BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

SKRIPSI. Oleh : AHMAD DARKO AMIRIL MU MININ /

PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

KAJIAN ATAS GANTI RUGI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WAKAF DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Diatas tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum merupakan salah satu

Bagaimana Caranya Kita Bersyukur? Wednesday, 15 May :39

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Disusun oleh DAVID SATRIA I

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

BAB III Data Analisis Terhadap Proses Pencatatan Status

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan. Namun,

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Keutamaan Puasa

Ida Rahayuningsih FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Agraria. Dalam rangka pembaharuan Hukum Agraria Nasional, perwakafan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana di ketahui bahwa negara Indonesia mayoritas. kepentingan keagamaan, seperti pembangunan rumah ibadah maupun kegiatan

Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013. Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, Ed. 1, Cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI KOMPARATIF JUAL BELI TANAH WAKAF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 DENGAN HUKUM FIQIH

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Ekonomi Islam.

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

SKRIPSI. Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain

BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo)

Pendidikan Agama Islam

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Oktober :57 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 28 Oktober :12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatannya haruslah di dasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang didapatkan dibangku perkuliahan dan diterapkan di tempat kerja

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG WAKAFYANG DIWARISKAN SETELAH WAKIF MENINGGAL DUNIA

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

I. PENDAHULUAN. maupun manfaat untuk dimiliki oleh penerima wasiat sebagai pemberian yang

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN PEMANFAATAN HARTA WAKAF (Studi Kasus di Masjid Al-Ihsan Desa Ruwit Kecamatan Wedung Kabupaten Demak)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wakaf merupakan perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi serta bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Oleh. yang paling baik serta keistimewaan yang menonjol.

ANALISIS TERHADAP PROSES PENCATATAN STATUS TANAH WAKAF MASJID USWATUN HASANAH DI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

MANAJEMEN BADAN PENGELOLA WAKAF MASJID AGUNG KAUMAN SEMARANG DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI HARTA WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti zakat, infak, shadaqah, hibah, dan wakaf. Lembaga-lembaga ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dan isi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. rakyat Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang nomor

PENDAHULUAN. Belakangan ini di Indonesia muncul berita yang mengejutkan berbagai

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita

Keuangan mulai tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Hal ini dapat. dilihat dari terus meningkatnya perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat

Uang Sebagai Alat Tukar Kebahagiaan Dunia dan Akhirat. Bab 1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH MUSLIM DAN NON MUSLIM TERHADAP TRANSAKSI PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Ikin Ainul Yakin

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI WAKAF TUNAI

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

Sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk bersedekah di jalan Allah:

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan.

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan tanah untuk melangsungkan kehidupan. Begitu pentingnya tanah

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

DIANTARA AMALAN UNTUK MEMAKMURKAN RAMADHAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan hukum ataupun Pemerintah pasti melibatkan soal tanah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN PEMILIKAN HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING (WNA) DENGAN AKTA NOMINEE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas dan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dimaksud adalah tersebut dalam Pasal 25 ayat (3) Undang -Undang

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF. A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk diupayakan oleh negara. Ketersedian tanah-tanah negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena tanah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sebagian besar kehidupan manusia bergantung pada tanah. Tanah dinilai sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanen dan dapat dicadangkan untuk kehidupan pada masa mendatang. Dewasa ini ketersediaan tanah-tanah Negara yang bebas yang sama sekali tidak dimiliki atau diduduki orang atau pihak-pihak berkepentingan lainnya adalah sangat terbatas. 1 Maka dari itu pemerintah melakukan upaya yang disebut pengadaan tanah agar kebutuhan tanah baik untuk kepentingan umum maupun swasta yang telah direncanakan dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dapat terlaksana. Pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah untuk memperoleh tanah untuk berbagai kepentingan pembangunan, khususnya bagi kepentingan umum. Pada prinsipnya pengadaan tanah dilakukan dengan cara musyawarah antara pihak yang memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah yang tanahnya diperlukan untuk kegiatan pembangunan. 2 Dalam proses pengadaan tanah juga dikenal istilah pembebasan tanah, yaitu proses dimana tanah yang akan menjadi obyek pengadaan tanah terlebih dahulu dibebaskan, atau dicabut hak atas tanahnya dari pemilik atau yang menguasai sebelumnya. 1 Oloan Sitorus dan Dayat Limbong. 2004. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Mitra Kebijakan Tanah. Yogyakarta. Halaman 1. 2 Maria S.W. Sumardjono. 2008. Tanah dalam Perpektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya. Kompas, Jakarta. Halaman 280. 1

