PENDAHULUAN. komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai dan norma kepada manusia yang dapat di harapkan

ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII DALAM MENYEDERHANAKAN BENTUK ALJABAR

Sulit Belajar 09:39:00 AM,

Resume Diagnosti kesulitan Belajar

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis

BAB I PENDAHULUAN. mencerna informasi dan mengadaptasi perubahan yang berlangsung sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai suatu proses sosialisasi dengan menanamkan

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

Materi 4 : Paradigma Bimbingan dan Konseling

BAB II KAJIAN TEORI. yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERBANDINGAN TRIGONOMETRI

I. PENDAHULUAN. Karakterisktik siswa yang beragam selalu dihadapkan guru dalam kegiatan

Rizki Lestari F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun kolektif. Agama memberi sumbangan bagi sistem sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

Oleh : Asrifah Imami NIM : K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENYELESAIAN STUDI MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR (DKB)

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

KESULITAN BELAJAR SISWA MEMAHAMI MATEMATIKA POKOK BAHASAN BILANGAN BULAT (Studi Kasus di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kota Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengantar manusia menuju kesempurnaan. Menurut pendapat Muzayyin (2005) Tugas dan fungsi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran 1. belajar mengajar, agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan sangat berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan (sekolah) adalah tempat transfer ilmu. dalamnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertujuan mendidik siswanya

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alvie Syarifah, Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2013), 10.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NOMOR : % TAHUN 2017

Transkripsi:

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional 1. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa mampu menguasai bahan ajar dan juga berhasil untuk menyelesaikan pendidikan yang ditempuhnya. Hasil belajar siswa dalam tiap mata pelajaran dinyatakan dengan lulus atau belum lulus. Dengan batas kelulusan 75 % menguasai bahan ajar. Siswa yang tidak lulus mengikuti program remidial dan siswa yang lulus mengikuti program pengayaan atau mengikuti pembelajaran pada kemampuan dasar berikutnya 2. Namun demikian, batas kelulusan yang diterapkan disekolah-sekolah masih banyak yang belum sesuai dengan harapan yang ditetapkan oleh pemerintah, atau hasil belajar yang diharapkan belum mencapai ketuntasan belajar. Jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas 1 Ahmad Sudrajat, Kesulitan Belajar dan Bimbingan Belajar online dalam Www. Akhmadsudrajat Wordpress.Com, diunduh pada tanggal, 13-05-2010 2 Sunoto. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dasar dan Menengah (Jawa Tengah: Dinas Pendidikan dan kebudayaan), 2002, h.93.

(mastery learning) dengan menggunakan penilaian sebagai acuan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. 3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 tahun 2008 tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah pasal 1 mengatakan bahwa Ujian Nasional adalah salah satu bentuk evaluasi pendidikan, yaitu penilaian hasil belajar peserta didik yang telah meyelesaikan jenjang pendidikan pada jalur sekolah/madrasah yang diselenggarakan secara nasional. Secara khusus Ujian Nasional bertujuan : 1) mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, 2) mengukur mutu pendidikan ditingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah/madrasah, dan 3)mempertanggungjawabkan pelaksanaan pendidikan secara nasional, provinsi, kabupaten/kota,dan sekolah/madrasah, kepada masyarakat. Walaupun UN dinyatakan sebagai alat pengendali, pendorong, penentu kelulusan, dan bahan pertimbangan dalam seleksi penerimaan peserta didik baru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi sampai saat ini peneyelenggaraannya menimbulkan polemik. Ujian Nasional (UN) selama ini diharapkan sebagai media untuk memotret perkembangan kualitas dan keberhasilan tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai wahana untuk pemetaan pendidikan. Hal ini sebenarnya tidak menuai protes oleh berbagai kalangan. Yang sering mendapat hujatan keberadaan UN dijadikan salah satu penentu kelulusan anak didik yang menempuh ujian. Persoalan ini seperti buah simalakama. Tampaknya memang tidak adil bila suka duka seorang siswa selama tiga tahun hanya ditentukan oleh ujian selama tiga atau empat hari. Selain penilaiannya kurang komplit UN bagaikan vonis mematikan yang tidak bisa ditawar-tawar. Andaikan UN tidak dijadikan salahsatu penentuan 3 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, cet. II (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.47

