PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

REALISASI SEMENTARA APBNP

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

DATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Kunjungan Studi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 April 2015

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 63)

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA INDONESIA DALAM APBN

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan Menteri Keuangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG

NOTA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Peranan Sektor Migas sebagai Sumber Pendapatan APBN dan APBD. Disampaikan pada Diskusi Publik IESR Jakarta, 23 September 2015

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

Perekonomian Indonesia

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 REPUBLIK INDONESIA

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2016

FISKAL UNTUK MENDUKUNG RENCANA. Pada MUSRENBANGNAS Mei 2009

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENDAPATAN, HIBAH, BELANJA PEMERINTAH

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2015

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS APBN BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

Kondisi Perekonomian Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg

Transkripsi:

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%. Dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, target pertumbuhan ekonomi dikoreksi menjadi 4,5%, dan APBN-P 2009 target tersebut dikoreksi lagi menjadi 4,3%. Pada triwulan I 2009, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,4%, sedangkan dalam triwulan II pertumbuhan ekonomi mencapai 4,0%. Dengan demikian, dalam semester I 2009 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 4,2%, lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi semester I 2008 yang mencapai 6,34 %. Pertumbuhan ekonomi semester I 2009 tersebut bersumber dari konsumsi pemerintah, konsumsi masyarakat, dan investasi, yang masing-masing mencapai sebesar 18,0%, 5,4%, dan 3,0%. Sedangkan ekspor dan impor mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 17,2% dan minus 24,9%. 7 6 5 Grafik 1 Pertumbuhan Ekonomi (y-0-y), Semester I 2008-2009 % 4 3 2 6,25 6,42 6,34 4,4 4,0 4,2 2008 2009 1 0 QI QII Sem I 2. Inflasi Dalam UU APBN 2009, laju inflasi diperkirakan sebesar 6,2%, kemudian disesuaikan menjadi 6,0% dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi 4,5% dalam APBN-P 2009. Dari Januari hingga Agustus 2009, laju inflasi kumulatif sebesar 1,22% (y-t-d), inflasi Agustus 2009 terhadap Agustus 2008 sebesar 2,75% (y-o-y), dan inflasi pada bulan Agustus 2009 sebesar 0,56% (m-t-m). Secara tahunan, laju inflasi Agustus 2009 lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 11,85%. Hal ini disebabkan karena pada Agustus 2008 terjadi lonjakan harga minyak dunia yang tinggi sehingga menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. 1

Sedangkan secara bulanan, laju inflasi Agustus 2009 meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 yang mencapai 0,51%, sehingga menyebabkan inflasi tahun kalender pun meningkat yang mencapai 1,22%. Peningkatan ini disebabkan karena naiknya permintaan terutama bahan makanan sehingga menyebabkan meningkatnya harga-harga pada sektor tersebut. Hal ini karena pada dua minggu terakhir Agustus 2009 sudah memasuki bulan puasa, sekaligus merupakan faktor musiman setiap tahun. Y-o-y Grafik 2 Perkembangan Laju Inflasi IHK, 2008-2009 14,0% m-t-m 2,5% 12,0% 2,0% 1% 8,0% 6,0% 4,0% 2,0% 0,51% 11.85% 0.56% 2.75% 1,5% 1,0% 0,5% % % -0,5% Inflasi (y-o-y) Inflasi (m-t-m) 3. Nilai Tukar Rupiah Dalam UU APBN 2009, asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan sebesar Rp9.400/US$, yang kemudian disesuaikan dalam Dokumen Stimulus menjadi Rp11.000/US$, dan dikoreksi menjadi Rp10.500/US$ dalam APBN-P 2009. Dalam bulan Januari sampai dengan Agustus tahun 2009, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai rata-rata Rp10.822,9/US$, atau melemah dibandingkan posisinya dalam Agustus 2008 yang mencapai Rp9.233,5/US$. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti peningkatan kerugian lembaga keuangan dan korporasi serta polemik stimulus di Amerika Serikat, dan faktor internal, berupa kekhawatiran terhadap kecukupan cadangan devisa dan kewajiban pembayaran utang luar negeri yang membuat nilai tukar rupiah semakin tertekan. 2

