BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Indonesia berdasarkan UUD 1945 Pasal 18 ayat (1) terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, lahir dari perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. tombak) dalam pelayanan kepada masyarakat serta tombak strategis untuk

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwewenang untuk mengatur dan mengurus

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

I. PENDAHULUAN. sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya. kecamatan (Widjaya, HAW 2008: 164). Secara administratif desa berada di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam Bab ini dirikan kesimpulan dan rekomendasi yang dirumuskan dari

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa memiliki arti penting. Desa bisa dianggap sebagai kesatuan

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 13/E 2006 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peraturan perundang-undangan merupakan peraturan tertulis yang memuat

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 3 TAHUN 2007 SERI E NOMOR 02

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 13 TAHUN 2001 T E N T A N G SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGATURAN KEWENANGAN DESA DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1979 bercorak sentralistik. Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 32 Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 19 TAHUN 2OOO TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA NANGGUNG SUMBER PENDAPATAN DESA

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

I. PENDAHULUAN. tujuannya. Artinya seorang pemimpin organisasi memegang peranan yang

BUPATI KAMPAR PROVINSI RIAU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk menggali seoptimal mungkin sumber-sumber keuangannya seperti:pajak,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengakuan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat Menurut UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BAB II LANDASAN TEORI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

pencemara lingkungan dan berdekatan dengan pemukiman penduduk. Kemudian menimbulkan perselisihan dengan masyarakat.

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 13 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 14 TAHUN 2000

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 9 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 06 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 06 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR : 10 TAHUN 2000 T E N T A N G SUMBER PENDAPATAN DESA

2012

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Indonesia (Pasal 1 ayat 12 UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Penduduk desa pada umumnya saling mengenal, hidup bergotong-royong, memiliki adat istiadat yang sama, dan mempunyai tata cara sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya. Di samping itu umumnya wilayah desa terdiri atas daerah pertanian, sehingga mata pencahariannya sebagian besar petani. Desa berada di bawah pemerintahan kabupaten, dalam pengelolaannya menggunakan konsep desentralisas. Desa merupakan garda depan dari sistem pemerintahan RI yang keberadaannya merupakan ujung tombak dari pelaksanaan kehidupan yang demokratis di daerah. Peranan masyarakat desa sesungguhnya merupakan cermin sejauh mana aturan demokrasi diterapkan dalam pemerintah desa sekaligus merupakan ujung tombak implementasi kehidupan demokrasi bagi setiap warganya. Sebagai perwujudan demokrasi di desa, dibentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Badan ini berfungsi sebagai badan pembuat kebijakan dan pengawas pelaksanaan kebijakan desa, selain itu juga resmi diakui dalam UU No. 32 Tahun 1

2 2004 tentang pemerintahan daerah. Keberadaan BPD di desa yang bersangkutan berfungsi sebagai lembaga legislasi, pengawasan, dan penampung dan penyalur aspirasi masyarakat, begitu juga yang terdapat di Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 209 tentang Pemerintah Daerah disebutkan Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Dalam PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 29 tentang Desa disebutkan BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Pemerintah desa dalam menjalankan pemerintahannya, yang merupakan subsistem dari penyelenggaraan pemerintah, memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan perkembangan pemerintahan. BPD terdapat dalam pemerintahan desa, sedangkan yang berada di pemerintah kelurahan adalah LPMD (Lembaga Permusyawaratan Masyarakat Desa). Kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Pelem dilaksanakan oleh pemerintah desa yang terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa. Penyelenggara pemerintah desa diawasi oleh BPD yang merupakan lembaga perwakilan masyarakat di Desa. BPD merupakan mitra kerja pemerintah desa di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang berfungsi sebagai badan legislasi, pengawasan, dan menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat desa. Dalam Pasal 211 ayat 2 UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan lembaga kemasyarakatan sebagaimana yang dibentuk di desa menghasilkan pendapatan, belanja dan