kelulusan, pelaksanaannya hanya sekedarnya. Siswa dan komunitas pendidikan mengalami ketidakharmonisan dengan pelaksaan UN itu sendiri kendatipun pelaksaan UN mengeluarkan pembiayaan yang cukup besar hanya untuk menguji mutu pendidikan yang telah dilakukan oleh para guru. Berbeda dengan keinginan pemerintah yang menginginkan standar pendidikan yang lebih baik, maka keberadaan UN dianggap sebagai salah satu indikator keberhasilan negara dalam pembangunan pendidikan. 4 Pelaksanaan UN yang diberlakukan untuk menguji peserta didik dalam skala nasional merupakan satu-satunya penentu keberhasilan pendidikan. Namun, UN bukanlah satu-satunya ujian yang dihadapi oleh peserta didik. Ujian Sekolah (US) yang juga diberlakukan pada masingmasing tingkat sekolah untuk mengukur kapasitas peserta didik dan untuk membuktikan kemampuan peserta dalam lingkungan sekolah harus juga diakui sebagai salah satu indikator keberhasilan pendidikan. Hal ini lebih dikarenakan sentuhan langsung guru dan peserta didik serta sampainya transformasi keilmuan dan terjadinya dialogis intelektual dalam satu periode yang melahirkan penilaian dari guru terhadap pengetahuan peserta didik. Sedini mungkin menyadari ujung akhir keberhasilan siswa semata-mata hanya didasarkan keberhasilan UN, seharusnya satuan pendidikan telah ancang-ancang secara dini demi suksesnya ujian yang akan datang. Sangat bijaksana sekali bila jauh-jauh hari satuan pendidikan telah membentuk program kiat sukses menuju UN. Keberadaan Try Out untuk mengkaji soal UN menjelang ujian dilaksanakan lebih efektif. Hal ini dikarenakan peserta didik dapat melihat dan mempelajari kemungkinan dari soal-soal yang akan dikeluarkan serta peserta didik juga telah memiliki pengalaman secara langsung untuk menganalisa dan menjawab soal-soal UN. Oleh karena itu, selaras dengan Keputusan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Nomor 2011. 4 Arfan Adha Lubis, Ujian Nasinal dan Ujian Nurani, dalam Harian Waspada, terbit pada tanggal 11 April

1513/BNSP/XII/2008 huruf (c), bila sekolah ingin sukses UN atau perangkat pelaksana pendidikan tingkat kabupaten/kota mengharapkan UN di wilayahnya sukses, maka pelaksanaan Try Out ujian sedini mungkin justru lebih baik. Pemahaman ini didasarkan pada pengalaman masa lalu, Try Out yang dianggap sebagai simulasi UN akan memberikan bagi siswa dan guru untuk membahas soal-soal secara mantap. Selain itu, banyaknya aneka latihan soal UN justru akan membuat mental siswa lebih siap. Bila persoalan ini tidak direspon baik oleh sekolah maupun pihak yang terkait di tingkat kabupaten/kota, peluang ini justru dimanfaatkan aneka bimbingan belajar (bimbel) dalam menyongsong keberhasilan UN. Swasta yang juga ikut serta dalam pengelolaan pendidikan memiliki andil yang cukup besar untuk menyukseskan program pendidikan nasional. Dengan managerial yang baik dan juga inovasi dalam pengelolaan pendidikan maka hasil pendidikan swasta dapat sederajat dengan pendidikan yang berbiaya dari pemerintah. Muhammadiyah yang merupakan organisasi massa berbasis keislaman dan juga bagian dari pengelolaan pendidikan swasta telah memberikan kontribusi positif untuk terus mengembangkan sumber daya anak negeri. UN yang juga melibatkan seluruh pengelolah pendidikan baik swasta maupun negeri memiliki peran yang sama dalam hal mensukseskan pendidikan nasional. 5 Berikut ini gambaran hasil UN di kota Medan untuk tingkat SMP tahun 2001 s.d 2004 yang dikelolah oleh persyarikatan Muhammadiyah. 5 Gelora Mulia Lubis, Wajah Baru UN 2011, dalam Harian Waspada, terbit pada tanggal 07 Maret 2011.