Masalah pembebasan tanah sangat rawan dalam penanganannya, karena di dalamnya menyangkut hajat hidup orang banyak, apabila dilihat dari kebutuhan pemerintah akan tanah untuk keperluan pembangunan, dapatlah dimengerti bahwa tanah negara yang tersedia sangatlah terbatas, oleh karena itu satu-satunya cara yang dapat ditempuh adalah dengan membebaskan tanah milik masyarakat, baik yang telah di kuasai dengan hak berdasarkan Hukum Adat maupun hak-hak lainnya menurut UUPA. 3 Dalam pengadaan tanah tidak menutup kemungkinan tanah yang akan digunakan bagi pembangunan untuk kepentingan umum tersebut berstatus sebagai tanah wakaf. Dalam UU No. 2 Tahun 2012 tidak diatur secara khusus berkenaan dengan wakaf hanya pada penjelasan Pasal 40 yang membahas tentang pihak yang berhak menerima ganti kerugian dalam huruf c disebutkan nadzir, untuk tanah wakaf. 4 Dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c Perpres No. 71 Tahun 2012 juga disebutkan, nadzir, untuk tanah wakaf. 5 Dalam pasal 20 peraturan yang sama disebutkan : (1) Nadzir untuk tanah wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c merupakan pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. (2) Pe1aksanaan ganti kerugian terhadap tanah wakaf dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang wakaf. 6 3 Adrian Sutedi. 2008. Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan. Sinar Grafika. Jakarta. Halaman 45. 4 Penjelasan Pasal 40 UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. 5 Pasal 17 ayat (2) huruf c. PP No. 71 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. 6 Pasal 20 PP No. 71 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. 2

Wakaf merupakan tuntunan yang ada pada syari at Islam. Dasar hukumnya terdapat dalam Al-Qur an dan Hadits, ayat-ayat yang menjadi dasar hukum wakaf adalah : Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan 7 Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya 8 Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-nya) lagi Maha Mengetahui 9 7 QS. Al-Hajj (22) Ayat 77 8 QS. Ali Imron (3) Ayat 92 9 QS. Al-Baqarah (2) Ayat 261 3

Dalam hadits tidak pernah disebutkan secara langsung mengenai wakaf akan tetapi dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah yang menjelaskan tentang shodaqoh jariyah hadits tersebut berbunyi : Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasullah SAW bersabda : apabila anak Adam meninggal dunia maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara ; shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakannya. (HR. Muslim) 10 Wakaf adalah akad lazim (harus dilaksanakan yang tidak boleh dibatalkan). Yakni akad yang bersifat tetap tidak boleh diubah dan tidak boleh dibatalkan. Sebab ia termasuk salah satu sedekah yang dikeluarkan karena Allah Ta ala, sehingga ia tidak boleh diambil kembali seperti halnya sedekah. 11 Dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf disebutkan, Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang untuk: (a) dijadikan jaminan; (b) disita; (c) dihibahkan; (d) dijual; (e) diwariskan; (f) dituak atau dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya. 12 Dalam hal ini penulis akan terfokus pada Pasal 40 huruf (f) yang membahas tentang pengalihan hak terhadap tanah wakaf yang aturan pengecualiannya diatur dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Isi dari ketentuan Pasal 41 UU No. 41 Tahun 2004 adalah : 10 Muh. Syarif Sukandar. 2000. Terjemahan Kitab Bulughul Maram. Bandung. Al- Ma arif. Hadits Nomor 886. Halaman 340. 11 Muhammad Bin Shalih Al- Utsaimin. 2009. Panduan Wakaf Hibah dan Wasiat Menurut al-qur an dan as-sunnah. Pustaka Imam Asy-syaafi i. Jakarta. Halaman 84. 12 Pasal 40 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. 4

