BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Fenomena korupsi di Timor Leste dibuktikan dengan adanya penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen tender dengan memberi proyek jutaan dollar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dalam era globalisasi saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan hilangnya kepercayaan publik dan investor untuk berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kecurangan akuntansi saat ini telah menarik banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Etika itu sendiri adalah kesepakatan bersama dan pedoman untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum, melaksanakan good governance, tetapi jika moral tidak berubah dan sikap

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit

BAB I PENDAHULUAN. tantangan kompetensi global dunia usaha yang semakin ketat, misi BUMN sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki risiko terjadinya kecurangan atau Fraud. Kecurangan atau biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

BAB I PENDAHULUAN. membawa Indonesia menuju ekonomi pasar bebas setiap organisasi dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan bahkan kasus yang terjadi di Indonesia. Dengan munculnya isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,

saji yang material akibat dari kecurangan adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi keuangan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan (Zainal, 2013). Kecurangan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perkembangan dunia akuntansi sudah sangat pesat. Namun setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan atas usaha yang dijalankannya. Tujuan-tujuan

ABSTRAK. Kata Kunci : komitmen organiasi, gaya kepemimpinan demokratis, etika profesi, pengalaman auditor pada kinerja auditor

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era teknologi maju dan globalisasi, semua organisasi, apapun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. terpuji dan menimbulkan banyak kerugian bagi pihak pihak yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian Ariani et al tentang Analisis Pengaruh Moralitas Individu,

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya fraud atau kecurangan. Fraud atau kecurangan tersebut, selain memberi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Jasa

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan, penghilangan dokumen dan mark-up yang merugikan keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, penerapan good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi, pendidikan akuntansi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia turut berkomitmen melaksanakan prinsip-prinsip G-20, salah satunya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. David E. Morris dan Claire McCarty Killian (2006) dalam penelitiannya yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks (Halim, 2008). Peningkatan kompleksitas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

INDEPENDENSI AUDITOR SEBAGAI MEDIASI PENGARUH PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI MEDIASI PENGARUH PEMAHAMAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya dikarenakan ruang lingkup dan luas perusahaan yang telah meluas

BAB I PENDAHULUAN. De Angelo (1981) dalam Kurnia et al. (2014) mendefinisikan kualitas. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat. Berbagai faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan semakin tinggi. Prawira, dkk. (2014) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. etika yang telah ditetapkan oleh profesinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi memerlukan waktu yang relatif lama daripada zaman sekarang yang hanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan kerugian yang sangat besar hampir diseluruh industri. Transparansi Internasional menyatakan Amerika menduduki peringkat 19 Indeks Persepsi Korupsi dari 176 negara di Dunia. Pada tahun 2002, kerugian yang diakibatkan oleh kecurangan adalah sekitar 6% dari pendapatan atau $600 milyar. Dan secara persentase, tingkat kerugian ini tidak banyak berubah dari tahun 1996. Dari kasus-kasus kecurangan tersebut, jenis kecurangan yang paling banyak terjadi adalah asset misappropriations (85%), kemudian disusul dengan korupsi (13%) dan jumlah paling sedikit (5%) adalah kecurangan laporan keuangan. Walaupun demikian, kecurangan laporan keuangan membawa kerugian paling besar yaitu median kerugian sekitar $4,25 juta, Koroy (2008). Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun-tahun belakangan ini memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan audit yang membawa akibat serius bagi masyarakat bisnis. Kasus seperti itu terjadi pada Enron, Worldcom di Amerika Serikat yang mengakibatkan kegemparan besar dalam pasar modal. Kecurangan akuntansi dijelaskan dalam SPAP, Seksi 316 (2001) sebagai: (1) salah saji yang timbul dari kecurangan pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laoran keuangan

untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, (2) salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Beberapa ahli menyatakan bahwa semua orang dapat melakukan kecurangan akuntansi. Data empiris menunjukkan bahwa pelaku kecurangan sebagian besar adalah orang dalam (Wolfe dan Hermanson, 2004 dalam Farida, 2005). Survei oleh Ernst dan Young atas 10.000 organisasi dalam 30 industri di 15 negara menyimpulkan: 82% dari responden menyatakan bahwa semua kecurangan yang akhirnya terungkap melibatkan pegawai di dalam perusahaan; 28% melibatkan pihak manajemen (Ernst dan Young, 2000 dalam Farida, 2007). Menurut pelakunya, Gondodiyoto (2007) menyatakan bahwa kecurangan dapat dikelompokkan pada dua golongan besar, yaitu employee fraud dan management fraud. Employee fraud biasanya disebut internal fraud dan occupational crime yang mengacu pada perbuatan mengambil harta dari majikan (pemberi kerja). Adapun management fraud mengacu kepada kejahatan organisasional, perbuatan para manajer untuk membuat laporan keuangan secara curang, mamalsukan, membesarbesarkan (atau mengecilkan) aktiva atau keuntungan dengan tujuan untuk menipu pihak-pihak diluar organisasi. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan kecurangan akuntansi. Hingga saat ini, ada satu model yang dapat menjelaskan terjadinya kecurangan, yakni model Segitiga Kecurangan (The Fraud Triangle) oleh Donald R. Cressey. Cressey

