BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Pesinyalan ( Signalling Theory ) Teori pesinyalan menunjukkan adanya asimetri informasi antara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini globalisasi telah menjangkau kehidupan. Dampak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laba menurut beberapa ahli:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini dikarenakan dalam pasar modal, perusahaan emiten dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tiga laporan utama, (1) Neraca, (2) Laporan laba rugi, dan (3) Laporan arus kas

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbentuk Perseroan Terbatas. Saham berupa selembar kertas yang

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Asimetri informasi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sari dan Zuhrotun (2006), teori sinyal (signaling theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sartono (2008: 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi saat ini memberikan dampak yang signifikan bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kembali:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan ( Signalling Theory ) Teori pesinyalan menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi tertentu. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai inisiatif dan dorongan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Teori pensinyalan menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi kepada publik. Informasi tersebut bisa berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen perusahaan. Menurut Jogiyanto (2003 : 392), informasi yang dipublikasikan sebagai pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak diluar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi resiko relatif setiap perusahaan, sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi resiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor, maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan. 2.1.2 Saham Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas yang diperoleh melalui pembelian atau cara lain yang kemudian diberikan hak atas deviden sesuai dengan besar kecilnya investasi modal pada perseroan tersebut. Menurut Fahmi (2012: 86) dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik, yaitu saham biasa dan saham istimewa (preferen). Dimana kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya masingmasing.

1. Saham Biasa Saham biasa adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta berhak untuk menentukan pembeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak. Pemegang saham ini di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. Saham biasa memiliki beberapa jenis, yaitu: a. Saham unggulan (blue chip-stock), yaitu saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas. b. Saham pertumbuhan (growth stock), yaitu saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham lain dan karenanya mempunyai PER yang tinggi. c. Saham defensif (defensive stock), yaitu saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar. d. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu. e. Saham musiman (seasonal stock), yaitu saham perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya cuaca dan liburan.

f. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi dan kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif. 2. Saham Preferen Saham istimewa (preferred stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulan). Saham preferen merupakan saham dengan preferensi (hak-hak) yang melebihi saham biasa. Harga saham merupakan harga suatu saham pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar serta oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. tiga, yaitu: Menurut Widiadmodjo (2005: 46) harga saham dapat dibedakan menjadi 1. Harga Nominal Merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting pada saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2. Harga Perdana

Merupakan harga yang pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwritter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. 3. Harga Pasar Jika harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi, harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar 2.1.3 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Akuntansi mampu memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan seperti tercermin pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Di samping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertangungjawaban atau accountability. Sekaligus menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

2007) yaitu : Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1, Paragraf (SAK: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan ( yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian dari integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Rahardjo, Budi (2007 : 53) mengatakan bahwa laporan keuangan adalah pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak pihak yang berkepentingan (stakeholder) terhadap perusahaan : yaitu pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah (instansi pajak), kreditor (Bank atau Lembaga Keuangan), maupun pihak yang berkepentingan lainnya. Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba rugi karena laporan keuangan menyajikan informasi mengenai suatu perusahaan. Adapun kegunaan analisis laporan keuangan adalah untuk membantu pemakai dalam memprakirakan masa depan dengan cara membandingkan, mengevaluasi, dan menganalisis keuangan. Wild, Subramanyam, dan Halsey (2008 :16) mengatakan bahwa analisis laporan keuangan (financial analysis) merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.

Kasmir (2008 : 68) mengungkapkan secara lengkap tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah : a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. b. Untuk mengetahui kelemahan kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. c. Untuk mengetahui kekuatan kekuatan yang dimiliki. d. Untuk mengetahui langkah langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. 2.1.4 Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan dituangkan dalam angka angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Menurut Harahap (2008) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)

Caranya adalah dengan membandingkan angka angka yang ada dalam laporan keuangan atau antarlaporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan, dapat disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal dengan nama analisis rasio keuangan. Dari definisi ini, rasio keuangan harus menunjukkan hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraan perkiraan laporan keuangan. Perkiraan yang dibandingkan harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting agar hail perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan. Dalam hal menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan adanya pembanding. Ada dua metode pembanding rasio keuangan perusahaan menurut Syamsuddin (2000:39), yaitu : 1. Cross- sectional approach Cross- sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lannya yang sejenis pada saat bersamaan. 2. Time series analysis Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio- rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.

Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analisis kredit, dan analasis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2001 :119) adalah sebagai berikut : 1. Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operas perusahaan, 2. Analisis kredit, termasuk petugas peminjam bank dan analasis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang- utangnya, dan 3. Analisis saham, yang tertarik pada efisiensi, resiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan. Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan. Keterbatasan utama dalam analisis raio keuangan adalah sulit membandingkan hasil perhitungan rasio keuangan suatu perusahaan dengan rata rata industri. 2.1.5 Jenis Jenis Rasio Keuangan 2.1.5.1 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo ( Kasmir 2008 ). Dari rasio ini dapat diperoleh pandangan tentang keadaan solvabilitas kas pada saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap mempertahankan solvabilitasnya.

Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban ( utang ) pada saat ditagih. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya ( Kasmir 2008 ). Rasio likuiditas ini terdiri dari: current ratio, quick ratio, dan net working capital. Namun rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio. Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan (likuiditas) adalah dengan menggunakan Current Ratio (CR). Rasio ini menunjukkan perbandingan nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) dengan hutang jangka pendek Menurut Husnan (2003), current ratio adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Alasan digunakannya CR secara luas sebagai ukuran likuiditas karena kemampuannya untuk menggambarkan (Wild, 2008): 1. Kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya (kewajiban jangka pendek). 2. Kemampuan perusahaan dalam menyangga kerugian. 3. Kemampuan perusahaan untuk menyediakan cadangan dana lancar. Current Ratio ( CR ) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

CR = aktiva lancar hutang lancar 2.1.5.2 Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir 2008). Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan ( dilikuidasi ). Longterm Debt Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan ( Kasmir 2008 : 159 ). Longterm Debt Equity Ratio ( LtDER ) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : LtDER = hutang jangka panjang total ekuitas 2.1.5.3 Rasio Aktivitas

Menurut Kasmir (2008:172), rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Dapat dikatakan pula rasio aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran, dapat terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Apabila tidak mampu untuk mencapai target, maka pihak manajemen harus mampu mencari sebab-sebab tidak tercapainya target yang telah ditentukan tersebut. Kemudian, dicari upaya perbaikan yang diperlukan. Namun, apabila mampu mencapai target yang telah ditentukan, maka hendaknya dapat dipertahankan atau ditingkatkan untuk periode berikutnya. Beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan dari penggunaan rasio aktivitas antara lain (Kasmir, 2008:173): a. untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. b. untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivables), dimana hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih. c. untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang.

d. untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan (working capital turnover). e. untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. f. untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan. Rasio aktivitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Total Asset Turnover (TATO). Total Asset Turnover menunjukkan bagaimana efektifitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk meningkatkan nilai penjualan dan meningkatkan laba (Sartono, 2001). TATO dipengaruhi oleh nilai penjualan bersih yang dilakukan oleh perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva total yang dimiliki oleh perusahaan. Jika nilai TATO ditingkatkan berarti terjadi kenaikan penjualan bersih perusahaan, peningkatan penjualan bersih perusahaan akan mendorong peningkatan laba yang akan direspon dengan peningkatan harga saham perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan return saham perusahaan. sebagai berikut : Total Asset Turnover (TATO) dapat dihitung menggunakan rumus TATO = penjualan total aktiva 2.1.5.4 Rasio Rentabilitas dan Profitabilitas