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf f dikecualikan apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak bertentangan dengan syariah. (2) Palaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin tertulis dari Menteri atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia. (3) Harta benda wakaf yang telah diubah statusnya karena ketentuan pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar sekurang-kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula. (4) Ketentuan mengenai perubahan status harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 13 Contoh kasus berkenaan dengan pengadaan tanah yang berasal dari tanah wakaf yang menjadi permasalahan fakta di lapangan adalah permasalahan yang menghambat proses pembangunan Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja). Menurut Plt Sekda Jabar, Iwa Karniwa, hambatan pertama adalah soal pembebasan lahan. Namun, realisasinya terus tumbuh menjadi 94,85 persen dari sebelumnya hanya 90 persen saat Ground breaking pada 10 September 2015. Permasalahan pembebasan lahan ini, kata dia, berada pada persoalan tanah wakaf. Karena itu, pihaknya melakukan pendataan. Nantinya data ini akan dikoordinasikan dengan Kanwil Kemenag Jabar. "Saya sudah minta agar data tanah wakaf ini sudah ada pada Senin mendatang," ujar Iwa kepada wartawan di Gedung Sate, akhir pekan lalu. 14 13 Pasal 41 UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. 14 Nidia Zuraya. Tanah Wakaf jadi Hambatan Pembebasan Lahan Tol Soroja. http://www.republika.co.id. Edisi 11 Oktober 2015, diakses pada 01 Februari 2016, jam 10.44 WIB. 5

Contoh kasus di atas membuktikan bahwa dalam upaya pemerintah melakukan pengadaan tanah demi memenuhi kebutuhan akan tanah yang akan digunakan untuk pembangunan terutama untuk kepentingan umum juga akan berhadapan dengan tanah yang berstatus tanah wakaf. Hal tersebut juga kemungkinan terjadi di Proyek Pengadaan Tanah untuk Jalan Bebas Hambatan Pandaan Malang di Kabupaten Malang. Melihat pada permasalahan tersebut di atas penulis ingin melihat dari sudut pandang Hukum Islam dan Hukum Positif. Penulis juga ingin mengetahui kasus pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang berasal dari tanah wakaf yang ada di Proyek Pengadaan Tanah untuk Jalan Bebas Hambatan Pandaan - Malang di Kabupaten Malang, untuk itu penulis mengambil judul Implementasi Pasal 41 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Terkait Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang Berasal dari Tanah Wakaf Ditinjau dari Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Studi Kasus Proyek Pengadaan Tanah untuk Jalan Bebas Hambatan Pandaan - Malang di Kabupaten Malang). 6

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi Pasal 41 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf terkait pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang berasal dari tanah wakaf ditinjau dari perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif? 2. Bagaimana kasus pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang berasal dari tanah wakaf dalam Proyek Pengadaan Tanah untuk Jalan Bebas Hambatan Pandaan - Malang di Kabupaten Malang? C. Tujuan Penulisan Bardasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui implementasi Pasal 41 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf terkait pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang berasal dari tanah wakaf ditinjau dari perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif. 2. Untuk mengetahui kasus pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang berasal dari tanah wakaf dalam Proyek Pengadaan Tanah untuk Jalan Bebas Hambatan Pandaan - Malang di Kabupaten Malang. 7