13.000 Grafik 3 Perkembangan Nilai Tukar Terhadap Dolar AS, 2008-2009 Nilai Tukar (Rp/US$) 12.000 11.000 10.000 9.000 2008: Rp9.233,5 2009: Rp10.822,9 8.000 Jan 08 Feb Aug Sep Okt Nov Des Jan 09 Feb Agust 4. Suku bunga SBI 3 bulan Dalam UU APBN 2009 dan dalam Dokumen Stimulus serta dalam APBN-P 2009, suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan sebesar 7,5%. Selama bulan Januari sampai dengan Agustus 2009 realisasi rata-rata SBI 3 bulan mencapai 8,1%, yang berarti menurun dibandingkan realisasinya selama bulan Januari sampai dengan Agustus 2008 yang mencapai rata-rata 8,6%. 12 Grafik 4 Perkembangan Suku Bunga SBI-3 Bulan, 2008-2009 11,03 SBI (%) 11 10 9 Jan -Agustus 2008: 8,6% 9,00 9,57 9,73 9,84 11,50 11,08 10,39 9,29 8,68 2009: 8,1% 8 7 7,83 7,97 8,03 8,04 8,34 8,28 7,54 7,08 6 Jan 08 Feb Agust Sep Okt Nov Des Jan 09 Feb 5. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) Dalam UU APBN 2009, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan US$8 per barel. Dalam Dokumen Stimulus, asumsi harga minyak dikoreksi menjadi US$45 per barel, tetapi kemudian disesuaikan kembali menjadi US$61 per barel dalam APBN-P 2009. Realisasi ICP selama bulan Januari sampai dengan Agustus 2009 mencapai sebesar US$55,83 per barel, menurun dari realisasinya dalam bulan Januari sampai dengan Agustus 2008 yang mencapai US$113,34/barel. 3

160 Grafik 5 Perkembangan Harga Minyak Indonesia (ICP), 2008-2009 (us$/barel) 140 120 100 80 60 40 20 0 109,30 103,11 92,09 94,64 124,67 132,36 134,96 115,56 99,06 2008: 113,3 70,66 49,32 72,47 68,91 64,85 57,86 38,45 41,89 43,10 46,95 50,62 2009: 55,83 Jan Peb Agust Sept Okt Nop Des Jan Peb Agust 2008 2009 6. Lifting minyak mentah Dalam UU APBN 2009, Dokumen Stimulus 2009, dan APBN-P 2009, lifting minyak diasumsikan sebesar 0,960 juta barel per hari. Pada Januari- 2009 rata-rata realisasi lifting minyak mencapai 0,869 juta barel per hari, yang berarti lebih rendah dibandingkan realisasi Januari- 2008 yang mencapai 0,913 juta barel per hari. Ribu barel/hari 1.100 Jan - 2008 : 839,2 ribu barel/hari 1.050 1.000 950 900 850 800 750 700 779,74 748,73 924,72 855,38 827,39 935,33 Grafik 6 Lifting, 2008-2009 802,87 769,5 947,0 913,9 909,2 1.056,3 976,8 85 1.018,7 Jan 2009 : 956,63 ribu barel/hari 917,6 920,4 858,0 872,0 Jan Peb Agust Sept Okt Nop Des Jan Peb 2008 2009 II. REALISASI APBN 1. Pendapatan Negara dan Hibah Dalam UU APBN 2009, pendapatan negara dan hibah ditetapkan sebesar Rp985,7 triliun. Target tersebut direvisi menjadi Rp848,6 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp871,0 triliun dalam APBN-P 2009. 4