berpendapat bahwa orang-orang kepercayaan akan melanggar kepercayaan yang diberikan ketika mereka memahami diri mereka bahwa mereka memiliki masalah keuangan yang tidak dapat diselesaikan sehingga secara diam-diam mereka akan melakukan pelanggaran kepercayaan dimana situasi memungkinkan mereka untuk melakukannya, Capote (2004). Tiga kondisi yang dapat mempengaruhi kecurangan: a. Tekanan Tekanan merupakan situasi dimana manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Cressey menyatakan bahwa tekanan yakni insentif yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja. b. Kesempatan Kesempatan yaitu adanya atau tersedianya kesempatan untuk melakukan kecurangan atau situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan fraud. c. Rasionalisasi Rasionalisasi dapat diartikan sebagai adanya atau munculnya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur. Cressey menjelaskan rasionalisasi sebagai pemikiran yang menjustifikasi tindakannya sebagai suatu perilaku yang wajar, yang secara moral dapat diterima dalam suatu masyarakat yang normal, (Kasem dan Higson, 2012). Kerugian dari kecurangan akuntansi di pasar modal adalah menurunnya akuntabilitas manajemen yang membuat para pemegang saham meningkatkan biaya monitoring terhadap manajemen. Kecurangan akuntansi ini juga dapat dijelaskan dalam teori keagenan (Jensen and Meckling, 1976). Teori keagenan bermaksud memecahkan dua problem yang terjadi dalam hubungan keagenan. Salah satunya adalah problem yang muncul bila a) keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen bertentangan, dan b) bila prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang dilakukan oleh agen. Bila agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya

masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (pemegang saham) serta akan bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Perilaku tidak etis merupakan komponen dasar dari sikap, Luthans (2006). Komponen perilaku terdiri dari kecendrungan seseorang untuk berperilaku tertentu terhadap objek. Buckley et al., (1998) menjelaskan bahwa perilaku tidak etis merupakan sesuatu yang sulit dimengerti, yang jawabannya tergantung pada interaksi yang kompleks antara situasi serta karakteristik pribadi pelakunya. Meskipun masalah etika dalam organisasi terus menjadi perhatian masyarakat, organisasi, dan individu, dampak potensial bahwa budaya organisasi dapat mempengaruhi perilaku etis belum benar-benar dieksplorasi. Tantangan perilaku etis harus dipenuhi oleh organisasi jika mereka benar-benar peduli tentang kelangsungan hidup dan daya saing, yang dibutuhkan saat ini bagi organisasi adalah untuk lebih melangkah maju dan beroperasi dengan kuat, budaya yang positif, dan beretika. Organisasi harus memastikan bahwa mereka karyawan tahu bagaimana menangani masalah etika dalam kehidupan kerja sehari-hari mereka, Oseni (2011). Penelitian baru-baru ini telah memulai untuk menilai perilaku etis di banyaknya skandal kepemimpinan yang terjadi. Perilaku tidak etis para pemimpin terjadi ketika adanya interaksi dari gabungan faktor antara pemimpin, pengikut, dan konteks situasional, dikatalisasi oleh kejadian atau peristiwa penting yang memicu segala sesuatu ke pusatnya. Perilaku tidak etis merusak semua perilaku orang yang teribat di dalamnya, yaitu pemimpin, pengikut, dan organisasi, Chandler (2009).

Perilaku tidak etis juga dapat merusak citra perusahaan, Maheshwari (2006). Tipgos (2002) menyatakan bahwa satu-satunya kontrol yang dapat mencegah manajemen melakukan penipuan manajemen dan kecurangan laporan keuangan adalah manajemen itu sendiri. Manajemen harus memperkuat standar etika manejemen, karena etika merupakan satu-satunya kontrol yang dapat mencegah kecurangan. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan permasalahan ini dengan memberi kompensasi yang sesuai kepada agen, serta mengeluarkan biaya monitoring. Untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik, diperlukan pengendalian internal perusahaan yang efektif. Kompensasi yang tidak sesuai, dan dengan adanya kondisi fraud triangle (kebutuhan, kesempatan, dan rasionalisasi) dapat menciptakan tekanan yang signifikan untuk melakukan kecurangan, Tipgos (2002). Kasus skandal akuntansi bukanlah hal yang baru. Salah satu kasus yang ramai diberitakan adalah keterlibatan 10 KAP di Indonesia dalam praktik kecurangankeuangan. KAP-KAP tersebut ditunjuk untuk mengaudit 37 bank sebelum terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997. Hasil audit mengungkapkan bahwa laporan keuangan bank-bank tersebut sehat. Saat krisis menerpa Indonesia, bank-bank tersebut kolaps karena kinerja keuangannya sangat buruk. Ternyata baru terungkap dalam investigasi yang dilakukan pemerintah bahwa KAP-KAP tersebut terlibat dalam praktik kecurangan akuntansi. Indonesia termasuk negara dengan peringkat korupsi tertinggi di dunia. Angka korupsi di Indonesia sebelum tahun 2012 menjadi perhatian dunia. Indonesia bahkan tergabung dalam 60 besar negara terkorup di dunia versi Transparansi

Internasional. Indonesia berada di 118 dari daftar peringkat indeks persepsi korupsi dari 174 negara di dunia, Hal ini berarti bahwa Indonesia menduduki posisi 56. Selama tahun 2012, sejumlah kasus korupsi memang terus muncul ke permukaan. Kasus Hambalang, Wisma Atlet, dan Pengadaan Al-Qur an serta beberapa kasus lainnya telah menjadikan Indonesia duduk di peringkat 118 daftar persepsi korupsi, Republika (2013). Meski kecurangan akuntansi diduga sudah menahun, namun di Indonesia belum terdapat kajian teoritis dan empiris secara komprehensif. Oleh karenanya, fenomena ini tidak cukup hanya dikaji oleh ilmu akuntansi, tetapi perlu melibatkan disiplin ilmu yang lain. Berdasarkan latar belakang masalah ini, penulis membuat judul: Analisis Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Komitmen Organisasi terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi dengan Menggunakan Variabel Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian sebelumnya, peneliti mengemukakan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi? 2. Apakah hubungan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan komitmen organisasi terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi menjadi hubungan tidak langsung dengan masuknya perilaku tidak etis sebagai variabel intervening?

1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menguji pengaruh pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan komitmen organisasi terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi 2. Untuk menguji hubungan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan komitmen organisasi terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi menjadi hubungan tidak langsung dengan masuknya perilaku tidak etis sebagai variabel intervening 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan komitmen organsisasi terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi 2. Sebagai referensi dalam menambah perbendaharaan penelitian akademisi di bidang akuntansi dan referensi penelitian selanjutnya pada permasalahan atau subjek yang sama. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melengkapi temuan empiris yang sudah ada dibidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah pada masa akan datang dan memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya.

1.5 Originalitas Naruedomkul (2011) meneliti tentang pengaruh resiko, segitiga triangle, dan corporate governance terhadap kecurangan akuntansi di Thailand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko berpengaruh positif terhadap kecurangan akuntansi. Pengendalian internal dan good governance dapat mengurangi kecurangan. Ahmad dkk (2008) meneliti tentang perilaku tidak etis yang dilakukan karyawan. Dengan adanya kode etik yang memadai dan pelatihan yang bermanfaat dapat mempengaruhi karyawan untuk berperilaku etis. Pengendalian internal jugadapat mempengaruhi sikap/perilaku karyawan terhadap kecurangan. Diperlukan adanya sistem informasi untuk mengembangkan lingkungan pengendalian yang tepat dan dapat mencegah kecurangan. Irianto dkk (2012) meneliti pengaruh integritas dan sistem kompensasi terhadap perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi. Sistem kompensasi yang baik, integritas, dan lingkungan yang beretika merupakan faktor penentu perilaku etis, dimana kecendrungan kecurangan akuntansi dapat dikurangi jika berada di lingkungan yang beretika. Sementara Thoyibatun (2012) menyatakan pengendalian internal, sistem kompensasi, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh terhadap perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi. Hal ini sejalan dengan penelitian Sijabat. Wilopo (2006) dengan judul penelitian: Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi: Studi pada perusahaan publik dan badan usaha milik negara di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen

dan kecendrungan akuntansi memerlukan usaha yang menyeluruh, tidak secara partial. Menghilangkan perilaku tidak etis manajemen serta kecurangan akuntansi hendaknya dilakukan dengan mengefektifkan pengendalian internal, termasuk penegakan hukum, perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian serta pelaksanaan good governance baik di swasta maupun di pemerintahan. Meminimalisir perilaku tidak etis manajemen dan kecurangan akuntansi perusahaan hendaknya dilakukan bila salah satu unsur yang utamanya yaitu penanggung jawab penyusunan laporan keuangan taat pada aturan akuntansi. Membatasi perilaku tidak etis manajemen dan kecurangan akuntansi perusahaan dapat dilakukan bila terdapat transparansi dalam pengelolaan kegiatan usaha, baik di pemerintahan maupun swasta. Yang juga penting dalam upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecurangan akuntansi perusahaan adalah memperbaiki moral dari pengelola perusahaan. Perbaikan moral ini dapat diwujudkan diantaranya dengan mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara dan masyarakat. Meningkatkan kompensasi, baik dalam bentuk gaji maupun promosi, ternyata tidak menurunkan perilaku tidak etis manajemen dan kecendrungan kecurangan akuntansi perusahaan. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu: pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan komitmen organisasi dengan variabel dependen: kecendrungan kecurangan akuntansi sementara perilaku tidak etis sebagai variabel intervening pada BUMN di Indonesia.