Tabel 1:m Gambaran Hasil UN di kota Medan Tahun Pelajaran 2001 s/d 2004 NO Bidang Studi 2001/2002 2002/2003 2003/2004 1 Matematika 3,18 4,88 3.48 2 Bahasa Indonesia 5.17 6.50 5.20 3 Bahasa Inggris 5.97 5.95 4.65 4 Fisika/biologi 3.42 5.01 4.97 Memperhatikan perolehan nilai rata-rata UN tersebut, menunjukkan perlunya mengoptimalkan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dikalangan SMP Muhammadiyah sekota Medan. Peserta didik yang menjadi objek dari UN harus dipersiapkan lebih baik dengan melakukan evaluasi dan peningkatan kemampuan para peserta didik ataupun para pengajar. Dengan demikian peningkatan nilai pada setiap UN akan dapat dilakukan. Faktor lain yang kadang diabaikan yakni motivasi. Selama ini guru atau bahkan kepala sekolah hanya memberi instruksi dan kabar yang menakutkan siswa tentang UN. Memang UN memerlukan semangat belajar keras, oleh karena itu yang paling bijak siswa mendapat sentuhan kasih sayang, motivasi yang menaruh harapan indah sehingga siswa tergerak hatinya untuk belajar keras dengan penuh kesadaran. 6 Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, pendidikan dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada dibawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup 6 Abu Ahmadi & Widodo Supriono, Psikologi Belajar, cet. III (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 45

pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner dan (e) learning diasbilities. a) Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai. b) Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik. c) Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. d) Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

e) Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. 7 Sementara itu, Burton dalam Syamsuddin. mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut Burton bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila : 1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference). 2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya, siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever. 3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater) 8 Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa, pihak sekolah mengambil langkah dengan dilaksanakannya bimbingan belajar diluar jam sekolah. Berbagai cara dan strategi belajar yang dilaksanakan dalam bimbingan belajar diantaranya, diskusi, kerja kelompok, simulasi dan latihan menjawab soal. Tidak ada siswa yang menghendaki tidak berhasil dalam ujian terutama ujian UN. Oleh karenanya pihak sekolah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu siswa, 7 Ahmad Sudrajat, Kesulitan Belajar dan Bimbingan Belajar, online dalam Www.Akhmadsudrajat Wordpress.Com, diunduh pada tanggal, 13-05-2010 8 Abin Syamsuddin, Psikologi Pendidikan, cet. I (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), h. 87. 9 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, cet. II (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.125

salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan mengadakan bimbingan belajar dan Try Out yang mana kegiatan ini diharapkan dapat membantu siswa, disamping itu juga harus didukung oleh peran keluarga / orangtua terutama sekali yang menyangkut kebutuhan gizi peserta belajar agar memiliki kemampuan tinggi. 9 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 tahun 2008 tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah pasal 16 (a) : Siswa lulus apabila nilai mata pelajaran mencapai ketuntasan atau sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh pemerintah. Menghadapi hal ini orangtua dan siswa tentu saja akan berusaha habis-habisan supaya keinginannya tercapai, yaitu nilai mata pelajaran mencapai ketuntasan atau sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh pemerintah. Upaya yang dapat ditempuh untuk mendongkrak prestasi belajar siswa adalah dengan mengadakan tambahan jam pelajaran di sekolah melalui kegiatan bimbingan belajar di sekolah. Hal ini bertujuan membantu siswa dari sudut ekonomi, karena kegiatan bimbingan belajar yang diadakan di sekolah dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik, menumbuhkan nilai-nilai edukatif dan moral anak, serta menumbuhkembangkan nilai kejujuran. 10 Jika seorang siswa belajar dengan sungguh-sungguh di sekolah serta diteruskan dengan tekun, teratur, dan tertib di rumahnya niscaya akan meraih hasil belajar yang baik pula. Disamping itu, siswa harus mencatat penjelasan guru, aktif bertanya selama proses belajar berlangsung. 11 Menyiapkan siswa sukses UN tidak sekadar dilakukan dengan latihan soal, penambahan jam pelajaran, namun juga memberi keleluasaan siswa untuk berimprovisasi, berkreasi, 10 Siky Mulyono, Fenomena bimbingan belajar bagi siswa online dalam www. educationnet. com, diunduh pada tanggal 12-05-2010. 11 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, cet. II ( Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.307.

