BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan. meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy).

PENDAHULUAN. Peringkat IV di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Sensus BPS 1998 UHH pria = 63 tahun, dan wanita = 67 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tentunya akan mengalami yang namanya penuaan. Secara. kronologi, manusia dapat dikatakan lanjut usia apabila umurnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000 adalah dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung meningkat, oleh karena terjadin

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan semua orang akan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, ada yang berlari, berjalan, bersepeda, bermain sepak bola, atau

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang, istirahat cukup, dan mengelola stres. Senam osteoporosis adalah kombinasi dari beberapa jenis latihan yaitu latihan yang berbentuk gerakan aerobik, latihan kekuatan otot yang menggunakan beban di kedua tangan, latihan keseimbangan dan latihan kelenturan. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan atau membutuhkan pengeluaran energi di atas kebutuhan energi saat istirahat (Public Health, 1985). World Health Organitation (WHO, 2005) menjelaskan lebih lanjut bahwa aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat bugar sepanjang hari (Depkes RI, 2006). Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa aktivitas fisik bukan merupakan rutinitas sehari-hari, tetapi kegiatan yang mengeluarkan energi diatas rata-rata saat istirahat sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik. Usia bertambah dan tingkat kesegaran jasmani akan menurun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, dan kemampuan tersebut

akan turun antara 30-50% (Kusmana, 1992). Oleh karena itu, bila para lanjut usia ingin berolahraga atau meningkatkan kebugaran fisiknya harus memilih jenis kegiatan olahraga yang sesuai dengan umurnya yang kemungkinan sudah mengidap suatu penyakit seperti aterosklerosis, arthritis dan osteoporosis atau penyakit degeneratif lainya. Pemberian senam osteoporosis pada lanjut usia dimulai dengan intensitas dan waktu yang ringan kemudian meningkat secara perlahan-lahan serta tidak bersifat kompetitif/bertanding. Senam osteoporosis bagi lanjut usia mempunyai manfaat besar karena dapat meningkatkan kemampuan aerobik yaitu akan meningkatkan aliran darah dan volume pasokan darah yang membawa oksigen ke organ-organ tubuh terutama ke organ otak. Hal ini didukung oleh penelitian selama 10 tahun pada pria lanjut usia berdasarkan data dari Finlandia, Italia dan Belanda oleh tentang hubungan aktifitas fisik dengan penurunan kognitif ( B.M.Van Gelder, 2004). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penurunan frekuensi, intensitas dan durasi aktifitas akan mempercepat proses penurunan fungsi kognitif. Penelitian lain yang dilakukan di Amerika Serikat tentang kaitan latihan fisik terhadap fungsi kognitif pada kelompok usia beresiko (70-89 tahun) yang dilakukan selama 1 tahun menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai kognitif yang berasosiasi dengan peningkatan fungsi fisik (Williamson, et, al, 2008). Oleh karenanya menyiapkan petugas kesehatan dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kelompok lansia seperti: pelatihan perawatan lansia; mencegah dan mengelola penyakit kronis dan penyakit tidak menular, merancang kebijakan

pengaturan-perawatan jangka panjang dan paliatif yang berkelanjutan bagi lansia dan mengembangkan pelayanan ramah -lansia menjadi sangat penting. Salah satu upaya menghambat kemunduran kemampuan lanjut usia akibat penuaan dengan melakukan latihan fisik. Seseorang bukannya tidak dapat bergerak karena tua, tetapi karena tua tidak mau bergerak. Latihan yang dapat meningkatkan kebugaran fisik yang juga berdampak pada peningkatan potensi kerja otak dapat dilakukan dalam bentuk senam osteoporosis yaitu kegiatan yang merangsang kekuatan otot, tulang dan yang biasanya ditambah beberapa bentuk permainanpermainan untuk meningkatkan koordinasi, keseimbangan dan kelenturan (Tilarso, 1988). Aktifitas fungsional atau kemampuan fungsional diidentifikasi merupakan salah satu faktor yang diduga ada hubungan dengan fungsi kognitif. Beberapa studi melaporkan bahwa usia lanjut yang mengalami kesulitan melakukan pergerakan fisik atau tidak aktif akan terjadi perbedaan dalam jumlah skor fungsi kognitifnya (Yaffe et al., 2001). Penurunan kemampuan yang dialami lanjut usia pada akhirnya membuat lanjut usia menjadi berketergantungan. Ketergantungan pada lanjut usia dikelompokkan dalam 3 tingkatan yaitu, ketergantungan diri sendiri, ketergantungan domestik, ketergantungan sosial dan financial (Scheuder, 2004). Ketergantungan ini didapatkan dari kemunduran kemampuan fungsional baik mobiltas dan perawatan diri. Gangguan fungsi kognitif dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Namun, kebanyakan proses lanjut usia ini masih dalam batas-batas normal berkat proses plastisitas. Proses ini adalah kemampuan sebuah struktur dan fungsi otak yang terkait