Sampai dengan 31 Agustus 2009, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp498,5 triliun (57,2% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 yang mencapai 67,9% dari targetnya dalam APBN-P 2008, realisasi tersebut berarti lebih rendah 10,7%. Realisasi pendapatan negara dan hibah terdiri atas realisasi penerimaan dalam negeri Rp498,1 triliun (57,3% dari targetnya dalam APBN-P 2009), dan realisasi hibah Rp0,3 triliun (34,4% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Realisasi penerimaan dalam negeri tersebut terdiri atas realisasi penerimaan perpajakan Rp387,5 triliun (59,4% dari targetnya dalam APBN-P 2009) dan realisasi PNBP Rp110,6 triliun (50,7% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan 31 Agustus 2009 terdiri dari PPh sebesar Rp207,9 triliun (53,7%), PPN sebesar Rp112,9 triliun (29,1%), PBB dan BPHTB sebesar Rp15,9 triliun (4,1%), cukai sebesar Rp36,6 triliun (9,4%), Bea masuk dan bea keluar sebesar Rp12,2 triliun (3,1%), serta pajak lainnya sebesar Rp2,0 triliun (0,5%). Sementara itu, realisasi PNBP sampai dengan 31 Agustus 2009 terdiri dari penerimaan SDA Rp62,4 triliun (56,4%), Laba BUMN Rp11,3 triliun (10,2%), PNBP lainnya Rp34,6 triliun (31,3%), dan BLU sebesar Rp2,4 triliun (2,1%). 8 7 6 5 4 3 1 Grafik 7 Penerimaan Negara dan Hibah, Januari Agustus 2009 Januari Pebruari et il Agustus Hibah 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 PNBP 1 12,3 7,2 8,0 18,4 22,7 16,8 15,3 Pajak 45,4 37,9 49,9 64,1 42,5 48,8 48,3 50,7 55,3 50,2 57,1 72,1 61,0 71,6 65,1 66,1 7 6 5 4 3 1 (1) Grafik 8 Penerimaan Perpajakan, Januari - Agustus 2009 Januari Pebruari et il Agustus Bea Keluar 0,4 () 0,2 (0,1) Bea Masuk 1,4 1,3 1,5 1,4 1,4 1,4 1,6 1,6 Cukai 4,4 4,6 5,8 3,3 3,5 4,7 5,3 5,0 Pajak Lainnya 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 BPHTB 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,4 0,5 PBB 0,2 0,1 0,2 0,3 0,5 3,3 2,0 6,0 PPN 14,4 11,2 13,7 13,3 13,8 14,6 16,2 15,7 PPh Migas 5,2 3,6 3,0 4,8 4,8 6,0 3,9 3,5 PPh Non Migas 19,2 16,5 24,9 40,3 17,7 17,7 18,6 18,1 45,4 37,9 49,9 64,0 42,5 48,8 48,3 50,7 5