D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Penulisan ini diharapkan dapat menjadi tambahan keilmuan dalam bidang hukum pertanahan dan perwakafan khususnya dalam permasalahan pengadaan tanah untuk kepentingan umum oleh pemerintah yang berasal dari tanah yang berstatus tanah wakaf. Penelitian juga diharapkan menjadi bahan referensi serta bahan studi lanjutan bagi perkembangan hukum pertanahan dan hukum wakaf khususnya berkaitan dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang berasal dari tanah wakaf. 2. Manfaat Praktis 1) Bagi Penulis Penelitian ini bisa memberikan tambahan keilmuan dan memperkaya wawasan di bidang hukum pertanahan dan perwakafan khususnya tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang berasal dari tanah wakaf. Juga sebagai persyaratan akademis guna memperoleh gelar kesarjanaan Strata 1 (S1) di bidang syari ah dan ilmu hukum konsentrasi hukum islam. 2) Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat tentang pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang berasal dari tanah wakaf. 8

3) Bagi Pemerintah Memberikan sumbangsih terhadap pelaksanaan pengadaan tanah yang dilakukan oleh pemerintah yang berasal dari tanah wakaf agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. E. Metode Penulisan 1. Metode Pendekatan : Metode penelitian menggunakan pendekatan Yuridis Sosiologis yaitu dengan melihat penerapan hukum di dalam praktek pada lembaga terkait. Aturan hukum yang digunakan penulis diantaranya UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Perpres No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Undang-Undang Pokok Agraria. Berangkat dari aturan perundang-undangan yang ada, penulis akan mengaitkan dengan fakta-fakta yang ada di Lapangan yaitu Wilayah Hukum Kabupaten Malang sebagai wilayah administrasi dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang dalam implementasi pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang berasal dari tanah wakaf menurut hukum Islam dan kasus pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang berasal dari tanah wakaf dalam Proyek Pengadaan Tanah untuk Jalan Bebas Hambatan Pandaan - Malang di Kabupaten Malang. 9

2. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian : Penulis dalam hal ini akan mengambil lokasi penelitian di Wilayah Hukum Kabupaten Malang sebagai wilayah administrasi dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang yang beralamat di Jl. Terusan Kawi No 10 Sukun, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penulis juga melakukan observasi di Desa Sidodadi, Desa Bedali, Desa Baturetno, Desa Asrikaton dan Desa Tirtomoyo. Alasan penulis memilih lokasi di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang adalah karena Badan Pertanahan Nasional memiliki informasi tentang data-data pertanahan maupun praktisi yang dapat dijadikan responden untuk diwawancara dan observasi di beberapa desa yang merupakan desa yang terkena dampak Proyek Pengadaan Tanah untuk Jalan Bebas Hambatan Pandaan - Malang di Kabupaten Malang dan data yang diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang. 3. Sumber Data : 1) Data Primer : Data primer adalah data yang diperoleh oleh penulis langsung dari lokasi penelitian, dimana nantinya sumber ini akan dijadikan sumber utama dalam penulisan penelitian ini. Data primer penelitian ini didapat dari lokasi penelitian yang dilakukan mulai November 2015 s/d Juni 2016 di wilayah hukum Kabupaten Malang. Data primer terkait tinjauan pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang berasal dari tanah wakaf ini meliputi : 10

a. Data tertulis dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang dari tahun 2012 s/d 2014 dan data pendukung dari lokasi observasi di beberapa desa yang terdampak proyek di Kabupaten Malang. b. Hasil wawancara dari pihak-pihak terkait di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang untuk mengetahui kasus dan perspektif Hukum Positif. Serta pendapat dari beberapa ulama untuk diminta pendapat terkait permasalahan dalam perspektif Hukum Islam. 2) Data Sekunder : Data sekunder merupakan data yang penulis dapat dari buku, kitabkitab, penelitian-penelitian sebelumnya dan jurnal-jurnal ilmiah yang membahas tentang pengadaan tanah, tanah wakaf, data dari internet, media cetak atau elektronik maupun sumber lain yang mendukung yang dapat digunakan dalam penelitian ini, yang dapat peneliti gunakan sebagai rujukan. 11

4. Teknik Pengumpulan Data : Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 15 Pengumpulan data yang digunakan penulis antara lain melalui observasi, wawancara dan studi dokumen. Observasi dilakukan di Wilayah Hukum Kabupaten Malang sebagai wilayah administrasi dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang, wawancara kepada responden dan studi dokumen dari lapangan. 1) Wawancara Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan maknanya dalam suatu topik tertentu. 16 Tehnik wawancara digunakan untuk mencari berbagai informasi yang terkait dengan penelitian ini. Adapun pihak-pihak yang nantinya akan menjadi informan terkait dengan penelitian ini adalah : a. Bapak Kamdani, A.Ptnh. (Kepala sub seksi pendaftaran tanah Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang). b. Ibu Titik Mega Hardiati, A.Ptnh. (Kepala sub seksi pengadaan tanah instansi pemerintah (PTIP) Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang). c. Ustad Nadhif, S.Sy., M.PdI. (Direktur Pondok Pesantren Muhammadiyah Kudus). 15 Sugiyono. 2010. Metode Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Halaman 3. 16 Ibid. Halaman 317. 12

d. Bapak Drs. Suali (Kabag haji dan umroh Kemenag Kabupaten Demak). e. Ustad Muzaidi, Lc. (Wakil direktur Pondok Pesantren Al-Muttaqin Soan Jepara). Hasil dari wawancara ini kemudian oleh penulis tidak dengan begitu saja diterima, tapi akan dilakukan pengecekan melalui pengamatan. 2) Observasi Metode pengumpulan data dengan cara observasi pada dasarnya adalah dengan melakukan pengamatan yang terfokus terhadap kejadian suatu hal, dengan ikut berperan serta di dalam masyarakat. 17 Dalam hal ini penulis akan melakukan pengamatan dan pendataan terhadap tanah wakaf yang terdampak Proyek Pengadaan Tanah untuk Jalan Bebas Hambatan Pandaan - Malang di Wilayah Hukum Kabupaten Malang. Yang penulis lakukan di Desa Bedali, Desa Sidodadi, Desa Baturetno, Desa Tirtomoyo dan Desa Asrikaton. 3) Studi Dokumen Studi dokumen yaitu melakukan tambahan pemahaman atau informasi terhadap penelitian melalui data-data yang bersumber dari data tertulis atau data gambar. 18 Dalam hal ini penulis akan mencari di Lapangan data-data yang diperlukan terkait penelitian ini. 17 Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Analisa Data. Jakarta. Rajawali Press. Halaman 3, 18 Sugiyono. Op.Cit. Halaman 329. 13

5. Teknik Analisa Data : Setelah melakukan pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka selanjutnya penulis akan melakukan analisa terhadap data-data yang didapat tersebut dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael mengatakan yang dimaksud metode deskriptif adalah mendeskripsikan situasi atau kawasan secara sistematis, factual dan actual. 19 Dalam hal ini penulis akan menganalisa data yang didapat melalui wawancara, observasi dan studi dokumen kemudian akan dianalisa sesuai dengan teori-teori yang ada dan mendeskripsikan apa yang penulis temui dalam data yang sudah didapat dalam hasil penelitian. 19 Hasan Bisri. 2004. Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta. PT. Raja Grafika Persada. Halaman 266. 14

F. Sistematika Penulisan BAB I : Berisi Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II : Berisi Tinjauan Pustaka yang di dalamnya memuat penelitian terdahulu dan kajian teori. Adapun kajian teori berisi tentang pengertian dan teori-teori tentang pengadaan tanah serta pengertian dan teori-teori tentang wakaf. BAB III : Berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan yang membahas tentang penelitian lapangan mulai dari cara memperoleh data, kendala penelitian, data-data dari lapangan maupun hasil wawancara kepada responden. BAB IV : Berisi Penutup yang di dalamnya memuat kesimpulan yang berisi tentang jawaban dari rumusan masalah dan saran tentang harapan penulis terhadap penelitian selanjutnya. 15