untuk tetap berkembang karena stimulasi. Sebab itu, agar tidak cepat mundur proses plastisitas ini harus terus di pertahankan. Stimulasi untuk meningkatkan kemampuan perlu diberikan dengan porsi yang memadai, berupa latihan atau permainan yang prosedurnya membutuhkan konsentrasi atau atensi, orientasi (tempat, waktu dan situasi) dan memori (Kusumoputro, 2003). Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan serta teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy). Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mencapai usia tahap perkembangan kronoligis tertentu (Azizah, 2011). Proses menua biologis adalah terkait waktu yang berkesinambungan dan pada umumnya mencerminkan umur kronologis namun sangat bervariasi dan bersifat individual, dengan perubahan yang dapat berlangsung mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata dan berakibat ketidakmampuan total (Aswin, 2003). Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia akan bertambah dan kecenderungan akan meningkat dengan cepat. Peningkatan jumlah penduduk pada lanjut usia akan membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, baik individu lansia itu sendiri, keluarga, masyarakat maupun pemerintah. Apa artinya umur yang panjang apabila penuh dengan penderitaan, masalahnya tidak hanya how to add more years to life tetapi

juga menjadi how to add live s to years. Implikasi ekonomis yang terpenting dari peningkatan jumlah penduduk lanjut usia adalah peningkatan rasio ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency (Notosoedirdjo, 2005). Ketergantungan lanjut usia disebabkan karena kemundurun fisik, psikis dan sosial yang digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitation), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran akibat proses menua (aging process) (Azizah, 2011). Pada tahun 1995 usia harapan hidup bangsa Indonesia 64 tahun, tahun 2000 meningkat menjadi 68 tahun dan diperkirakan akan meningkat lagi di tahun-tahun mendatang sehingga menyebabkan proporsi penduduk lanjut usia bertambah. Penduduk lanjut usia menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 pasal I tentang kesejahteraan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai 60 (usia enam puluh) tahun ke atas (Menkokesra 2010). Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di perkirakan mencapai 500 juta dan di perkirakanpada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia pada tahun 1990 : 11,3 juta jiwa (6,4%) meningkat menjadi 15,3 juta (7,4%) pada tahun 2000, pada tahun 2010 diperkirakan akan sama dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 24 juta jiwa atau 9,77% dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari total jumlah penduduk. Dunia mengalami penuaan dengan cepat.

Diperkirakan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas menjadi dua kali lipat dari 11% di tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2050. Populasi lansia di dunia yang pada tahun 2006 sekitar 650 juta, akan mencapai 2 miliar pada tahun 2050. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, pada saat itu akan ada lebih banyak orang tua dari pada anak-anak usia 0-14 tahun di populasi (Kemenkes 2012 ). Peringatan Hari Kesehatan Sedunia, 7 April 2012 difokuskan pada bagaimana kesehatan lansia yang baik dapat menambah usia dan memperpanjang kehidupan, sehingga memungkinkan mereka tidak hanya hidup lebih lama, tetapi juga dapat memperluas keterlibatannya secara aktif dalam semua kegiatan di masyarakat. Kesepakatan memilih tema nasional pada hari kesehatan se dunia ke 64 adalah menuju tua sehat, mandiri dan produktif berdasarkan adanya keinginan bersama bahwa lansia harus tetap menjalankan gaya hidup sehat serta terlibat dan berkontribusi dalam kehidupan sosial masyarakat. Kebutuhan pelayanan kesehatan, lingkungan, dan fasilitas umum yang ramah lanjut usia harus menjadi agenda prioritas pembangunan. Hari Kesehatan Sedunia tahun 2012 dimaksudkan untuk menarik perhatian dunia pada topik Penuaan dan Kesehatan, dampak dan tantangan kesehatan akibat penambahan jumlah populasi lansia di masyarakat, dengan menjalin kerjasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, swasta dan organisasi internasional, untuk mendapatkan komitmen dalam upaya penanganan masalah penuaan dan kesehatan.

Kebanyakan penduduk lansia mengalami kesulitan ekonomi dan pada umumnya mereka masih bekerja sebagai buruh tani, pekerja sektor informal, pengusaha kecil atau pekerja swasta mandiri. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sebagian besar penduduk lansia terpaksa harus terus bekerja walau dengan upah yang rendah dan harus bersaing dengan mereka yang muda-muda yang baru masuk ke pasar kerja. Karena program jaminan sosial masih terbatas, maka bantuan dari anggota keluarga lain yang masih produktif akan terus diperlukan. Dari populasi lansia yang tercatat sebanyak 16.522.311 jiwa, sekitar 3.092.910 (20 persen) diantaranya adalah lansia terlantar (Depsos, 2006). Jumlah lansia terlantar yang mendapat pelayanan kesejahteraan sosial pada tahun 2005 adalah sebanyak 15.920 orang, sedangkan pada tahun 2006 bantuan kesejahteraan sosial kepada lansia meningkat menjadi 15.930 orang. Walaupun terjadi penurunan fungsi pada lanjut usia secara fisiologis, hal yang perlu diperhatikan kepada para lanjut usia adalah Quality of Life (kualitas hidup). Quality of Life adalah kemampuan seseorang dalam menjalankan kehidupannya baik tingkat social, mental dan mencapai kesejahteraan bukan hanya terhindar dari penyakit. Bagian yang tidak terlepas dari status kesehatan yaitu status fungsional, dengan pengertian adalah kemampuan seseorang dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari secara sehat. Konsep ini terintegrasi dalam tiga domain utama, yaitu fungsi biologis, psikologis (kognitif dan afektif) serta sosial (Saladin, 2007). Salah satu komponen psikologis dalam diri individu yaitu kognitif yang meliputi perhatian, persepsi, berpikir, pengetahun dan daya ingat (Saladin,2007).

Sudah banyak penelitian yang membahas tentang olahraga (senam ) maupun aktifitas fisik, sehingga peneliti akan fokus menganalisa perbedaan pengaruh senam osteoporosis sekali seminggu dan dua kali seminggu terhadap peningkatan aktifitas fisik lanjut usia. 1.2 Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh senam osteoporosis sekali seminggu dan senam osteoporosis dua kali terhadap peningkatan aktivitas fisik pada lanjut usia di Puskesmas Glugur Kota Tahun 2013. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh senam osteoporosis satu kali seminggu dan senam osteoporosis dua kali seminggu terhadap peningkatan aktivitas fisik pada lanjut usia di Puskesmas Glugur Kota Tahun 2013. 1.4 Hipotesis Ada pengaruh senam osteoporosis satu kali seminggu dan dua kali seminggu terhadap peningkatan aktivitas fisik pada lanjut usia. 1.5 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak yaitu :

1.5.1 Bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan, perlunya program senam osteoporosis disetiap Puskesmas diperhatikan di lingkungan Kota Medan. 1.5.2 Bagi professional Ilmu Kesehatan Masyarakat : sebagai pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya bidang Promosi Kesehatan yang mendukung peningkatan aktivitas fisik lanjut usia. 1.5.3 Untuk bahan informasi bagi peneliti lain untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini.