BAB IV ANALISA KEPERCAYAAN NASABAH TERHADAP SIRELA (SIMPANAN SUKARELA) PADA BMT HARAPAN UMAT PATI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. penulisan,kiranya dapat penulis simpulkan sebagai berikut : Kepercayaan nasabah terhadap simpanan sukarela pada BMT HARUM

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan dimunculkannya sistem perbankan syari ah pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Ekonomi, 2005, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah, Cet. III, 2 Ibid. h. 96.

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan agar tidak berpindah ke perusahaan lain (Susanto, 2008:59). nyata dari sektor perbankan (Lupiyoadi dan Hamdani, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. PERSEPSI DAN SIKAP PESANTREN TERHADAP BANK SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, termasuk koperasi berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan Interest Free Banking. 1 Seperti halnya

BAB V PEMBAHASAN. ketahui hasil nya adalah sebagai berikut: Indonesia pada Periode Tahun

BAB I PENDAHULUAN. ini. Hal ini tidak terlepas dari keinginan umat Islam di Indonesia yang

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Seperti halnya perbankan konvensional, perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mewujudkan cita-cita atau tujuan pembangunan nasional, sub sektor ini

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Besar Haluan Negara (GBHN), dipaparkan secara tegas bahwa pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA PENGAMBILAN SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO) SEBELUM JATUH TEMPO DI BMT SYIRKAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH MUSLIM DAN NON MUSLIM TERHADAP TRANSAKSI PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Ikin Ainul Yakin

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran bank selaku pelayan sekaligus

STRATEGI PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA. Oleh : Ahmad M Ryad, SE., Ak, MM.PD

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan. pertumbuhan masyarakat modern.baik kegiatan usaha yang berskala besar

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Produk Simpanan Sukarela Berjangka. lembaga keuangan tersebut, tak terkecuali pada KJKS Binama.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah merupakan suatu perwujudan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

STRATEGI PEMASARAN PRODUK TABUNGAN INVESTA BATARA ib PADA BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. ditandai bermunculannya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syariah.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

LUTHFI AL FARUQI

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan berkembangnya industri perbankan syariah yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Kebijakan ini diharapkan dapat memperbaiki dan. memperkokoh ketahanan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I. Pendahuluan. Allah berfirman dalam Alquran tentang keharaman riba,

BAB IV PEMBAHASAN. A. Mekanisme Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar ) 1. Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar )

BAB I PENDAHULUAN. mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya di zaman sekarang kehidupan manusia. tidak terlepas dari kegiatan muamalat, baik itu anatara individu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 berjumlah unit, dan pada tahun 2012 berjumlah saja, melainkan mencakup pula koperasi syariah 1.

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memegang peran penting dan strategis dalam kaitannya penyediaan modal.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Simpanan Pelajar (SIMPEL) KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran

BAB I PENDAHULUAN. satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARI AH. (Studi Kasus di Bank Muamalat cabang Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan, seperti: produksi, distribusi, sewa-menyewa, berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maka berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Bank merupakan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. jual beli dan mengharamkan riba.( QS-al Baqarah;275). Hai orang yang beriman!

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha antar bank syariah yang semakin tajam dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP MURABAHAH PADA BANK NAGARI UNIT SYARIAH PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insane, Jakarta, 2001, hlm. Vii

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Indonesia, yang

Transkripsi:

84 BAB IV ANALISA KEPERCAYAAN NASABAH TERHADAP SIRELA (SIMPANAN SUKARELA) PADA BMT HARAPAN UMAT PATI A. Analisa Kepercayaan Nasabah Terhadap Simpanan Sukarela pada BMT HARUM Pati Dari hasil penelitian di lapangan, di peroleh data yang dapat memberikan banyak informasi berkaitan dengan kepercayaan nasabah terhadap simpanan sukarela pada BMT HARUM Pati, dari hasil observasi dan wawancara kemudian dokumentasi yang telah peneliti lakukan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa kepercayaan nasabah terhadap simpanan sukarela pada BMT HARUM Pati serta analisa tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepercayaan nasabah terhadap simpanan sukarela pada BMT HARUM Pati. Kepercayaan nasabah adalah keyakinan seseorang yang mempunyai kerjasama dengan perusahaan atau lembaga yang seseorang tersebut beranggapan bahwa, perusahan atau lembaga tersebut dapat dipercaya. 169 Barney dan Hansen (1994) berpendapat bahwa kepercayaan nasabah merupakan keyakinan dari kedua pihak dan diantara keduanya tidak akan memanfaatkan kelemahan pihak lain berdasarkan keyakinan bahwa, tindakan yang dilakukan sesuai yang diharapkan. 170 169 Ronny Sautma Hotma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 40. 170 Yeni Dwi Meilianasari, Analisis Kepercayaan Nasabah Pengguna ATM, Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 2. No. 01, April 2012, hlm.30.