3 pengelolaan keuangan desa. Salah satu lembaga yang terkait dengan pasal tersebut adalah BPD, sehingga BPD sendiri juga berperan atas Anggaran Pendapatan Belanja Desa. Dari hal tersebut maka, BPD berhak mengelola tentang Pendapatan Asli Desa yang terkait. Sumber pendapatan desa sebagaimana diatur Pasal 211 ayat 3 UU No. 32 Tahun 2004 adalah: 1. Pendapatan asli desa 2. Bagi hasil pajak daerah dan restribusi daerah kabupaten/kota 3. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota 4. Bantuan dari pemerintah, pemerintahan provinsi, dan pemerintahan kabupaten/kota 5. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis sebagai salah satu mahasiswa program studi Pendidikan Kewarganegaraan tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Peranan BPD dalam Optimalisasi Peningkatan dan Pemanfaatan Pendapatan Asli Desa (PAD) karena hal tersebut erat sekali hubungannya dengan apa yang dikaji dalam kurikulum program studi Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada mata kuliah Pemerintah Daerah. Juga terkait erat dengan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan tepatnya dalam kurikulum SMP Kelas IX semester ganjil dalam Standar Kompetensi Memahami Pelaksanaan Otonomi Daerah. Pada standar kompetensi tersebut dijelaskan tentang otonomi daerah di tingkat kecamatan, kelurahan dan desa. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Peranan BPD dalam Optimalisasi Peningkatan dan Pemanfaatan Pendapatan Asli Desa (PAD).

4 B. Perumusan Masalah atau Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimana sejarah pembentukan BPD? 2. Bagaimana kedudukan, peran dan fungsi BPD di Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali? 3. Bagaimana upaya BPD dalam peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali? 4. Bagaimana upaya BPD dalam pemanfaatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menggambarkan sejarah pembentukan BPD. 2. Untuk mendeskripsikan kedudukan, peran dan fungsi BPD di Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. 3. Untuk menggambarkan upaya BPD dalam peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. 4. Untuk mendeskripsikan upaya BPD dalam pemanfaatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali.

5 D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis, secara teoritis manfaat penelitian ini antara lain: a. Memberikan sumbangan untuk pengembangan konsep mengenai keberadaan BPD dalam pemerintahan desa. b. Sebagai dasar untuk kegiatan penelitian selanjutnya yang sejenis. c. Sebagai upaya penerapan ilmu yang didapat selama menimba ilmu di Progran Studi Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Manfaat Praktis, secara praktis manfaat penelitian tersebut antara lain: a. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk berpartisipasi lebih optimal dalam pemerintahan desa melalui BPD. b. Bagi Pemerintah Desa, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bersinergi dengan BPD dalam upaya meningkatkan kinerja Perangkat Desa. c. Bagi BPD, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kinerjanya sebagai lembaga perwakilan masyarakat desa. d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan baru mengenai Pemerintahan Desa dan sekaligus sebagai sumber bahan baru dalam Pembelajaran PKn di kelas.

6 E. Daftar Istilah 1. Peranan Peranan berasal dari kata peran, dalam kamus bahasa Indonesia online. Peran adalah perangkat tingkah yg diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (http://kamusbahasaindonesia.org/peran). 2. BPD (Badan Permusyawaratan Desa) Menurut Nurcholis (2005:140), BPD adalah badan pembuat kebijakan dan pengawas pelaksanaan kebijakan desa. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 209, fungsi BPD adalah menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. 3. Optimalisasi Optimalisasi berasal dari kata optimal, dalam kamus bahasa Indonesia online (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php), optimal adalah tertinggi, paling menguntungkan. Sedangkan mengoptimalkan/optimalisasi adalah menjadikan paling baik, paling tinggi. 4. Peningkatan Peningkatan berasal dari kata tingkat, dalam kamus bahasa Indonesia online (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php), tingkat adalah susunan yg berlapis-lapis. Dengan demikian peningkatan dapat disimpulkan sebagai upaya untuk menjunjung suatu nilai. 5. Pemanfaatan Pemanfaatan berasal dari kata manfaat, dalam kamus bahasa Indonesia online (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php), manfaat adalah guna/-

7 faedah. Dengan demikian pemanfaatan adalah proses, cara atau perbuatan yang menghasilkan kegunaan/faedah. 6. Pendapatan Asli Desa Mengenai pendapatan asli desa, dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 157 dijelaskan bahwa, pendapatan asli daerah diperoleh dari beberapa hal, antara lain: a. Hasil pajak daerah b. Hasil restribusi daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan