkatkan struktur butir fasa α-al semakin halus (Siswanto, 2011). Temperatur penuangan logam cair pada proses pengecoran, tergantung dari jenis logam yang akan dipergunakan. Menurut Surdia dan Chijiwa, 1996), jenis logam dan temperatur tuangnya dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Temperatur tuang berbagai jenis logam Jenis Logam Aluminiu m Tembaga Kuningan Besi cor Baja cor Temperat ur Tuang ( o C) 650 750 1.100 1.250 950 1.100 1.250 1.450 1.500 1.550 Paduan Al-Si memiliki sifat mampu cor yang baik, tahan korosi, dapat diproses dengan permesinan dan dapat dilas. Diagram fasa dari Al-Si digunakan sebagai pedoman umum untuk menganalisa perubahan fasa pada proses pengecoran paduan Al-Si. Paduan aluminium murni dan paduan eutektik mempunyai mampu alir yang baik, hal ini disebabkan kerana jarak pembekuan yang pendek. Sebaliknya paduan yang mempunyai jarak pembekuan yang panjang mempengaruhi sifat mampu alir menjadi jelek (Campbell, 2003). Kandungan silikon pada diagram fase Al-Si ini terdiri dari 3 macam (ASM Handbook, 2004) yaitu : a. Hipoeutectic yaitu apabila terdapat kandungan silikon (Si < 11.7 %) dimana struktur akhir yang terbentuk pada fasa ini adalah struktur ferrite (alpha) kaya alumunium, dengan struktur eutektik sebagai tambahan. b. Eutectic yaitu apabila kandungan silikon yang terkandung didalamnya sekitar (11.7 % - 12.2 %). Pada komposisi ini paduan Al-Si dapat membeku secara langsung ( dari fasa cair ke padat ). c. Hypereutectic yaitu apabila komposisi silikon (Si > 12.2 %), sehingga kaya akan silikon dengan fasa eutektik sebagai fasa tambahan. Keberadaan struktur kristal silikon primer pada daerah ini mengakibatkan karakteristik yaitu: (1) Ketahanan aus paduan meningkat. (2) Ekspansi termal yang rendah. (3) Memiliki ketahanan retak panas (hot trearing) yang baik. Fungsi lain dari unsur silikon dapat mereduksi koefisien ekspansi termal dari paduan Aluminium. Selama pemanasan terjadi, pemuaian volume paduan tidak terlalu besar. Hal ini akan menjadi sangat penting saat proses pendinginan dimana akan terjadi penyusutan volume paduan Aluminium (ASM International, 2004). Bentuk dari diagram fasa dari paduan Al-Si ditunjukkan sebagaimana gambar 2 berikut. Gambar 2. Diagram fasa paduan Al-Si (ASM Handbook, 2004) METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari bahan coran dari paduan Al-19,6Si-2,5Cu,2,3Zn (Scrap), bahan pola (styrofoam), bahan bakar (arang kayu) dan pasir cetak (50 mesh). Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu peralatan peleburan (tungku krusibel), peralatan ukur (termokopel, mistar sorong), timbangan digital dan peralatan pengamatan struktur mikro (Vickers Hardness Tester).

Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen (uji laboratorium). Paduan Al rongsokan panaskan dalam tungku krusibel sampai logam mencair dengan variasi temperatur tuang. Setelah logam cair mencapai temperatur yang dikehendaki, kemudian dituang dalam cetakan pola styrofoam yang dibenamkan di dalam pasir dan selanjutnya didinginkan di udara (temperatur ruang). Produk hasil pengecoran keluarkan dari cetakan dan dibersihkan, kemudian dibuat spesimen, selanjutnya dilakukan pengamatan struktur mikro Hasil dan dilakukan analisis. Gambar 3. Diagram alir penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengecoran Evaporative Berdasarkan hasil pengecoran dilakukan dengan variasi temperatur tuang ; (650, 660, 670, 680) C, maka diperoleh hasil pengecoran sebagaimana Gambar 4 berikut. Variabel Penelitian Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas : temperatur tuang (650,660, 670,680) ºC ; ukuran pasir cetak (50 mesh). Variabel terikat : struktur mikro. Diagram Alir Penelitian Start Bahan Cor (Al) Rongsokan Gambar 4. Hasil (specimen) pengecoran evaporative Hasil Foto Struktur Mikro Pengamatan hasil foto struktur mikro dari pengecoran evaporative dengan variasi temperature tuang (650, 660, 670, 680) C, ditunjukkan sebagaimana gambar 5. Tungku Pembersihan, pemotongan Peleburan Penuangan Variasi Temperatur Tuang 650, 660, 670, 680 ( 0 C) Pendinginan, pembongkaran dan pembersihan Pembuatan Spesimen Uji Uji Struktur Mikro Analisis Data dan menyusun laporan Stop Al Si Cu Gambar Zn 5. Struktur mikro pengecoran evaporative temperature tuang (A) 650 o C, (B) 660 o C, (C) 670 o C, (D) 680 o C. (100x). A B C Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan struktur mikro dari pada gambar 5 (A,B,C,D) tersebut dapat dijelaskan ebagai berikut. Pada struktur mikro dengan temperature tuang 650 o C sebagaimana gambar 5.A. terlihat bahwa matrik hypereutectic Si hadir membentuk serpihan kecil, tipis, pendek dan rapat Al Zn Si Cu Cu Zn Al Si

(sedikit memanjang, tidak merata, memebntuk gerombolan), diantara dominasi Al dendrite, sedikit Cu dan Zn. Pada struktur mikro dengan temperature tuang 660 o C sebagaimana gambar 5.B. terlihat bahwa matrik hypereutectic Si hadir masih membentuk serpihan kecil, agak tebal, pendek dan kurang rapat (sedikit memanjang, tidak merata, kurang memebntuk gerombolan), diantara dominasi Al dendrite, sedikit Cu dan Zn. Pada struktur mikro dengan temperature tuang 670 o C sebagaimana gambar 5.C. terlihat bahwa matrik hypereutectic Si hadir membentuk serpihan membesar, tebal, panjang dan tidak rapat (merata, tidak bergerombol), diantara dominasi Al dendrite, sedikit Cu dan Zn. Pada struktur mikro dengan temperature tuang 680 o C sebagaimana gambar 5.D. terlihat semakin jelas bahwa matrik hypereutectic Si hadir membentuk serpihan lebih besar, tebal, panjang dan tidak rapat (merata, tidak bergerombol), diantara dominasi Al dendrite, sedikit Cu dan Zn. Perubahan terperatur tuang dari temperature rendah menuju temperature yang lebih tinggi pada paduan Al-19,6Si menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro, dimana dengan meningkatnya temperature tuang menyebakan hypereutectic silicon akan berubah dari serpihan pendek tipis menjadi serpihan panjang tebal. Semakin tinggi temperature tuang memberikan jarak antara dendrite Al dan hypereutectic Silikon semakin lebar. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan Albonetti (2000) dan Wijoyo, et. Al. (2012) yang mengunakan material paduan Al-Si eutectic. Menurut Albonetti (2000), pertumbuhan eutektik silikon pada temperatur tuang rendah terdapat diantara DAS (Dendrite Arm Spacing) yang sempit sedangkan pada temperatur tuang yang tinggi Si terurai menjadi lebih luas diantara DAS. Dan menurut Wijoyo et.al. (2012), meningkatnya temperatur tuang logam cair mengakibatkan struktur mikro berubah dari eutektik silikon yang berupa serpihanserpihan panjang dan tebal pada temperatur tuang rendah, menjadi serpihan-serpihan pendek dan tipis diantara dendrite pada temperatur tuang tinggi. KESIMPULAN Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan semakin tinggi tempertur tuang struktur Hypereutectic Si hadir diantara dendrite Al dari serpihan pendek tipis menjadi serpihan panjang tebal. DAFTAR PUSTAKA Albonetti R., 2000 Porosity and Intermetallic Formation in Lost Foam Castings of 356 alloy Thesis The University of Western Ontario London, Ontario. ASM International, 2004, ASM Metal Handbook Vol.9 Barone, M. R., Caulk, D. A., 2005, A Foam Ablation Model for LostFoam Casting of Aluminum,International Journal of Heat and Mass Transfer, Vol. 48, pp. 4132 4149. Behm, S.U., Gunter, K.L. and Sutherland, J.W., 2003, An Investigation into The Effect of Process Parameter Setting on Air Emission Characteristics in The Lost Foam Casting Process, American Foundry Society. Bichler, L., Ravindran, C., and Machin A., 2003. Chalengges In Lost Foam Casting of AZ91 alloy, Material Science Forum Vols.426-432. Pp. 533-538 Campbell, J., 2003, Casting 2nd Edition. Butterworth - Heinemann. pp. 74 Karim Ivan Junaidy Abdul, 2012, Pengaruh Temperatur Tuang serta Ukuran Ayakan Pasir terhadap Cacat Porositas dan Blowhole Coran Al-Si7 yang Dicor dengan Metode Evaporative, Proceedings Seminar Nasional Energi erbarukan & Produksi Bersih 2012 Universitas Lampung (UNILA), Bandar Lampung, ISSN 0016087403, hal. 71-73 Kim, K., and Lee, K., 2005, Effect of Pro cess Parameters on Porosity in Aluminum Lost Foam Process, Journal Material

Science Technology, Vol. 21 No.5, pp. 681-685. Kumar, S., Kumar, P., Shan, H. S., 2007, Effect of evaporative pattern casting process parameters on the surface roughness of Al 7% Si alloy castings, Journal of Materials Processing Technology, Vol. 182, pp. 615 623. Lal, S., Khan, R. H., 1998, Current status of vacuum sealed molding process, Indian Foundry Journal, Vol. 27, pp.12 18. Monroe, R.M., 1992, Expandable Patterns Casting, American Foundryman s Society Inc., p.84. Sand, S., Shivkumar, S., 2003, Influence of coating thickness and sand fineness on mold filling in the lost foam casting process, Journal of Materials Science, Vol. 38, pp. 667 673. Shin S. R., Lee Z. H., 2004. Hidrogen Gas Pick -Up of Alloy Melt During Lost Foam Casting. Journal Of Material Science Vol. 39 1536-1569. Siswanto Rudi, 2011, Pengaruh Temperatur dan Waktu Peleburan Pengecoran Tuang Terhadap Struktur Mikro Paduan Al-21%Mg, Jurnal Ilmiah Media SainS Kopertis Wil. XI, ISSN : 2085-3548, Volume 3, Nomor 1, Hal. 1-116 Surdia, T. Dan Chijiwa, K., 1996, Teknik Pengecoran Logam, Cetakan Ketujuh, Pradnya Paramita, Jakarta. Sutiyoko, 2013, Metode pengecoran lost foam menjawab tantangan dunia Industri pengecoran logam, Jurnal Foundry Vol. 3 No. 2 Oktober ISSN : 2087-2259 Wijoyo, Achmad Nurhidayat, Osep Teja Sulammunajat, 2012, Kajian Komprehensif Struktur Mikro dan Kekerasan Terhadap Paduan Al-7,1Si- 1,5Cu hasil Pengecoran Dengan Metode Evaporative, Prosiding SNST ke-3 Tahun 2012 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang, ISBN 978-602-99334-1-3, hal. C.40-C.45 Zhao, Q., Gustafson, T.W., Hoover, M., Flemings, M. C., 2003, Fold formation in the Lost Foam Aluminum Process, in: S.K. Das (Ed.), TMS, Warrendale, pp. 121 132.