25,0 Grafik 9 PNBP, Januari - Agustus 2009 15,0 1 5,0 Januari Pebruari et il Agustus BLU 0,2 0,7 0,2 1,0 0,3 PNBP Lainnya 3,9 3,3 2,2 4,1 6,9 5,8 5,0 3,4 Laba BUMN 0,2 0,3 3,1 5,6 2,1 SDA Non Migas 2,3 0,3 0,3 1,9 1,2 1,2 1,2 0,8 SDA Migas 3,6 8,6 4,6 1,7 9,4 12,4 4,0 8,7 Series6 1 12,3 7,2 8,0 18,4 22,7 16,8 15,3 2. Belanja Negara Dalam UU APBN 2009, belanja negara ditetapkan sebesar Rp1.037,1 triliun, yang kemudian disesuaikan menjadi Rp988,1 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp1.000,8 triliun dalam APBN-P 2009. Sampai dengan 31 Agustus 2009, realisasi belanja negara mencapai Rp519,8 triliun (51,9% dari pagunya dalam APBN-P 2009). Apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2008 yang mencapai 53,2% dari pagunya dalam APBN-P 2008, realisasi tersebut berarti 1,3% lebih rendah. Realisasi belanja negara tersebut terdiri atas realisasi belanja pemerintah pusat Rp332,7 triliun (48,1% dari pagunya dalam APBN-P 2009) dan transfer ke daerah Rp187,1 triliun (60,5% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Realisasi belanja pemerintah pusat didominasi antara lain oleh belanja pegawai Rp89,8 triliun (27,0%), pembayaran bunga utang Rp64,2 triliun (19,3%), subsidi Rp58,1 triliun (17,5%) dan lainnya 36,2%. Sementara itu, realisasi transfer ke daerah sebagian besar berasal dari DAU Rp139,8 triliun (74,8%) dan DBH Rp30,8 triliun (16,5%). 10 Grafik 10 Belanja Negara, Januari - Agustus 2009 8 6 4 26,3 20,4 23,9 25,0 17,6 26,9 31,2 15,8 59,6 55,5 40,6 38,8 45,9 44,2 21,5 26,6 Januari Pebruari et il Agustus Transfer ke Daerah Belanja Pemerintah Pusat 6

6 5 Grafik 11 Belanja Pemerintah Pusat, Januari - Agustus 2009 4 3 1 Januari Pebruari et il Agustus Subsidi 4,4 3,1 2,3 14,2 10,2 13,7 10,2 Pembayaran Bunga Utang 9,9 5,7 8,3 7,3 6,1 12,3 9,7 5,0 K/L 6,2 12,2 17,8 21,5 19,6 23,7 29,4 22,7 16,0 22,3 29,2 31,2 39,9 46,2 52,8 37,8 35,0 Grafik 12 Transfer ke Daerah, Januari - Agustus 2009 3 25,0 15,0 1 5,0 Januari Pebruari et il Agustus Otsus & Peny. 3,0 0,5 1,5 0,3 1,9 DAK 4,2 2,0 0,8 0,8 0,7 0,9 DAU 31,0 15,5 15,6 15,5 15,6 15,6 15,6 15,5 DBH 0,3 0,3 4,1 4,6 0,7 8,4 3,9 8,5 31,2 15,8 23,8 25,0 17,6 26,3 20,4 26,9 3. Defisit Anggaran Dengan realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp498,5 triliun, dan realisasi belanja negara mencapai Rp519,8 triliun, sampai dengan 31 Agustus 2009 terdapat defisit anggaran Rp21,4 triliun (0,4 % terhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2008 yang mencapai surplus sebesar Rp81,8 triliun (1,8 % terhadap PDB), kinerja APBN 2009 hingga 31 Agustus 2009 berarti lebih baik penyerapannya. 7

10 Grafik 13 Surplus (defisit) Anggaran, 2008-2009 8 6 4 81,8 () 29 Agustus 2008 31 Agustus 2009 (21,4) (4) 4. Pembiayaan Anggaran Dalam UU APBN 2009, pembiayaan anggaran ditetapkan sebesar Rp51,3 triliun, yang kemudian disesuaikan menjadi Rp139,5 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp129,8 triliun dalam APBN-P 2009. Realisasi pembiayaan hingga 31 Agustus 2009 mencapai Rp60,9 triliun (46,9% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun 2008, realisasi tersebut berarti lebih rendah 32,6%. Realisasi pembiayaan anggaran tersebut terdiri atas realisasi pembiayaan dalam negeri Rp84,6 triliun (59,3% dari targetnya dalam APBN-P 2009) dan realisasi pembiayaan luar negeri minus Rp23,6 triliun (185,8% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Realisasi pembiayaan dalam negeri sebagian besar berasal dari SBN (neto) sebesar Rp83,1 triliun. Sementara itu, realisasi pembiayaan luar negeri berasal dari penarikan pinjaman luar negeri (bruto) sebesar Rp22,6 triliun; penerusan pinjaman sebesar minus Rp4,6 triliun dan pembayaran cicilan pokok utang LN sebesar minus Rp41,7 triliun. Dengan realisasi pembiayaan anggaran yang mencapai Rp60,9 triliun, sedangkan defisit anggaran mencapai Rp21,4 triliun, sampai dengan 31 Agustus 2009 terdapat kelebihan pembiayaan anggaran Rp39,6 triliun. Pada 31 Agustus 2008, terjadi kelebihan pembiayaan tersebut mencapai Rp156,9 triliun. 4 3 Grafik 14 Pembiayaan Anggaran, Januari Agustus 2009 2,4 1 (1) () 17,1 8,1 (2,9) (1,9) Januari Pebruari 31,4 1,1 14,4 8,9 11,2 3,2 (4,4) (3,8) (9,5) (2,3) et il Agustus (11,8) (3) Pembiayaan LN Pembiayaan DN 8

