BAB I PENDAHULUAN. dan giro yang merupakan kewajiban bank sebab harus dikembalikan sesuai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan atau financial intermediary yang mengandalkan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang merupakan bisnis jasa saat ini berada dalam persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) yaitu sebagai lembaga perantara dua belah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. banyak pula kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan antara pihak yang kelebihan dana dan yang kekurangan dana.

BAB I PENDAHULUAN. financial intermediary, yaitu suatu lembaga yang berperan menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan adanya sebuah bank. perekonomian mendapatkan manfaat berupa

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. modal yang diperlukan untuk selalu meningkatkan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. dana. Dengan demikian, sektor perbankan memiliki peran yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada prinsipnya Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 2012:3). Pengertian bank dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 yang

BAB I PENDAHULUAN. tugas utamanya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. dengan fungsi bank sebagai media perantara keuangan (Financial Intermediary)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa adanya pembangunan ekonomi yang baik dari suatu bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dengan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat sepenuhnya terlepas dari pengaruh perkembangan lembaga keuangan. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki fungsi sebagai Financial Intermediary yaitu. mendapatkan keuntungan dapat dihitung dengan menggunakan rasio keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. akan digunakan untuk membiayai kegiatan usaha maupun ekspansi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh lapisan mayarakat. fungsi bank adalah untuk meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan masalah ekonomi financial. Sesuai dengan UU RI No 10

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana (funding) dan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan (funding)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan berbagai macam lembaga keuangan. Lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi yang memiliki arti yaitu Lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk membantu perkembangan perekonomian bangsa agar

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (finansial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan financial intermediary. Bank dapat dijadikan sebagai tempat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 LOGO PT. BANK CIMB NIAGA TBK. Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana dan atau kedua-duanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kegiatannya meliputi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu tulang punggung perekonomian di suatu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. aset keuangan (financial asset) atau tagihan-tagihan (claim) misalnya: saham,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, hal ini desebabkan beberapa bank yang beroperasi di Timor-Leste baik

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan tempat untuk melakukan berbagai transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan pembangunan ekonomi nasional. Bank berfungsi. menghimpun dana dari masyarakat (to receive deposit) dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial intermediary. berharga serta penanaman dana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. penting karena sifatnya sebagai lembaga intermediasi yaitu bertindak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. risiko yang dihadapi semakin besar terhadap perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. baik ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dua nasabah yang berbeda, satu pihak merupakan nasabah yang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan bank dalam sebuah negara akan memberikan dukungan. ekonomi dan hingga kondisi perbankan pada saat sekarang ini..

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan operasinya tanpa melakukan rekapitulasi sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut.

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan. Proses pemulihan perekonomian dunia pada tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan untuk menunjang pembangunan nasional khususnya dalam bidang perekonomian suatu negara. Masyarakat serta badan usaha memanfaatkan jasa bank untuk menyimpan kelebihan dana serta mendapatkan pinjaman untuk membiayai kebutuhan keuangannya. Dasar operasi bank yaitu melakukan transformasi aset dengan menghimpun dana dari pihak kelebihan dana dalam bentuk tabungan, deposito dan giro yang merupakan kewajiban bank sebab harus dikembalikan sesuai dengan kesepakatan dengan nasabah, menjadi kekayaan (aset) yang produktif dengan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana dengan pemberian pinjaman (kredit), pembelian surat-surat berharga dan bentuk investasi lainnya sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi bank.. Dalam perkembangan perbankan di Indonesia pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/16/PBI/2006 tentang Kepemilikan Saham Tunggal pada Perbankan Indonesia (Single Presence Policy). Tujuannya adalah mengatur tentang ketentuan Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum, yaitu untuk mengarahkan bank-bank di Indonesia agar memiliki struktur permodalan yang kuat. Salah satu caranya adalah