85 HARUM Pati merupakan asas utama bagi BMT HARUM Pati untuk berkembang. Berkembang dan bertumbuh secara kuantitas dan diiringi dengan kualitas membawa BMT HARUM tersebut semakin dapat dipercaya. Hubungan antara BMT HARUM dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang saling terkait yaitu hukum ekonomi islam dan kepercayaan. BMT HARUM hanya dapat melakukan kegiatan dan mengembangkan BMTnya, apabila nasabah percaya untuk menempatkan uangnya pada produk-produk yang ada pada BMT HARUM tersebut. Berdasarkan kepercayaan nasabah, BMT HARUM dapat memobilisir dana dari nasabah untuk ditempatkan pada BMT HARUM dan BMT HARUM akan memberikan bagi hasil sesuai dengan akad atau kesepakatan antara nasabah dan BMT HARUM. merupakan gambaran sebuah BMT HARUM secara umum sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan nasabah pada BMT HARUM. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi, seperti pelayanan, akses yang mudah, keadaan keuangan BMT HARUM, berita-berita di media massa tentang BMT HARUM, pengalaman masyarakat pernah berhubungan dengan BMT HARUM, dan faktor karena masih ada hubungan keluarga dengan karyawan BMT HARUM. Semakin tinggi tingkat kepercayaan nasabah pada sebuah BMT HARUM, maka semakin tinggi pada kemungkinan BMT HARUM untuk menghimpun dana dari Nasabah dengan efisien dan sesuai rencana penggunaan dananya.

86 Salah satu faktor lain yang membentuk kepercayaan nasabah adalah Sistem Syari ah yang diterapkan pada BMT HARUM, salah satu sistemnya yakni menggunakan bagi hasil bukan bunga, sehingga nasabah menganggap bunga itu riba dan di terapkannya sistem syari ah yang menggunaan bagi hasil ini, BMT sebagai fasilitator untuk menghindari praktik riba karena Islam melarang praktik riba. Salah satu ayat yang menerangkan tentang riba adalah surat Al Baqarah 278-279 yang bunyinya:!,- %()*+ &' "#$% <=+,-: ; 56789 234./01 CD<* -% /B!; ; >? >@A,- GH- J F &'E N <=LM? ; K./0<L> PQ R -?T PQ <=L+ @H 567U9 R M?T> Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba yang belum dipungut, jika kamu termasuk orangorang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisariba), Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kamu. Dan jika kamu bertaubat dari mengambil riba, kamu tidak akan menganiaya dan tidak pula dianiaya. 171 Kepercayan nasabah terhadap simpanan sukarela pada BMT HARUM Pati terbentuk karena faktor mengandung nilai-nilai syari ah dengan menerapkan prinsip-prinsip syari ah yakni Sesuai dan aman dari segi syari ah, halal dan baik, bermanfaat bagi pengembangan usaha yang bersifat ekonomi islam, dan imbalan berupa bagi hasil yang disesuaikan dengan pendapatan BMT HARUM Pati, pada faktor mengandung nilai-nilai syari ah dengan hlm.48. 171 Departemen Agama RI Al-Qur an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1997,

87 menerapkan prinsip-prinsip syari ah menunjukkan bahwa prinsip-prinsip syari ah yang diterapkan oleh BMT HARUM Pati sudah cukup diterima dari segi syari ahnya namun pemahaman-pemahaman dari nasabah dari kategori pendidikan yang rendah masih sulit menerima pemahaman sistem BMT HARUM yang menggunakan sistem Syari ah tersebut. HARUM Pati terbentuk karena faktor pelayanan yang diberikan oleh karyawan dengan baik yakni Tersedianya sarana dan prasarana yang baik. Bertanggung jawab kepada setiap nasabah sejak awal hingga selesai, mampu melayani secara cepat dan tepat, mampu berkomunikasi, memberikan jaminan kerahasiaan setiap bertransaksi, memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik, berusaha memahami kebutuhan nasabah, mampu memberikan kepercayaan kepada nasabah. Sehingga dari hasil penelitian menujukkan bahwa pelayanan yang baik cukup bisa diterima nasabah untuk membentuk kepercayaan nasabah terhadap simpanan sukarela pada BMT HARUM Pati. HARUM Pati terbentuk karena faktor akses yang mudah yakni nasabah Mudah menjangkau kantor BMT, letak kantor BMT dekat dengan rumah, serta sistem antar jemput yang dilakukan oleh karyawan BMT membuat nasabah nyaman tanpa harus datang ke kantor secara langsung ketika nasabah mau menabung atau mengambil uangnya. Sistem jemput bola di pasar yang dilakukan oleh karyawan BMT HARUM mempermudah nasabah yang pekerjaan berjualan di pasar, setiap hari bisa menyisihkan hasil jualanya untuk