Menurut Rahardjo (2007:120), rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang tertanam di dalamnya. Bila yang digunakan adalah seluruh modal yang tertanam di dalamnya, dalam hal ini seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan, maka kita kenal dengan Rentabilitas Ekonomis. Sedang bila kita hanya memandang modal sendiri, maka kita kenal Rentabilitas Modal Sendiri. Rentabilitas sering juga dikelompokkan jadi satu dengan profitabilitas atau kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dari penjualan barang atau jasa yang diproduksinya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). Return On Asset adalah perbandingan antara keuntungan sebelum biaya bunga dan pajak ( EBIT = Earning before interest and taxes ) dengan seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang ada di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Return On Asset (ROA) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : ROA = laba bersih total asset 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut disajikan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka konseptual penelitian : Cory ( 2011 ) melakukan penelitan tentang Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Investment, Return On Equity, dan Price Earnings Ratio terhadap Harga Saham

pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI. Dengan variabel independen Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Investment, Return On Equity, dan Price Earnings Ratio. Penelitian menggunakan alat analisis regresi berganda. Dengan hasil penelitian CR, DER, LTDtER, TATO, ROI, ROE, dan PER secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Adelia Violeta Ketaren ( 2011 ) melakukan penelitian tentang Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Equity, dan Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan variabel independen Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Equity, dan Earning Per Share. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Dengan hasil penelitian variabel-variabel independen (CR, DER, TATO, ROE dan EPS) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial CR dan TATO memiliki pengaruh yang positif yang tidak signifikan terhadap harga saham. Junita Natasya Silaen ( 2011 ) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Retail di Bursa Efek Indonesia. Dengan variabel independen Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA) dan Net Profit Margin (NPM). Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Dengan hasil penelitian hasil uji signifikansi simultan (uji- F)

menunjukkan bahwa kedua variabel Return on Asset dan Net Profit Margin memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil uji parsial (uji-t) menunjukkan bahwa variabel Return on Asset (ROA) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham. Annisa Suryani Nadeak ( 2011 ) melakukan penelitian tentang Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment ( ROI), Debt to Equity Ratio ( DER), dan Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Indonesia. Dengan variabel independen Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment ( ROI), Debt to Equity Ratio ( DER), dan Book Value (BV) Per Share. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Dengan hasil penelitian ROA memberikan pengaruh yang positif dan tidak signifikan secara statistik terhadap harga saham di perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Return On Assets (ROA) secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham. Sidabutar ( 2012 ) melakukan penelitian tentang Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan variabel independen Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Equity (ROE). Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Dengan hasil penelitian variabel-variabel independen (CR, DER, dan ROE) secara serempak berpengaruh signifikan

terhadap harga saham. Current Ratio (CR) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. N o Nama Peneliti 1 Cory (2011) Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Variabel Judul Penelitian Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Investment, Return On Equity, dan Price Earnings Ratio terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI Variabel independen: Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Investment, Return On Equity, dan Price Earnings Ratio. Variabel dependen: Harga Saham Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan CR, DER, LTDtER, TATO, ROI, ROE, dan PER secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2 Adelia Violeta Ketaren (2011) Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Equity, dan Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Variabel independen: Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Equity, dan Earning Per Share Variabel dependen: Hasil penelitian ini menunjukkan variabel-variabel independen (CR, DER, TATO, ROE dan EPS) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial CR dan TATO memiliki pengaruh yang positif yang tidak signifikan terhadap harga saham.

Efek Indonesia. Harga Saham 3 Junita Natasya Silaen (2011) Pengaruh Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Retail di Bursa Efek Indonesia Variabel independen: Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA) dan Net Profit Margin (NPM) Variabel dependen: Harga Saham Hasil penelitian menunjukkan hasil uji signifikansi simultan (uji- F) menunjukkan bahwa kedua variabel Return on Asset dan Net Profit Margin memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham. Dan hasil uji parsial (uji-t) menunjukkan bahwa variabel Return on Asset (ROA) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham 4 Annisa Suryani Nadeak (2011) Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment ( ROI), Debt to Equity Ratio ( DER), dan Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen: Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment ( ROI), Debt to Equity Ratio ( DER), dan Book Value (BV) Per Share Variabel dependen: Harga Saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA memberikan pengaruh yang positif dan tidak signifikan secara statistik terhadap harga saham di perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Return On Assets (ROA) secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham.