2 dengan cara konsolidasi (pemisahan), merger (Penggabungan), atau akuisisi (pengambilalihan) (http://www.hukumonline.com/ [23 Mei 2013]). Dengan pemberlakuan kebijakan tersebut, bank yang sahamnya dibeli oleh asing dapat meningkatkan kegiatan operasionalnya khususnya dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediary (perantara). Dengan struktur modal yang lebih kuat bank didorong untuk mengefektifkan dana yang dihimpunnya dari masyarakat untuk disalurkan kesektor riil sehingga mampu membiayai berbagai sektor yang sedang berkembang untuk mendanai usahanya sehingga dalam jangka waktu panjang akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut merupakan strategi untuk mengandalikan jumlah Bank Umum Swasta Nasional di Indonesia, hingga tahun 2012 jumlah Bank Umum Swasta Nasional merupakan yang tertinggi dibandingkan jenis bank lainnya mencapai 66 bank dari 120 bank yang beroperasi di Indonesia dengan rincian 36 Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan 30 Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa sehingga Bank Umum Swasta Nasional membutuhkan pengawasan yang lebih dari Bank Indonesia agar tidak terjadi permasalah yang berdampak sistemik pada perekonomian Indonesia. Salah satu kelemahan yang sering terjadi pada bank yang beroperasi di Indonesia adalah kinerja bank yang buruk dalam menjaga prinsip kehati-hatian untuk menyalurkan kredit. Bank melakukan konsentrasi kredit pada individu atau perusahaan tertentu sehingga mendorong tingginya risiko kredit dan berdampak pada penurunan kualitas aktiva produktif, pengembalian dana menjadi terhambat akibat kredit macet karena banyaknya debitur yang gagal bayar (default).

3 Meskipun kredit menimbulkan risiko namun keuntungan terbesar bagi bank didapatkan dari bunga dan provisi kredit. Menurut Siamat (2005:283) Secara umum portofolio kredit bank berkisar 70 % dari total volume usaha bank, penyaluran kredit digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja, investasi dan keperluan kredit konsumtif nasabah. Sehingga kredit merupakan kegiatan yang dominan untuk dilaksanakan bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Pada tahun 2009 terdapat 12 Bank Umum Swasta Nasional Konvensional yang pada akhirnya kepemilikan sahamnya dimiliki oleh asing, antara lain : Tabel 1.1 Daftar Bank Umum Swasta Nasional Konvensional dengan Kepemilikan Mayoritas Saham oleh Asing Tahun 2009 Bank Nasional Kepemilik-an Bank / Lembaga Asing Negara Asing (Persen) Danamon 68.83 Temasek Holding Singapura Bank Buana 61 UOB Singapura Singapura NISP 72 OCBC Singapura Swadesi 76 State Bank of India India Nusantara P 75.41 Toyota Mitsubishi Jepang CIMB Niaga 60.38 CIMB Group Sdn Bhd Malaysia Bumiputera 58.32 Che Abdul Daim Malaysia B I I 55.85 Maybank Malaysia Panin 35 ANZ Bank Australia Permata 44.5 Standard Chartered Bank Inggris BTPN 71.6 Texas Pasific AS Bank Ekonomi 88.89 HSBC Hongkong Raharja Data per Mei 2009 Sumber: Kompas, 19 Agustus 2009 yang dikutip pada www.pergerakankebangsaan.org [23/05/2013]

4 Berikut ini merupakan kinerja bank dengan kepemilikan mayoritas saham oleh asing untuk menyalurkan kredit : Tabel 1.2 Penyaluran Kredit pada Bank dengan Kepemilikan Mayoritas Saham oleh Asing Tahun 2009-2012 (dinyatakan dalam jutaan rupiah) Nama bank Tahun 2009 2010 2011 2012 Bank Danamon 60.579.275 75.773.522 85.462.799 90.828.149 Bank UOB Buana 23.405.582 27.449.061 39.356.908 44.978.783 Bank OCBC NISP 23.981.196 31.540.561 41.275.778 52.896.715 State Bank of India 561.441 1.060.554 1.192.191 1.669.009 Bank Nusantara Parahyangan 2.562.722 3.657.670 4.810.027 5.884.623 Bank ICB Bumiputera 5.326.987 6.129.035 5.105.397 5.149.078 Bank Internasional Indonesia 37.370.282 50.181.865 62.807.916 76.087.918 Bank Ekonomi Raharja 8.655.868 11.439.432 14.085.187 17.218.191 Bank CIMB NIAGA 82.833.022 103.621.924 122.429.213 137.822.156 Bank PAN Indonesia 39.967.098 55.682.562 69.079.311 91.651.941 Bank Permata 41.470.324 52.839.987 89.960.527 122.830.812 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 15.722.830 23.328.089 30.310.157 38.844.096 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan masing-masing Bank [17/02/2013] (data diolah). Dapat terlihat pada tabel 1.2 menggambarkan bahwa secara umum penyaluran kredit pada Bank Umum Swasta Nasional dengan mayoritas

