BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Latar Belakang Pengadaan Proyek. Proyek yang diadakan adalah Rumah Sakit Anak yang memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diakses 11 September

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Tabel 1.1. Sarana Kesehatan di Kota dan Kabupaten Jayapura

BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN JUDUL

RUMAH SAKIT ANAK DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menjadi tua adalah bagian dari siklus sebuah kehidupan manusia dan hal tersebut tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tugas Akhir 138 Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Semarang BAB I PENDAHULUAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO JUDUL UNGARAN PEDIATRIC HOSPITAL TUGAS AKHIR INTAN NOVITA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Latar Belakang Judul Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.

BAB I PENDAHULUAN. JUDUL: Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa melalui Psikoterapi Islam dengan Pendekatan Arsitektur Islami.

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB I PENDAHULUAN I 1

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun , (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2015), hal. 6.

pasien dan pendampingnya. Tidak hanya mewadahi fungsi hunian, Children Cancer Care Service juga mewadahi fungsi oprasional yayasan yang bergerak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan (Tim Penyusun Kamus, 1988: 758 ). Geriatri berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik. serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Angka kesakitan dan rata-rata lama sakit KAB./KOTA ADMINISTRASI KAB ADMINISTRATIF

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Khusus Kanker di Jakarta 1

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Esensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior - Universitas Mercu Buana Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RUMAH SAKIT HEWAN DI KABUPATEN BANTUL BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB 1 PENDAHULUAN

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat

Fasilitas Rehabilitasi Pascastroke di Yogyakarta TUGAS AKHIR ARSITEKTUR BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Umum Swasta Kelas C Di Kabupaten Wonogiri Dengan Fasilitas Taman Terapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kelayakan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

[RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG]

[SEKOLAH KHUSUS AUTIS DI YOGYAKARTA]

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

RUMAH SAKIT KHUSUS LANSIA DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Post Modern

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit serta pemulihan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. yang baru lahir mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan disekitar

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. RUMAH SAKIT UMUM TARUTUNG [Pick the date] 1.8. Latar Belakang. ARSITEKTUR FUNGSIONAL Page 11

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Universitas Sumatera Utara. Gambar 1.2 Area parkir yang kurang memadai, akibatnya lobby menjadi area parkir. Sumber: (peneliti 2013)

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Jumlah Penyadang Cacat Yogyakarta Sumber: Dinas Sosial Provinsi D.I. Yogyakarta,

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

Tugas Akhir Universitas Mercu Buana April 2013

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, pembangunan dan kemajuan teknologi dan pariwisata. Dilain pihak

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa daerah perbatasan Jawa Tengah- Jawa Barat saat ini belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, khususnya

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. ibid 3 Profil Universitas Darussalam Gontor, Jawa Timur Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

TUGAS AKHIR. Perencanaan dan perancangan interior rumah sakit umum di Surakarta (lobby, ruang rawat inap anak dan perpustakaan)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab 1. Pendahuluan. fitrah yang lebih mulia dan bagi umat muslim yang menjaga kesehatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk memberikan pelayanan medis yang dibutuhkan bagi setiap

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan mpu.dinkesjatengprov.go.id 2 Dinas Kesehatan DIY Profil Kesehatan DIY 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Proyek yang diadakan adalah Rumah Sakit Anak yang memiliki fasilitas dan kapasitas tempat tidur setara dengan Rumah Sakit Tipe C di kota Yogyakarta. Pengelola Rumah Sakit Anak adalah Yayasan Panti Rapih. Yayasan Panti Rapih berdiri sejak tahun 1929 dalam jalinan kerjasama dengan sustersuster cinta kasih St. Carolus Boromeus sebagai wujud semangat cinta kasih kepada sesama yang menderita. Kurangnya unit pelayanan khusus anak pada Rumah Sakit Umum yang berada di Yogyakarta menjadi perhatian yang cukup serius bagi Yayasan ini untuk membangun sebuah Rumah Sakit khusus yang diperuntukan bagi anak-anak. Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik yang menyebutkan bahwa 3.298 tt (satuan kapasitas tempat tidur) kapasitas tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit Umum, hanya 10% saja unit yang khusus diperuntukkan bagi anak-anak, padahal 18,6% penduduk D.I. Yogyakarta adalah anak-anak usia 0-14 tahun. 1

Gambar I.1 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin (Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia per Provinsi 2005-2015) Yayasan Panti Rapih juga memantau terjadinya lonjakan jumlah pasien anak-anak yang berada di D.I.Yogyakarta. Pantauan Dinas Kesehatan menyebutkan bahwa banyak balita yang mengalami gizi buruk di bawah garis merah dan jumlah penderita gizi buruk ini meningkat setiap tahunnya. Jumlah Sumber Daya Manusia pada bidang kesehatan yang tersedia di D.I.Yogyakarta juga menjadi pertimbangan bagi Yayasan Panti Rapih untuk merealisasikan Rumah Sakit yang khusus diperuntukkan bagi anak. Melalui pengamatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan bahwa dari 1.433 tenaga medis di D.I.Yogyakarta, ternyata 701 tenaga medisnya adalah Dokter Spesialis. Hal ini tentunya akan memudahkan Yayasan Panti Rapih untuk mendapatkan tenaga ahli yang kompeten dan lebih hemat biaya administrasi dengan menggunakan para dokter-dokter spesialis lokal. 2

Tabel I.1 Jumlah Balita Penderita Gizi buruk di Bawah Garis Merah ( Sumber : Data Dinas Kesehatan Yogyakarta Tahun 2004-2006 ) Yayasan Panti Rapih ingin mengelola sebuah Rumah Sakit Anak dengan pertimbangan bahwa di D.I. Yogyakarta unit pelayanan khusus anak pada Rumah Sakit Umum masih sangat kurang dan terbatas, selain itu peningkatan jumlah pasien anak-anak serta banyaknya Sumber Daya Manusia yang tersedia di D.I. Yogyakarta sangat memudahkan Yayasan dalam mendapatkan tenaga yang ahli dan kompeten. Lokasi Rumah Sakit Anak di kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah 32,8 km². Kota Yogyakarta pusat pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Diantara kota-kota di D.I.Yogyakarta, kota Yogyakarta memiliki tingkat perkembangan kelengkapan fasilitas dan kemajuan kota yang cukup tinggi. Adanya sarana transportasi yang 3

menunjang dan kemudahan akses karena terletak di tengah propinsi D.I.Yogyakarta. Tersedianya sarana transportasi yang menunjang di kota Yogyakarta, yang belum dimiliki oleh Sleman, Gunung Kidul, Bantul ataupun Kulonprogo yaitu Trans Jogja. Hal ini tentunya akan memudahkan pasien untuk mencapai Rumah Sakit Anak ini. Rumah Sakit akan mendapatkan kemudahan akses dengan Rumah Sakit Umum Pusat yaitu Rumah Sakit Panti Rapih, jika Rumah Sakit ini diadakan di kota Yogyakarta. Sehingga jika ada pasien yang tidak dapat ditangani oleh Rumah Sakit Anak akan dapat segera dirujukkan ke Rumah Sakit Panti Rapih atau sebaliknya. Banyaknya Sumber Daya Manusia pada bidang kesehatan yang tersedia di kota Yogyakarta. Menurut sensus Dinas Kesehatan 701 Dokter spesialis yang terdaftar di Provinsi D.I.Yogyakarta 481 tenaga medis berada di kotayogyakarta. Hal ini tentunya akan memudahkan dalam mendapat tenaga kerja yang handal dan berkualitas. Yayasan Panti Rapih memilih Kota Yogyakarta sebagai lokasi Rumah Sakit diadakan karena tersedianya Trans Jogja sebagai sarana transportasi yang memudahkan masyarakat Yogyakarta untuk datang berobat di Rumah Sakit Anak ini, lalu kemudahan akses dengan Rumah Sakit Umum pusatnya yaitu Rumah Sakit Panti Rapih yang berada di kota Yogyakarta, selain itu juga banyaknya tenaga ahli di kota Yogyakarta juga memperkuat asumsi 4