5 Sidabutar (2012) Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen: Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Equity (ROE) Variabel dependen: Harga Saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel independen (CR, DER, dan ROE) secara serempak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dan Current Ratio (CR) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penentuan variabel sebagai faktor-faktor pengaruh terhadap harga saham nampak berbeda dan kelompok saham yang dijadikan objek penelitian juga berbeda-beda. Hal tersebut yang mendasari untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham. Sehubungan dengan hal tersebut dalam penelitian ini menggunakan beberapa faktor fundamental yang berasal dari variabel-variabel rasio likuiditas (Current Ratio), rasio solvabilitas (Longterm Debt to Equity), rasio aktivitas (Total Assets Turn Over), rasio rentabilitas / profitabilitas (Return On Asset), dan terhadap harga saham. 2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka diatas maka dapat disimpulkan kerangka konseptual sebagai berikut :

Likuiditas (X 1 ) : H 1 CR Solvabilitas (X 2 ) : LtDER Aktivitas (X 3 ) : TATO H 2 H 3 Harga Pasar Saham (Y) Profitabilitas (X 4 ) : ROA H 4 H 5 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Current Ratio ( CR ) merupakan rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan ( Kasmir 2008 ). Dalam rangka memperkecil resiko likuditas perusahaan maka perusahaan harus memperkuat nilai rasio likuiditas. Karena perusahaan yang memiliki rasio likuiditas yang tinggi akan diminati oleh para investor dan akan berimbas pula pada harga saham yang cenderung naik. Tetapi, nilai likuiditas yang tinggi terutama rasio Current Ratio tidak sepenuhnya baik di pandangan pemegang saham karena bisa saja aktiva lancar tidak didayagunakan secara efektif. Dalam hal ini, perusahaan memiliki uang kas yang berlebihan dibanding dengan tingkat

kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah likuiditasnya ( seperti persediaan ) yang berlebih-lebihan. Karena itu, perusahaan harus memperhatikan kondisi likuditas yang sehat antara aktiva lancar dengan utang jangka pendek perusahaan. Dengan begitu, kas perusahaan bertambah tanpa mengabaikan tingkat perputaran persediaan dan likuiditas perusahaan. Dengan likuiditas yang sehat makan para investor akan tertarik untuk berinvestasi. Jadi, Current Ratio memiliki pengaruh yang positif terhadap harga saham. Longterm Debt to Equity Ratio ( LtDER ) merupakan rasio hutang terhadap modal, rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang ( Kasmir 2008 : 151), dimana semakin tinggi rasio ini mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi. Sehingga menurunkan minat investor untuk berinvestasi, sehingga dapat menurunkan harga saham perusahaan dan menurunnya return saham. Jadi, Longterm Debt to Equity Ratio ( LtDER ) memiliki pengaruh yang negatif terhadap harga saham. Total Assets Turnover (TATO) merupakan rasio pengelolaan aktiva terakhir, mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva perusahaan (Kasmir 2008 ). Semakin besar perputaran asset maka akan semakin baik. Apabila perusahaan tidak menghasilkan volume usaha yang cukup untuk ukuran investasi sebesar total aktivanya, maka penjualan harus ditingkatkan. TATO merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya yang berupa assets. Semakin tinggi efisien penggunaan assets dan semakin cepat pengembalian dana dalam

bentuk kas. Dan perusahaan akan semakin cepat dalam membayar deviden sehingga harga saham di pasaran tidak turun. Jadi, Total Assets Turnover (TATO) memiliki pengaruh positif terhadap Harga saham. Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari investasi yang dipergunakan ( Kasmir 2008 ). Semakin besar ROA berarti kinerja perusahaan tersebut semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin menghasilkan keuntungan berbanding asset yang relatif tinggi. Perusahaan akan memperoleh laba dan dengan laba tersebut perusahaan akan membayarkan deviden bagi para pemegang saham sehingga harga saham di pasaran tidak turun. Jadi, Return On Assets (ROA) memiliki pengaruh yang positif terhadap harga saham. 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah Hı : Current Ratio mempunyai pengaruh parsial terhadap harga saham. H2 : Longterm Debt Equity mempunyai pengaruh parsial terhadap harga saham. H3 : Total Aset Turnover mempunyai pengaruh parsial terhadap harga saham. H4 : Return on Asset mempunyai pengaruh parsial terhadap harga saham. H5 : Current Ratio, Longterm Debt Equity, Total Aset Turnover, dan Return on Asset mempunyai pengaruh simultan terhadap harga saham.