5 kepemilikan saham oleh asing cenderung meningkat dengan posisi tertinggi ditempati oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk dan terendah ditempati oleh State Bank of India Penyebab perbedaan jumlah kredit yang disalurkan oleh setiap bank dipengaruhi keseimbangan pasar kredit yang ditentukan oleh : Permintaan kredit ditentukan oleh harga (suku bunga) dari kredit dan faktor-faktor lain seperti aktivitas perekonomian, kondisi internal debitur (perusahaan), dan faktor nonekonomi lainnya serta Penawaran kredit ditentukan oleh suku bunga kredit dan faktor-faktor lain seperti karakteristik internal kreditur (bank), yang meliputi kapasitas kredit (Dana Pihak Ketiga), efisiensi operasional (BOPO), kualitas aset perbankan, permodalan, dan non-performing loans (NPLs). (Chaikal Nuryakin dan Perry Warjiyo:2006). Dari 12 sample bank dengan mayoritas kepemilikan saham oleh asing PT Bank ICB Bumiputera Tbk dan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk pada tahun 2009 merupakan bank yang berganti nama dengan mengikut sertakan nama Holding Company yang telah menguasainya saham secara mayoritas dan merupakan bank umum swasta nasional yang menempati posisi terendah dalam menyalurkan kredit. ICB Financial Group Holdings AG menguasai 69,99% PT Bank Bumiputera Tbk dan HSBC Holdings Plc menguasai 88,89% PT Bank Ekonomi Raharja Tbk. Berikut ini merupakan kinerja kedua bank dalam menyalurkan kredit setelah diakusisi oleh pihak asing :

6 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 Bank Ekonomi Raharja 5.000.000 0 2009 2010 2011 2012 8.655.868 11.439.432 14.085.187 17.218.191 Bank ICB Bumiputera 5.326.987 6.129.035 5.105.397 5.149.078 Grafik 1.1 Penyaluran Kredit PT Bank ICB Bumiputera Tbk dan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk Periode tahun 2009-2012 (dinyatakan dalam jutaan rupiah) Sumber : (Sumber : laporan keuangan Tahunan PT Bank ICB Bumi Putera Tbk http://id.icbbumiputera.co.id/ dan laporan keuangan Tahunan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk http://www.bankekonomi.co.id) [17/02/2013] (data diolah). Dapat terlihat pada Grafik 1.1 PT Bank ICB Bumiputera Tbk mengalami fluktuatif terutama pada tahun 2010-2011 yang menunjukkan penurunan hingga Rp 1.023.638 (juta rupiah) setelah pada tahun sebelumnya mengalami kenaikan sebesar Rp 802.048 (juta rupiah) dan pada tahun 2012 kembali meningkat sebesar Rp 43.681 (juta rupiah) sedangkan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk sejak tahun 2009 hingga tahun 2012 kinerja bank dalam menyalurkan kredit selalu meningkat dengan kenaikan tertinggi pada tahun 2012 mencapai Rp 3.133.004 (juta rupiah). Seperti yang telah dijelaskan pada grafik 1.1 kinerja PT Bank ICB Bumiputera Tbk pada tahun 2011 mengalami penurunan dalam menyalurkan

7 kredit dan pada triwulan ke IV tahun 2012 mengalami perbaikan. Berikut ini perkembangan penyaluran kredit secara triwulan PT Bank ICB Bumiputera Tbk : Tabel 1.3 Penyaluran Kredit pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk Periode 2010-2012 secara Triwulan (dinyatakan dalam jutaan rupiah) Tahun Triwulan Kredit Yang disalurkan Perubahan (%) Keterangan I 5,498,481 3.22% Naik 2010 II 5,815,715 5.77% Naik III 6,050,027 4.03% Naik IV 6,129,036 1.31% Naik I 6,021,122-1.76% Turun 2011 II 5,742,909-4.62% Turun III 5,196,947-9.51% Turun IV 5,105,398-1.76% Turun I 4,846,699-5.07% Turun 2012 II 4,800,936-0.94% Turun III 4,755,394-0.95% Turun IV 5,149,078 8.28% Naik (Sumber :Laporan Keuangan Triwulan http://id.icbbumiputera.co.id/ [17/02/2013] (data diolah)) Penurunan jumlah kredit yang disalurkan PT Bank ICB Bumiputera Tbk terjadi sepanjang tahun 2011 hingga triwulan ke-3 2012 mencapai Rp 1.373.642 (juta rupiah), dan mengalami perbaikan pada akhir triwulan tahun 2012 dengan kenaikan sebesar Rp 393.684 (juta rupiah) dengan persentase perubahan sebesar 8,28% dibandingkan triwulan sebelumnya. Menurut Kasmir (2004:37) mengemukakan bahwa semakin besar jumlah dana yang disalurkan maka pihak bank akan memperoleh pendapatan bunga kredit yang semakin tinggi, yang nantinya laba yang diperoleh semakin meningkat. Namun perbaikan kinerja PT Bank ICB Bumiputera Tbk dalam menyalurkan