Yayasan Panti Rapih untuk merealisasikan Rumah Sakit Anak di kota Yogyakarta. Kapasitas Rumah Sakit Anak tentunnya diharapkan tidak hanya untuk menampung pasien-pasien anak yang berada di kota Yogyakarta saja, tetapi juga dapat menampung pasien anak-anak sepropinsi Yogyakarta bahkan luar propinsi D.I.Yogyakarta seperti Solo ataupun Jawa Tengah. Sebagai gambaran tentang permasalahan pelayanan kesehatan bagi anak, hingga saat ini Yogyakarta memiliki 44 Rumah Sakit yang terdiri dari 10 Rumah Sakit Swasta dan 34 Rumah Sakit Pemerintah (Arsip Survei Dinas Kesehatan 2007). Dari 44 rumah sakit yang ada di Yogyakarta hanya ada 1 Rumah Sakit Khusus anak yaitu Rumah Sakit Khusus Anak Empat Lima di Jl Patangpuluhan 35 Yogyakarta, dengan kapasitas tempat tidur pasien adalah 43 tt (satuan tempat tidur pasien). Hasil survey Departemen Kesehatan menyatakan bahwa persediaan tempat tidur untuk anak-anak di Rumah Sakit Umum hanya berkisar 10 % dari jumlah tempat tidur yang ada (Arsip Survei Dinas Kesehatan 2007). Berdasarkan perhitungan dari 44 Rumah Sakit dengan kapasitas 3.298 tt (satuan tempat tidur pasien), maka 329,8 tt merupakan tempat tidur khusus pasien anak-anak. Standart yang di tetapkan oleh direktorat Rumah sakit Khusus dan Swasta (Departemen Kesehatan RI) tentang ratio atau angka perbandingan antara tempat tidur pasien (tt) dan jumlah penduduk adalah 7 tt untuk 10.000 penduduk. 5

- Perhitungan Jumlah Tempat Tidur khusus pasien anak Jumlah Anak = 637.200 jiwa Ratio tt = 7 : 10.000 Maka jumlah tempat tidur (tt) yang seharusnya tersedia: 637.200 x 7/10.000 = 446,04 tt - Jumlah tempat tidur pasien anak saat ini adalah 43 + 329,8 = 372,8 tt, maka kekurangan jumlah tempat tidur khusus pasien anak adalah 446,04 372,8 = 73,8 74 tt (Kapasitas Minimal RSA ) Menurut perhitungan diatas maka kapasitas tempat tidur yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit Anak adalah 74 tt untuk melayani masyarakat propinsi D.I.Yogyakarta. Jika berasumsi pada peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk D.I.Yogyakarta yang terus meningkat tiap tahunnya, maka jumlah tempat tidur Rumah Sakit Anak ini tentunya akan lebih dari 74 tt. Melalui pertimbangan jumlah pasien yang meningkat tiap tahunnya, maka Rumah Sakit Anak akan dirancang dengan kapasitas 100 tt. Tipe Rumah Sakit Anak ini berdasarkan jenis pelayanan dan fasilitasnya termasuk Rumah Sakit Khusus, karena fungsinya sebagai Rumah Sakit yang khusus menangani penyakit yang diderita oleh pasien dengan batasan umur 0-14 tahun. Menurut kepemilikannya merupakan Rumah Sakit Swasta Madya, sedangkan berdasarkan kapasitasnya Rumah Sakit Anak setara dengan Rumah Sakit pemerintah kelas C. Jenis layanan yang berikan oleh Rumah Sakit Anak ini adalah pelayanan kepada masyarakat dalam bidang kesehatan anak, untuk pasien rawat jalan, rawat inap dan pasien darurat, meliputi pelayanan : Preventif 6