88 di tabungkan di BMT HARUM Pati tanpa harus datang secara langsung di kantor BMT HARUM Pati, sehingga akses yang mudah menjadikan nasabah nyaman dan semakin percaya dengan BMT HARUM Pati. HARUM Pati terbentuk karena faktor pengalaman masyarakat yang pernah berhubungan dengan BMT HARUM Pati, dirasakan hanya sebagian nasabah saja, karena nasabah lebih percaya dengan faktor layanan dan akses yang diberikan karyawan kepada nasabah. HARUM Pati terbentuk karena faktor masih ada hubungan keluarga, yakni pengelola atau karyawan BMT HARUM Pati masih ada hubungan keluarga dengan nasabah penyimpan dana pada BMT HARUM Pati hanya mencapai sebagian kecil nasabah saja, dikarenakan nasabah lebih percaya dengan BMT HARUM Pati karena faktor akses yang mudah. B. Dampak Perkembangan BMT HARUM Pati Perkembangan BMT HARUM Pati merupakan suatu wujud dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem yang menggunakan prinsip-prinsip syari ah. Perkembangan terjadi pada BMT HARUM Pati patut kita syukuri, karena diharapkan nantinya menjadi titik tumpu perkembangan lembaga keuangan syari ah di indonesia, sehingga mampu mengembangkan perekonomian umat islam.

89 Infrastruktur dan resiko BMT yang berbeda dengan lembaga keuangan konvensional, membuat pengawasan, tanggung jawab, dan akuntabilitas BMT lebih kompleks. 172 Kompleksitas persoalan yang ada di BMT HARUM Pati, menimbulkan dampak terhadap kepercayaan nasabah tentang keberadaan BMT HARUM diantara lembaga keuangan konvensional. Kepercayaan nasabah merupakan asas utama bagi BMT HARUM untuk berkembang. Tanpa kepercayaan Nasabah, maka BMT HARUM akan sulit menghimpun dana dari nasabah dan akan sulit untuk memobilisasikan dana yang dihimpun dari nasabah. Kepercayaan terbentuk karena lima faktor, diantara lima faktor tersebut yaitu: faktor pelayanan yang baik, faktor akses yang mudah, faktor pengalaman masyarakat yang pernah berhubungan dengan BMT HARUM, faktor karena masih ada hubungan keluarga, serta faktor yang mengandung nilai-nilai syari ah dengan menerapkan prinsip-prinsip syari ah. Melihat berbagai faktor pembentuk kepercayaan nasabah terhadap simpanan sukarela pada BMT HARUM Pati, penulis menganalisa bahwa ini akan berdampak pada perkembangan maupun keberlangsungan hidup BMT HARUM itu sendiri. Apalagi jika melihat pemahaman nasabah terhadap prinsip-prinsip syari ah yang diterapkan oleh BMT HARUM Sangat sulit di pahami oleh nasabah, sehingga nasabah tidak menitik beratkan pada faktor pembentuk kepercayaan terhadap simpanan sukarela tersebut pada aspek faktor yang mengandung nilai-nilai syari ah dengan menerapkan prinsip-prinsip syari ah. 4. 172 Muhammad, Manajemen Bank Syari ah, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2002, hlm.

90 Hal itu terbukti bahwa, pemahaman yang sangat sederhana dari nasabah terhadap nilai-nilai syari ah yang diterapkan oleh BMT HARUM. Hal ini menyebabkan kepercayaan nasabah terhadap simpanan sukarela dari aspek karena faktor yang mengandung nilai-nilai syari ah dengan menerapkan prinsip-prinsip syari ah menyebabkan Pemahaman yang berbeda yang ditangkap oleh nasabah dan BMT HARUM harus bisa mengoptimalkan pemahaman prinsip-prinsip syari ah terhadap nasabah pada BMT HARUM tersebut, karena tanpa adanya kepercayaan nasabah yang terbentuk dari aspek karena faktor yang mengandung nilai-nilai syari ah dengan menerapkan prinsip-prinsip syari ah yang telah menjadi ciri khas BMT tersebut, akan menyebabkan tidak berkembangnya BMT HARUM tersebut. Kondisi BMT HARUM Pati dengan segala kekurangan dan kelebihannya haruslah menjadi titik evaluasi dan motivasi untuk lebih mengembangkan BMT HARUM tersebut, agar peran BMT tersebut lebih bisa dirasakan oleh nasabah dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. BMT diharapkan dalam arah pengembangannya kedepan lebih dapat menggambarkan bentuk sistem ekonomi syari ah dalam bentuk yang optimal khususnya aspek dari penghimpunan dana dari nasabah.