8 kredit tidak berdampak signifikan terhadap profitabilitas yang diperoleh. Hal ini digambarkan oleh rasio keuangan Return On Asset (ROA) yang membandingkan antara laba sebelum pajak dengan total aset sebagai berikut : Grafik 1.2 Perubahan Return On Asset (ROA) periode tahun 2007-2012 PT Bank ICB Bumiputera Tbk 1,00% 0,50% 0,00% -0,50% -1,00% -1,50% ROA 2007 2008 2009 2010 2011 2012 ROA 0,53% 0,08% 0,16% 0,22% -1,31% 0,07% (Sumber : Laporan Keuangan Tahunan http://id.icbbumiputera.co.id/ [17/02/2013] (data diolah)) Dapat terlihat pada grafik 1.2 menunjukkan tren penurunan khususnya pada tahun 2007-2008 dan tahun 2010-2011, pada tahun 2011 ROA PT Bank ICB Bumiputera Tbk mencapai -1,31% yang menggambarkan bahwa bank mengalami kerugian setelah pada tahun sebelumnya ROA mencapai 0,22%. Pada tahun 2012 ROA PT Bank ICB Bumiputera Tbk hanya mencapai 0,07% dan ini berada jauh dibawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 1,5%. ROA Untuk memenuhi kebutuhan dana dalam menyalurkan kredit, bank mengandalkan dana yang dihimpun dari masyarakat sebagai dana utama. Menurut Siamat (2005:349) Salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sumber utama bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Bank memiliki kewajiban untuk menyalurkan kredit disebabkan

9 hal ini sebagai balas jasa kepada masyarakat yang telah membantunya untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya yang dibiayai oleh Dana Pihak Ketiga. Menurut Pandia Sumber dana dari pihak ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat yang dihimpun dalam bentuk giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), deposito (time deposit) dana ini bisa mencapai 80% sampai 90% dari totalitas dana yang dikelola oleh bank sebagai dana perkereditannya. (2012:9). Namun biaya untuk memelihara dana ini relatif lebih mahal dibandingkan sumber dana bank lainnya karena bank dibebankan membayar sejumlah biaya seperti biaya promosi, bunga simpanan dan biaya lainnya. Berikut ini kinerja PT. Bank ICB Bumiputera, Tbk dalam menghimpun dana pihak ketiga : Tabel 1.4 Dana Pihak Ketiga pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk Periode 2010-2012 secara Triwulan (dinyatakan dalam jutaan rupiah) Tahun Triwulan Dana Pihak Ketiga Perubahan (%) Ket I 5.876.317-1,12% Turun 2010 II 6.183.516 5,23% Naik III 6.448.040 4,28% Naik IV 7.213.672 11,87% Naik I 6.330.647-12,24% Turun 2011 II 6.329.971-0,01% Turun III 6.044.340-4,51% Turun IV 6.011.363-0,55% Turun I 5.651.000-5,99% Turun 2012 II 5.550.601-1,78% Turun III 5.372.670-3,21% Turun IV 6.433.766 19,75% Naik (Sumber :Laporan Keuangan Triwulan http://id.icbbumiputera.co.id/ [17/02/2013] (data diolah))

10 Dapat terlihat pada tabel 1.4 sejak 2010 hingga triwulan ke-3 2012 dalam menghimpun dana masyarakat (Dana Pihak Ketiga) selalu mengalami penurunan, dengan penurunan tertinggi pada triwulan ke-1 2011 mencapai Rp 883.025 (juta rupiah). Penurunan dana pihak ketiga terjadi hingga triwulan ke-3 tahun 2012 dan pada triwulan ke-4 mengalami kenaikan tertinggi selama tiga tahun terakhir mencapai Rp 1.061.096 (juta rupiah) dengan persentase kenaikan 19,75% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sebagai sumber dana yang digunakan untuk menyalurkan kredit, kestabilan dana pihak ketiga harus dijaga oleh setiap bank. Sebab modal bank untuk menyalurkan kredit diperoleh dari kegiatannya dalam menghimpun dana dari masyarakat dan hal ini akan mempengaruhi pendapatan bank. Hal tersebut dikarenakan pendapatan terbesar pada bank diperoleh dari selisih bunga simpanan dan bunga pinjaman (kredit). Selisih tersebut didasarkan atas spread based yaitu selisih bunga simpanan yang menjadi beban bank yang harus dibayarkan atas penggunaan dana pihak ketiga dengan bunga pinjaman yang merupakan pendapatan bagi bank yang dibebankan pada debitur sebagai keuntungan menyalurkan kredit. Pengelolaan dana yang efektif dalam kredit perlu diimbangi dengan kualitas kredit yang disalurkan sehingga tidak berdampak pada kredit bermasalah yang berpengaruh pada penurunan kualitas aktiva produktif dan berdampak pada penurunan keuntungan yang diperoleh. Menurut Darmawi (2011:126) Mempertahankan kualitas kredit dengan baik jauh lebih penting dari pada menciptakan kredit baru, pemberian kredit tanpa

11 pertimbangkan kualitas kredit bisa menyebabkan kerugian besar di kemudian hari. Kualitas kredit yang bermasalah akan menimbulkan kerugian sebab bank akan menghadapi risiko tidak kembalinya dana yang telah disalurkan. Non Performing Loans (NPL) menunjukkan kemampuan kolektabilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas, NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang dikeluarkan bank. NPL mempunyai hubungan negatif dengan penawaran kredit (Meydianawati : 2007). Perkembangan pada jumlah kredit bermasalah pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk periode 2010-2012 dalam triwulan adalah sebagai berikut : Tabel 1.5 Non Performing Loan pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk Periode 2010-2012 secara Triwulan (dinyatakan dalam jutaan rupiah) Tahun Triwulan Jumlah Kredit Bermasalah Total Kredit NPL (%) Ket 2010 I 256.997 5.498.481 4,67% Turun II 263.117 5.815.715 4,52% Turun III 269.050 6.050.027 4,45% Turun IV 265.996 6.129.036 4,34% Turun 2011 I 330.722 6.021.122 4,49% Naik II 339.902 5.742.909 5,92% Naik III 347.684 5.196.947 6,69% Naik IV 319.166 5.105.398 6,25% Naik 2012 I 270.505 4.846.699 5,58% Turun II 249.741 4.800.936 5,20% Turun III 246.231 4.755.394 5,18% Turun IV 295.496 5.149.078 5,74% Naik (Sumber :Laporan Keuangan Triwulan http://id.icbbumiputera.co.id/ [17/02/2013] (data diolah))

12 Jumlah kredit bermasalah pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk, turun pada triwulan ke-1 hingga triwulan ke-3 tahun 2012 mencapai Rp 350.019 (juta rupiah) dengan presentase NPL sebesar 5,18% namun pada tiwulan ke-4 tahun 2012 kembali meningkat mencapai 5,74%, peningkatan pada total kredit sebesar Rp 393.684 (juta rupiah) berdampak pada kenaikan jumlah kredit bermasalah hingga mencapai Rp 49.265 (juta rupiah), hal ini mengakibatkan tingkat NPL semakin melampaui persyaratan Bank Indonesia yaitu NPL maksimal sebesar 5%. Diindikasikan manajemen bank telah gagal menjaga kualitas kredit dan tidak mampu untuk mengefektifkan dana sehingga mengakibatkan risiko kredit bermasalah menjadi meningkat. NPL menunjukkan kemampuan bank dalam memilih sektor usaha yang akan dibiayai serta keberhasilan pengawasan untuk menjaga pinjaman debitur. Tingginya tingkat NPL akan memaksa bank untuk memperkuat struktur modal, dengan cara memperbesar porsi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) untuk mengatasi kredit dengan kondisi bermasalah. Konsekuensinya adalah pada saat memperkuat struktur modal, bank akan mengurangi kemampuan perbankan melakukan ekspansi kredit ke sektor riil karena bank akan menahan atau menghindari risiko (risk averse) dalam menyalurkan kembali kredit. Penelitian ini akan menguji pengaruh variabel-variabel independen yang meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap variabel dependen penyaluran kredit. Dengan menganalisa laporan keuangan yang telah dipublikasikan PT Bank ICB Bumiputera, Tbk. periode tahun 2007-2012.

13 Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian serta membahas masalah melalui penulisan penelitian dengan judul penelitian: PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN NON PERFORMING LOAN TERHADAP PENYALURAN KREDIT (PT. BANK ICB BUMIPUTERA, TBK.) 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan terpenting dalam perekonomian mengingat peran bank sebagai lembaga perantara yang mempertemukan pihak kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit unit) diharapkan membantu pemerintah untuk menggerakan sektor riil sehingga akan membuka peluang investasi dan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu kegiatan bank yang ditujukkan untuk membantu kebutuhan dana di masyarakat adalah dengan menyalurkan kredit. Kredit merupakan salah satu aktiva produktif pada bank yang mendominasi sisi aktiva neraca keuangan sedangkan dalam sisi pendapatan kredit menghasilkan bunga serta provisi sebagai sumber pendapatan terbesar yang diperoleh oleh bank dibandingkan jasa keuangan lain yang ditawarkan. Semakin besar kegiatan bank dalam menyalurkan kredit, peluang bank untuk memaksimalkan keuntungan akan semakin tinggi. Perkembangan pada penyaluran kredit PT Bank ICB Bumiputera Tbk pada tahun 2007-2012

14 menunjukan pergerakan yang fluktuatif terutama pada tahun 2011, terjadi penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang menyebabkan kerugian pada bank. Dalam menjalankan kegiatan kreditnya, bank mengandalkan sumber dana pihak ketiga sebagai dana utama dan terbesar. Dana dihimpun dalam bentuk tabungan, deposito dan giro, besarnya dana pihak ketiga yang terhimpun akan menentukkan kemampuan bank untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat semakin besar dana yang terhimpun dalam Dana Pihak Ketiga maka ekspansi bank untuk menginvestasikan dananya kedalam kredit akan semakin besar. Pemanfaatan dana pihak ketiga pada aktivitas kredit bertujuan untuk menghasilkan keuntungan yang diperoleh dari selisih antara bunga simpanan yang menjadi beban bagi bank sebagai balas jasa kepada nasabah dengan bunga kredit yang dibebankan kepada debitur sebagai pendapatan bagi bank. Besarnya kredit yang disalurkan harus diimbangi dengan kualitas dari kredit tersebut, sebab kredit merupakan investasi bank dengan potensi kerugian yang besar jika mengalami kegagalan pembayaran dibandingkan dengan kegiatan investasi lainnya. Tingginya tingkat NPL akan menurunkan kemampuan bank dalam menawarkan kredit sebab penyaluran kredit dengan kondisi bermasalah akan berpengaruh terhadap pendapatan serta tingkat kesehatan pada bank. Dana bank akan banyak terserap untuk mengatasi masalah kredit dan bank akan terhambat mendapatkan kembali dana yang dipinjamkannya. Sehingga akan mengganggu aktifitas usaha bank dan memicu kerugian yang besar.

15 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan sebelumnya maka penulis merumuskan masalah yang akan dikaji sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran Dana Pihak Ketiga pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk? 2. Bagaimana gambaran Non Performing Loan pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk? 3. Bagaimana gambaran Penyaluran Kredit pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk? 4. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk tahun 2007-2012? 5. Bagaimana pengaruh Non Performing Loan terhadap penyaluran kredit pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk tahun 2007-2012? 6. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Loan terhadap penyaluran kredit pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk tahun 2007-2012? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Gambaran Dana Pihak Ketiga pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk. 2. Gambaran Non Performing Loan pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk. 3. Gambaran Penyaluran Kredit yang disalurkan pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk.

16 4. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk tahun 2007-2012. 5. Pengaruh Non Performing Loan terhadap penyaluran kredit pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk tahun 2007-2012. 6. Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Loan terhadap penyaluran kredit pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk tahun 2007-2012. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Diharapkan akan memberikan wawasan serta penambahan informasi khususnya kajian manajemen keuangan yang terkait dengan Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Loan terhadap penyaluran kredit pada perbankan konvensional terutama Bank Umum Swasta Nasional. 1.4.2 Kegunaan Praktis Bagi PT Bank ICB Bumiputera Tbk. Memberikan informasi atas kajian laporan keuangan, agar dimasa yang akan datang PT Bank ICB Bumiputera Tbk. dapat mengelola penyaluran kredit, dana pihak ketiga yang terhimpun dan melakukan analisis kredit dalam menyalurkan kredit untuk menghindari risiko kredit macet (non performing loan). Sehingga membantu meningkatkan kinerja keuangan dalam bersaing dengan bank konvensional lainnya. Bagi Pihak Eksternal Salah satu referensi untuk pertimbangan penanaman investasi, yang dapat mengukur tingkat kinerja pengelolaan keuangan sehingga akan memberikan kontribusi keuntungan atas investasi yang ditanamkan.