(pencegahan penyakit anak), Kuratif (pengobatan dan perawatan pasien), Rehabilitatif (pemulihan kondisi penderita) Rumah Sakit Khusus yang akan dikelola oleh Yayasan Panti Rapih adalah Rumah Sakit Khusus Anak yang berlokasi di kota Yogyakarta dengan kapasitas 100 tempat tidur setara dengan Rumah Sakit kelas C, yang memberi pelayanan kepada masyarakat dalam bidang kesehatan anak untuk pasien rawat jalan, rawat inap dan pasien darurat, meliputi pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif. 1.1.2 Latar Belakang Permasalahan Anak memiliki permasalahan tersendiri terhadap Rumah Sakit, atau mungkin dapat disebut dengan phobia Rumah Sakit. Phobia anak terhadap Rumah Sakit timbul karena berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah anak-anak merasa asing dengan keadaan Rumah Sakit yang sangat umum, mereka merasa tidak akrab dengan kondisi lingkungan Rumah Sakit. Penanggulangan ketakutan anak-anak akan Rumah Sakit, serta kebutuhan dan keinginan anak-anak menjadi salah satu faktor penting guna mendukung proses penyembuhan anak. Bermain diyakini adalah salah satu cara penanggulangan ketakutan atau phobia anak terhadap Rumah Sakit, karena menurut Sigmund Freud Anak dapat mengeluarkan semua perasaan negatif, seperti pengalaman yang tidak menyenangkan/traumatik dan harapan-harapan yang tidak terwujud dalam realita melalui bermain. (Teori Psikoanalisa) 7

Menurut para ahli psikologi, perkembangan bermain pada anak-anak akan diikuti perkembangan kognitif, sehingga akan terjadi perubahan bermain dari bayi hingga dewasa. Secara psikologi ada empat tahap dalam perkembangan bermain bagi anak-anak (Psikologi Anak-Pendidikan), yaitu; 1. Tahap pertama, usia 0 sampai 24 bulan Pada tahap ini anak akan menggunakan reflek, kemampuan pengindraan dan keterampilan motorik yang sudah dikuasai untuk memperoleh pengetahuan serta keterampilan baru. Kegiatan bermain bersifat bebas, spontan dan tidak ada aturan permainan. Kegiatan-kegiatannya antara lain menggunakan dan mempertajam penginderaan, meraih, merangkak dan memandang sekeliling. 2. Tahap kedua, usia 2 sampai 7 tahun Tahap ini anak mulai mampu berpikir simbolik dan mampu berbicara untuk memahami lingkungannya, cara berfikir masih terpusat pada diri sendiri. Melalui bermain anak akan mulai belajar untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya. 3. Tahap ketiga, usia 7 sampai 12 tahun Pada tahap ini kemampuan anak berpikir, mengingat dan berkomunikasi akan semakin baik karena anak telah berpikir lebih logis. Kegiatan bermain anak-anak pada tahap ini ditandai dengan social play. Anak mulai berminat untuk bermain bersama teman-temannya menggunakan aturan tertentu. 8

4. Tahap keempat, usia 12 sampai 14 tahun Pada tahap ini anak-anak sudah dapat membuat hipotesa atau dugaandugaan secara lebih baik. Anak mulai bermain dengan menggunakan aturan sehingga lebih menyenangkan dan dapat dinikmati anak-anak, meskipun aturannya lebih ketat dan diberlakukan secara kaku. Orang tua terkadang merasa khawatir jika anaknya banyak melakukan aktivitas jika kondisi si Anak sedang mengalami penurunan kondisi fisik atau sakit,. Orang tua cenderung lebih suka melihat anaknya beristirahat, ini adalah batasan yang dimiliki oleh Rumah Sakit Anak dalam menghadirkan suasana bermain bagi penyembuhan anak. Menurut Parten (1932) ada enam bentuk interaksi yang terjadi saat anak bermain, salah satunya adalah Unoccupied Play pada tahapan interaksi ini anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati kejadian disekitarnya dan hal-hal yang menarik perhatian anak (Mayke,2001). Maka bermain bagi anak tidaklah harus selalu beraktivitas yang tampak saja, tetapi berimajinasi juga merupakan salah satu interaksi dalam bermain. Maka dari itu penekanan desain akan lebih dikhususkan pada tata ruang dalam terutama pada ruang rawat anak-anak, sehingga anak dapat berimajinasi dengan lingkungan tempat dia dirawat. Healing environment adalah suatu konsep tentang keadaan lingkungan yang dapat menekan tingkat stress, tingkat kekhawatiran pasien yang ditimbulkan oleh suasana Rumah Sakit dan mendukung pasien dalam proses penyembuhannya, serta berbagai macam proses pengobatan yang 9

harus dijalani oleh pasien. Konsep ini tidak hanya berguna bagi pasien, tetapi juga berguna untuk mengurangi medical error (kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit), meningkatkan kepercayaan diri para dokter dalam memberikan pengobatan dan meningkatkan pelayanan dari Rumah Sakit terhadap pasien (Research University Of Minnesota, 1995). Akhirnya penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan berupa Rumah Sakit Anak ini tidak hanya mampu menyelesaikan masalah kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan anak di Yogyakarta, tetapi lebih jauh lagi akan mampu menyelesaikan permasalahan anak terhadap Rumah Sakit Anak, yaitu wadah penyembuhan penyakit anak sebagai wujud proses penyembuhannya didukung dengan kegiatan bermain, dengan pendekatan Healing environment. 1.2 RUMUSAN PERMASALAHAN Bagaimana wujud rancangan suatu Rumah Sakit Anak di kota Yogyakarta yang mampu mendukung penyembuhan anak dengan bermain (Healing by Playing), melalui perancangan dan penataan ruang dengan pendekatan healing environment? 10

1.3 TUJUAN DAN SASARAN 1.3.1 Tujuan Terwujudnya konsep rancangan Rumah Sakit Anak di Yogyakarta ini bertujuan: 1. Memberikan sarana yang dapat mendukung pemulihan kesehatan anakanak melalui konsep Healing by Playing, 2. Mengkomunikasikan dan menunjukkan pandangan pada anak tentang rumah sakit serta dunia kesehatan yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa takut untuk berobat ke rumah sakit. 1.3.2 Sasaran Terwujudnya konsep rancangan Rumah Sakit Anak di Yogyakarta yang mampu mendukung penyembuhan anak dengan bermain (Healing by Playing), melalui: 1. pendekatan studi persyaratan standar pelayanan Rumah Sakit, 2. pendekatan teori penataan ruang dan sirkulasi, 3. pendekatan tinjauan konsep Healing Environment, 4. pendekatan tinjauan konsep Less Is More oleh Ludwig Mies Van Der Rohe, 5. pendekatan psikologi perkembangan anak, 6. pendekatan psikologi perkembangan kebutuhan bermain bagi anak, dalam mendukung proses penyembuhan anak (Healing by Playing). 11

1.4 LINGKUP STUDI 1.4.1 Materi studi Pembahasan materi studi pada perancangan Rumah Sakit Anak ini dibatasi: 1. Penataan ruang pada rancangan Rumah Sakit Anak meliputi penataan ruang dalam terutama ruang rawat pasien yang dapat mendukung proses penyembuhan anak dengan bermain. 2. Perancangan sirkulasi tapak dan dalam bangunan. 1.4.2 Pendekatan Dasar tinjauan yang digunakan dalam rancangan Rumah Sakit Anak yang adalah psikologi perkembangan anak, kebutuhan bermain guna mendukung proses penyembuhan anak dipadukan dengan dengan pendekatan terori konsep Healing Environment. 1.5 METODE PEMBAHASAN 1.5.1 Metode Studi Metode studi untuk meyelesaikan penulisan tugas akhir ini adalah dengan menggunakan metode deduktif. Metode deduktif dilakukan dengan melakukan studi-studi literatur yang telah ada kemudian melakukan analisis untuk kemudian disintesis terhadap rumusan permasalahan. 1.5.2 Metode Perancangan Metode perancangan yang digunakan merupakan pendekatan perancangan oleh Ludwig Mies Van Der Rohe. Less Is More sebagai 12

dasar perancangan yang digunakan. Sebuah Konsep yang bermakna kesederhanaan memberikan kesan berlebih pada rancangan. Dasar perancangan yang digunakan oleh Mies Van Der Rohe sangat sesuai dengan tipologi Rumah Sakit yang moduler dan tertata dengan teratur dan berurutan, sehingga hubungan ruang-ruang yang ada sangatlah kuat. Less Is More sejalan dengan konsep Healing Environment sebuah konsep yang menyakini bahwa kesederhanaan dapat memberi kesan lebih, sehingga diharapkan akan dapat mendukung proses penyembuhan, karena dengan keserhanaan yang ada akan memberikanan suasana yang akrab dan hangat dengan pasien. Kegiatan perancangan yang dilakukan akan lebih fokus pada satu bentuk dengan pendekatan perancangan oleh Ludwig Mies Van Der Rohe ini. Pasien diharapkan dapat mengembangkan imajinasi yang mereka miliki sesuai keinginan mereka, karena sedikitnya ornamen yang digunakan dalam rancangan. Metode perancangan Less Is More sebagai dasar perancangan Rumah Sakit Anak di kota Yogyakarta, karena sesuai dengan tipologi Rumah Sakit yang moduler dan saling terkait antar ruangnya, metode ini mendukung konsep Healing Environment, selain itu metode perancangan ini akan membuat perancangan Rumah Sakit Anak menjadi lebih fokus pada satu bentuk dan sedikit ornamen, sehingga proses penyembuhan dapat berjalan dengan baik. 13

1.5.3 Tata Langkah Berbagai kasus dan kejadian yang berujung pada kematian sejumlah anak, dari tahun ke tahun, tidak juga membuka mata berbagai pihak untuk mengadakan perbaikan dan perubahan serius. Satu per satu anak di belahan bumi nusantara ini meninggal dengan kondisi kesehatan yang memprihatinkan Pelayanan kesehatan khusus anak di Yogyakarta belum memadai LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Pengadaan Rumah Sakit Anak di Yogyakarta Kekhawatiran orang tua jika anaknya yang sedang sakit banyak melakukan aktivitas - Phobia anak terhadap rumah sakit - Bermain di yakini menjadi pendukung proses penyembuhan anak LATAR BELAKANG PERMASALAHAN penataan ruang dalam terutama ruang rawat dengan pendekatan Healing Environment RUMUSAN MASALAH Bagaimana wujud rancangan suatu Children Medical Center di Yogyakarta yang mampu mendukung penyembuhan anak dengan bermain (Healing by Playing), dengan pendekatan Healing Environment? TINJAUAN TEORI: - Tinjauan tentang Rumah Sakit - Teori Healing Environment - Psikologi perkembangan anak dan Healing by Playing - Implikasi Less Is More dalam Rumah Sakit ANALISIS Analisis Perilaku berdasarkan Psikologi perkembangan anak berkaitan dengan kebutuhan bermain. Aktivitas anak akan kebutuhan bermain mereka. - Persyaratan Bangunan - Analisis Tapak Bangunan - Pola Sirkulasi Bangunan - Struktur dan Kebutuhan Ruang - Utilitas Kebutuhan ruang untuk mewadahi kegiatan yang berlangsung. Teori Healing Environment - Tipologi Bangunan - Elemen pembentuk ruang - KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI YOGYAKARTA Kebutuhan ruang Sesuai Standar Perancangan Rumah sakit DESAIN RANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI YOGYAKARTA 14

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN Berisi pendahuluan yang membahas latar belakang eksistensi proyek, latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup studi, metode studi, tata langkah, dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN RUMAH SAKIT ANAK Berisi tinjauan teori tentang Rumah Sakit Anak, antara lain esensi yang meliputi pengertian dan klasifikasi Rumah Sakit Anak, kemudian standar kebutuhan dan besaran ruang. BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIKAL Berisi kajian pustaka dan landasan teoretikal bentuk mencerminkan fungsi, kajian pustaka dan landasan teoretikal tentang psikologi anak, dan kajian pustaka tentang Healing Environment. BAB IV TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA Berisi tinjauan kondisi geografis, kondisi klimatologis, kondisi sosialbudaya, kondisi elemen-elemen kota Yogyakarta. BAB V ANALISIS Berisi analisis pelaku dan kegiatan, analisis pola kegiatan, analisis kebutuhan ruang, analisis besaran ruang, analisis hubungan ruang, analisis lokasi, analisis tapak, analisis struktur dan konstruksi, dan analisis utilitas. Analisis wujud rancangan suatu Rumah Sakit Anak di Yogyakarta yang dapat mencerminkan fungsi, analisis psikologi perkembangan anak dan perilaku anak akan kebutuhan bermain. Temuan kebutuhan ruang serta 15

bentuk rancangan yang dapat mendukung penyembuhan anak dengan bermain (Healing by Playing). BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi kesimpulan berupa gagasan konsep perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Anak di Yogyakarta. 16