BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan manajemen sekolah baik yang konvensional maupun yang

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi. perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat,

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : SITI ANA MISROKHAH A

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil studi PERC (Political and Economy Risk Consults)

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dilihat juga dari sikap dan mentalitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja didalamnya. Orang-orang yang bekerja di sekolah adalah

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani. hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam hal ini pada saat proses belajar mengajar guru memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB I PENDAHULUAN. manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab

I. PENDAHULUAN. mungkin akan terjadi di dalam pergaulan dewasa atau pergaulan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

terdahulu, maka kesimpulan peneliti sebagai berikut: semaka makin tinggi motivasi berprestasi guru.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BABI I'ENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

NAMA :ANDI SUBANDRIYO NIM. :Q

BAB I PENDAHULUAN. karyawan untuk mendapatkan kinerja terbaik. memikirkan bagaimana cara perusahaan beradaptasi dengan lingkungan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan kepuasan kerja guru. Kepuasan kerja (job satisfaction) guru merupakan sasaran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan, yakni peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak berkepentingan lainnya. Dalam menjaga mutu proses tersebut, diperlukan adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala komponen pendukungnya. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam proses kerjanya selalu berhadapan dengan uncertainty and interdependence. Maksudnya mekanisme kerja (produksi) di lembaga pendidikan secara teknologis tidak dapat dipastikan karena kondisi input dan lingkungan yang tidak pernah sama sekali sama. Selain itu proses pendidikan di sekolah juga tidak terpisahkan dengan lingkungan keluarga maupun pergaulan peserta didik (Depdiknas, 2009:1). Peningkatan kualitas pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembangunan bangsa. Kualitas pendidikan memiliki arti bahwa lulusan pendidikan memiliki kemampuan yang sesuai, sehingga dapat memberikan kontribusi yang tinggi bagi pembangunan. Kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar tersebut guru memegang peran yang penting. Guru adalah kreator proses 1

2 belajar mengajar. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik dan mampu mengekspresikan ide-ide dan kretivitasnya dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah (Depdiknas, 2008:1). Hal ini disebabkan karena guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan, dengan kata lain salah satu persyaratan penting bagi terwujudnya pendidikan yang bermutu adalah apabila pelaksanaannya dilakukan oleh pendidik-pendidik yang keprofesionalannya dapat diandalkan. Tinggi rendahnya mutu hasil belajar siswa banyak tergantung pada kemampuan mengajar guru. Apbila guru memiliki kemampuan mengajar yang baik, maka akan membawa dampak peningkatan iklim belajar mengajar yang baik. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan guru adalah pendidik professional. Menurut Suyanto (2007:7) guru yang professional harus selalu berubah dari praktek lama, dan bahkan juga harus bisa meninggalkan metode lama untuk menghadapi tantangan professional kini dan mendatang dengan cara dan metode yang sama sekali baru.

3 Adanya Kurikulum yang baik, perpustakaan yang lengkap, laboratorium yang canggih, ketersediaan komputer dan internet tidak akan ada artinya dalam memperbaiki mutu pendidikan bila guru-gurunya tidak bermutu dan tidak mencintai profesinya. Guru bermutu adalah guru yang menguasai ilmu yang diajarkan sekaligus menguasai ketrampilan mengajar. Guru kelas adalah guru yang bertanggung jawab terhadap suatu kelas, baik dalam proses pembelajaran maupun administrasi kelas yang dikelolanya. Setiap guru kelas mempunyai tugas ganda, yaitu sebagai wali kelas dan guru beberapa bidang studi. Peran guru yang demikian kompleks itu mempunyai beban yang lebih tinggi dibanding guru bidang studi, seperti IPA, IPS, dan sebagainya. Kekompleksan tugas guru tersebut menuntut konsekuensi logis bagi guru untuk menguasai beberapa mata pelajaran dan metode pengajarannya sehingga keadaan ini dapat menghambat gerak kreativitas guru yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja guru itu sendiri dalam melaksanakan pembelajaran (Wayan, 2004:1). Sardiman (2005:125) mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai

4 pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar. Terbentuknya kemampuan dan sikap professional guru-guru SMA memang tidak mudah, belum tentu terbentuknya kemampuan professional guru-guru akan sekaligus terbentuk pula sikap professionalnya, karena banyak faktor yang menentukan. Meskipun guru telah terdidik dibidang kependidikan, belum tentu akan secara otomatis terbentuk juga kemampuan dan sikap professional ini, karena program pendidikan yang dipelajari kemungkinan tidak atau kurang memberikan penekanan terhadap program pembentukan kemampuan dan sikap professional ini. Sikap guru terhadap pekerjaan dapat dilihat dalam bentuk persepsi dan kepuasannya terhadap pekerjaan maupun dalam bentuk motivasi kerja yang ditampilkan. Guru yang memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sudah barang tentu akan menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekrjaannya maupun motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru yang mampu bekerja secara professional dan memiliki kompetensi professional yang tinggi. Kepala Sekolah diharapakan menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan Kepala Sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah. Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinannya sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah. Namun kenyataannya sekarang hubungan antar sesama guru dan Kepala Sekolah lebih banyak

5 bersifat birokratis dan administratif sehingga tidak mendorong terbangunnya suasana dan budaya profesional akademik kalangan guru. Kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan, dan Kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Dengan peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka dipastikan guru-guru yang juga merupakan mitra kerja Kepala sekolah dalam berbagai bidang kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap positif terhadap pekerjaanya dan meningkatkan kompetensi profesionalnya. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen

6 pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004:25). Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat penting untuk diperhatikan. pencapaian visi dan misi sekolah tidak dapat secara efektif apabila tidak didukung oleh lingkungan kerja yang menyenangkan. gaji yang besar, tersedianya alat transformasi tidak akan berarti apabila guru tidak dapat bekerja dan meningkatkan tanggungjawab untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik menuju kearah peningkatan produktivitas. Penciptaan suasana kerja yang baik oleh guru dalam upaya menunjang keberhasilan proses pembelajaran merupakan perwujudan salah satu bentuk dari kode etik profesi keguruan. Oleh sebab itu guru harus aktif mengusahakan terciptanya lingkungan kerja yang baik. mewujudkan lingkungan kerja yang baik memerlukan keikhlasan pengorbanan bagi semua pihak. Kinerja guru juga dipengaruhi oleh program penataran yang diikutinya. Untuk memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. Hal ini

7 menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara penyampaian materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk itu guru perlu mengikuti program-program penataran. Peningkatan hasil kerja guru merupakan titik sentral dalam peningkatan kualitas pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh tingkat kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana semua komponen persekolahan, apakah itu Kepala Sekolah, guru, staf pegawai, pesuruh maupun siswa saling mendukung. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan niat yang bersih dan iklas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini (Isjoni 2004:1). Berdasarkan masalah-masalah yang ada peneliti mencoba melakukan pengamatan (observasi) pada beberapa SMA Negeri se-kota Magelang. Hasil pengamatan sepintas yang diperoleh ialah : guru terlihat kurang membuat persiapan harian, guru kurang mampu menciptakan kondisi belajar yang kondusif, guru belum menciptakan kondisi fisik ruangan belajar dan penyediaan alat-alat peraga yang baik, guru kurang melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Kepala sekolah, Kepala sekolah banyak melaksanakan

8 tugas luar. Sedangkan dari sisi guru, bahwa pembinaan dan perhatian Kepala sekolah kepada guru sangatlah kurang, kepemimpinan Kepala sekolah hanya berorientasi pada tugas pengadaan sarana dan prasarana dan kurang memperhatikan guru dalam melakukan tindakan pembelajaran, hubungan interpersonal Kepala sekolah dengan guru kurang baik, bahkan timbulnya sikap apatis para guru untuk melaksanakan tugasnya di kelas karena adanya persepsi bahwa tidak ada bedanya penghargaan terhadap guru yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi. Pihak sekolah juga kurang memberikan perhatian kepada guru untuk mengembangkan karirnya baik lewat keikutsertaan dalam pelatihan maupun penulisan karya ilmiah/jurnal, dan inovasi-inovasi dalampembelajaran belum banyak dilakukan. Selain itu juga beberapa sekolah yang dalam pengamatan saya, khusus penataan infrastrukturnya seperti : ruangan kantor, rungan kelas, perpustakaan belum terlihat mendukung suasana kerja yang kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi guru. Dari beberapa masalah yang peneliti dapatkan ini, yang kemudian peneliti memilih untuk melakukan penelitian terhadap guru-guru di SMA Negeri se-kota Magelang khususnya guru-guru mata pelajaran ekonomi, berkaitan dengan kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Karena dari faktor-faktor itulah peningkatan mutu pendidikan lewat usaha perbaikan kinerja guru ekonomi SMA Negeri baik oleh guru, pihak sekolah maupun pemerintah/dinas pendidikan nasional di Kota Magelang dapat dilaksanakan secara optimal.

9 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul. Adapun masalah-masalah yang muncul sebagai berikut: 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah kurang memperhatikan guru dalam melakukan tindakan pembelajaran 2. Guru kurang mampu menciptakan kondisi belajar yang kondusif. 3. Guru belum menciptakan kondisi fisik ruangan belajar dan penyediaan alat-alat peraga yang baik. 4. Penataan infrastruktur sekolah belum terlihat mendukung suasana kerja bagi guru. 5. Guru kurang melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh kepala sekolah. 6. Pihak sekolah belum memberikan peluang kepada guru untuk mengembangkan karier dalam pelatihan. 7. Belum adanya perhatian sekolah terhadap guru SMA menyangkut aspekaspek proses pembelajaran, tanggung jawab, minat, motivasi, kerja sama, pemberian insentif, tingkah laku dan kecakapan mereka dalam bekerja. C. Batasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih mendalam, terfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan pada kepemimpinan Kepala Sekolah, suasana

10 kerja, dan pemberian insentif. Pandangan lain bahwa masalah ini mempunyai kaitan yang sangat erat terhadap kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik di sekolah. D. Rumusan Masalah Dengan adanya batasan masalah, maka dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan pokok adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja guru ekonomi di SMA Negeri se-kota Magelang? 2. Bagaimana kinerja guru ekonomi dilihat dari kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Negeri se-kota Magelang? 3. Bagaimana kinerja guru ekonomi dilihat dari suasana kerja guru di SMA Negeri se-kota Magelang? 4. Bagaimana kinerja guru ekonomi dilihat dari pemberian insentif di SMA Negeri se-kota Magelang? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini untuk: 1. Mengetahui kinerja guru ekonomi di SMA Negeri se-kota Magelang. 2. Mengetahui kinerja guru ekonomi dilihat dari kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Negeri se-kota Magelang. 3. Mengetahui kinerja guru ekonomi dilihat dari suasana kerja guru di SMA Negeri se-kota Magelang.

11 4. Mengetahui kinerja guru ekonomi dilihat dari pemberian insentif di SMA Negeri se-kota Magelang. F. Manfaat Penelitian Secara terperinci manfaat utama penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya pendayagunaan sumber daya manusia secara efektif sehingga mendukung pencapaian sasaran program pendidikan. 2. Secara praktis bagi guru SMA Negeri khususnya guru ekonomi, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi dirinya dalam rangka peningkatan kinerja.