REALISASI APBN s.d Agustus, 2008-2009 (dalam triliun rupiah) 2008 2009 APBN-P LKPP (Audited) Realisasi s.d 29 Agustus % thd APBN-P APBN-P Realisasi s.d 31 Agustus % thd APBN-P A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 895.0 981.6 607.9 67.9 871.0 498.5 57.2 I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 892.0 979.3 607.2 68.1 870.0 498.1 57.3 1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 609.2 658.7 427.3 70.1 652.0 387.5 59.4 a. Pajak Dalam Negeri 580.2 622.4 401.0 69.1 631.9 375.3 59.4 b. Pajak Perdagangan Internasional 29.0 36.3 26.3 90.9 20.0 12.2 60.9 2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 282.8 320.6 179.8 63.6 218.0 110.6 50.7 a. Penerimaan SDA 192.8 224.5 131.3 68.1 138.7 62.4 45.0 b. Bagian Laba BUMN 31.2 29.1 13.3 42.5 28.6 11.3 39.4 c. PNBP Lainnya 58.8 63.3 35.2 59.9 44.9 34.6 77.2 d. Pendapatan BLU 0.0 3.7 0.0 0.0 5.9 2.4 40.2 II.HIBAH 2.9 2.3 0.8 25.6 1.0 0.3 34.4 B. BELANJA NEGARA 989.5 985.7 526.1 53.2 1,000.8 519.8 51.9 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 697.1 693.4 364.5 52.3 691.5 332.7 48.1 1. Belanja K/L 290.0 259.7 123.5 42.6 314.7 153.1 48.6 2. Belanja Non K/L 407.0 433.7 241.1 59.2 376.8 179.6 47.7 II.TRANSFER KE DAERAH 292.4 292.4 161.6 55.2 309.3 187.1 60.5 1. Dana Perimbangan 278.4 278.7 156.3 56.2 285.1 180.0 63.2 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. 14.0 13.7 5.2 37.3 24.3 7.1 29.4 C. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) (94.5) (4.1) 81.8 0.0 (129.8) (21.4) 0.0 % deficit to GDP (2.1) (0.1) (2.4) D. PEMBIAYAAN 94.5 84.1 75.1 79.5 129.8 60.9 46.9 I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 107.6 102.5 96.6 89.7 142.6 84.6 59.3 1. Perbankan dalam negeri (11.7) 16.2 (3.8) 32.8 56.6 1.1 1.9 2. Non-perbankan dalam negeri 119.3 86.3 100.4 84.2 86.0 83.5 97.1 II.PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (13.1) (18.4) (21.5) 163.8 (12.7) (23.6) 185.8 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 48.1 50.2 13.1 27.1 69.3 22.6 32.6 2. Penerusan Pinjaman 0.0 (5.2) 0.0 0.0 (13.0) (4.6) 35.6 3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (61.3) (63.4) (34.5) 56.4 (69.0) (41.7) 60.3 KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN 0.0 80.0 156.9 0.0 39.6 9