berekreasi. Mereka tidak sekadar butuh materi pelajaran, tetapi juga membutuhkan lingkungan kondusif, suasana menyenangkan, motivasi yang menjanjikan. Peran keluarga juga memiliki andil yang tidak sedikit. Suasana rumah tangga yang menyenangkan, pemenuhan kebutuhan siswa serta motivasi orangtua sangat dinanti-nanti siswa yang akan UN. Doktrinasi dan ancaman orangtua tidak akan membiayai bila tidak lulus justru akan mematikan kreativitas dan semangat dalam belajar. Sudah seharusnya pihak-pihak yang terkait, baik sekolah maupun keluarga untuk berbuat yang terbaik demi keberhasilan UN yang akan datang. 12 Maka dengan adanya fenomena tersebut menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian lebih mendalam dengan mengangkat menjadi judul penelitian : Pengaruh Bimbingan Belajar dan Try Out terhadap Hasil kelulusan Siswa SMP Muhammadiyah sekota Medan Tahun Pelajaran 2010-2011 B. Rumusan Masalah Sesuai dengan judul penelitian dan berdasarkan latar belakang masalah seperti diuraikan terdahulu, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah bimbingan belajar mempunyai pengaruh terhadap kelulusan siswa SMP Muhammadiyah sekota Medan? 2. Apakah Try Out mempunyai pengaruh terhadap kelulusan siswa SMP Muhammadiyah sekota Medan? 3. Apakah bimbingan belajar dan Try Out secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kelulusan siswa SMP Muhammadiyah sekota Medan? C. Batasan Istilah 12 Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi (Jakarta: Rarajawali, 1985), h.78

Dalam rangka menghindari kemungkinan terjadinya pemahaman atau penafsiran yang tidak sesuai dengan makna yang penulis maksudkan, maka dipandang perlu istilah-istilah dalam judul penelitian ini sebagai mana ditegaskan dibawah ini : 1. Pengaruh yaitu daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu baik sesuatu objek atau kegiatan yang dilakukan 13 2. Bimbingan belajar yaitu kegiatan belajar tambahan diluar jam sekolah yang diberikan sekolah kepada siswa untuk lebih menguasai materi yang telah diberikan pada saat belajar di kelas secara reguler 3. Try Out yaitu kegiatan evaluasi yang diberikan dalam bentuk uji coba untuk melihat sejauh mana penguasaan materi yang telah diberikan 4. Hasil kelulusan yaitu keberhasilan siswa dalam mengikuti ujian, dalam penelitian ini yang dilihat hanya kelulusan mengikuti UN (ujian Nasional) 5. Siswa di sekolah adalah subyek individu yang ikut serta alam proses belajar yang kegiatannya dilaksanakan dalam lembaga yang formal (sekolah). Dengan demikian berdasarkan batasan istilah yang telah diuraikan, maka yang dimaskud dengan judul penelitian ini adalah pengaruh kegiatan bimbingan belajar dan try out terhadap kelulusan siswa SMP Muhammadiyah sekota Medan T.P 2010/2011. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Pengaruh bimbingan belajar terhadap kelulusan siswa SMP Muhammadiyah sekota Medan. 13 Dani K, KamusLengkap Bahasa Indonesia, cet. II (Surabaya: Putra Harsa, tt), h. 309

2. Pengaruh try out terhadap kelulusan siswa SMP Muhammadiyah sekota Medan. 3. Interaksi Pengaruh bimbingan belajar dan try out terhadap kelulusan siswa SMP Muhammadiyah sekota Medan. E Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini akan menghasilkan kajian teoritis dan kajian praktis yang dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Secara Teoretis Secara teoritis subtantif memberikan telaah terhadap kegiatan bimbingan belajar dan try out yang dilakukan setiap sekolah untuk keberhasilan siswa dalam mengikuti ujian nasional terutama pada sekolah SMP Muhammadiyah sekota Medan 2. Secara Praktis a. Bagi pemerintah Untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) pada tahun- tahun mendatang. b. Bagi sekolah Penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan persiapan yang lebih matang dalam menghadapi Ujian Nasional di tahun yang akan datang. c. Bagi orang tua

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi, menambah pengetahuannya tentang cara mendukung anak dalam mempersiapkan dirinya untuk menghadapi Ujian Nasional (UN). d. Bagi peneliti Untuk meningkatkan profesionalismenya secara mandiri. e. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan wahana informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut khususnya penelitian tentang persiapan menghadapi Ujian Nasional (UN).