FIBRE (SERAT) MACAM-MACAM FIBRE (SERAT) a. Polyster Fibre Bahan dasar : polyethylene terethalate. : - menaikkan kokoh tekan/tarik/lentur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MATERIAL BETON PRATEGANG BY : RETNO ANGGRAINI, ST. MT

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin pesat

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

Analisis Pengaruh Penambahan Serat Kawat Berkait Pada Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR

PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA)

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KUAT LENTUR BETON PADA PERKERASAN KAKU DENGAN PENAMBAHAN SERAT FIBERGLASS PADA BETON NORMAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

BAB I PENDAHULUAN. baja sehingga menghasilkan beton yang lebih baik. akan menghasilkan beton jadi yang keropos atau porous, permeabilitas yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error!

PENGARUH PEMAKAIAN SERAT BAJA HAREX SF TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN ARAH SERAT BETON

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

BAB V PENUTUP. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, dan lebih tahan terhadap korosi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN ALWA MUTU RENCANA f c = 35 MPa

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PEMAKAIAN SERAT HAREX SF DENGAN SERUTAN BAJA LIMBAH LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIKA STTNAS TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

MIX DESIGN Agregat Halus

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan tegangan regangan untuk material beton dan baja!

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di zaman sekarang, perkembangan ilmu dan teknologi pada setiap bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI FRAKSI KAWAT LOKET LAPIS PVC TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN MODULUS ELASTISITAS BETON SERAT

Keywords: high quality concrete, waste strapping band, polypropylene concrete, fiber concrete

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB III METODE PENELITIAN

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pada konstruksi bangunan kita akan menemukan keberadaan struktur

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

KAJIAN KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BETON RINGAN MEMANFAATKAN SEKAM PADI DAN FLY ASH DENGAN KANDUNGAN SEMEN 350 kg/m 3

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

Transkripsi:

FIBRE (SERAT) Beton adalah suatu material yang fragile (getas) tidak kuat menerima tarik, jadi memerlukan perkuatan. Perkuatan yang sudah umum kita ketahui adalah dengan memakai tulangan sebagai penguat. Suatu penguat lain yang sudah banyak dikembangkan di negara maju adalah dengan menambah fibre (serat). Studi ini sudah dikembangkan lebih dari 20 tahun. MACAM-MACAM FIBRE (SERAT) a. Polyster Fibre Bahan dasar : polyethylene terethalate Kegunaan : - menaikkan kokoh tekan/tarik/lentur - mengurangi kepekaan (lebih tahan terhadap korosi) b. Glass Fibre Kegunaan Kerugian c. Steel Fibre Kegunaan : - menaikkan kokoh tekan/tarik/lentur - menaikkan ketahanan terhadap serangan alkali - menaikkan ketahanan terhadap beban kejut - mempermudah workability (kalau perbandingan tepat) : - kalau perbandingan tidak sesuai kadang-kadang bisa menurunkan kokoh tekan. : - menaikkan kokoh tekan/tarik/lentur - memperkecil nilai susut mortar/beton

- mempermudah workability (kalau perbandingan sesuai) d. Nylon Fibre Kegunaan : - menaikkan kokoh tekan/tarik/lentur - mereduksi nilai susut mortar Dari bermacam-macam fibre tersebut yang sering digunakan adalah metallic fibre (termasuk di dalamnya steel fibre). METALLIC FIBRE Metallic fibre mempunyai elastisitas 10 kali dari beton. Beberapa tipe dari metallic fibre Dari bentuknya : Ada beberapa tipe penampang : lempengan separoh lonjong pipih Ukuran penampang : - untuk bujur sangkar dan empat persegi panjang dari 0,5 x 0,5 mm sampai dengan 1 x 1 mm. - untuk lonjong, diameter equivalent dari 0,5 mm sampai dengan 1mm - panjang dari 6 mm sampai dengan 50 mm. Dari bahan dasarnya : - dari baja lunak - baja tahan karat Kekuatan dalam menerima tarik : dari 340 N/mm 2 sampai dengan 2400 N/mm 2

Dari fabrikasinya (cara pembuatannya) : * lurus * berkelok * ujung diperbesar * ujung dibengkok * berkelompok * bentuk khusus Ada fibre metallic yang bahan dasar dan bentuknya berbeda yaitu : fibre metallic amorph. Bentuk : merupakan kumpulan dari beberapa helai dengan - Lebar ± 1 mm sampai dengan 2 mm - Panjang antara 15 mm sampai dengan 45 mm. Kekuatan : kekuatan tarik sampai dengan 1800 N/mm 2 Keunggulan : campuran yang diberi bahan tambahan chrome > 5 % tahan terhadap serangan asam dan Cl. KEGUNAAN UMUM DARI FIBRE - menaikkan karakteristik mekanik dari beton terhadap tekan / tarik / lentur - meningkatkan dakltalitas beton - mengurangi lebar retak dari beton (dengan mendistribusikan jumlah retak) - meningkatkan ketahanan terhadap fatique dan shock.

a. Peningkatan ketahanan terhadap tekan/tarik/lentur * Peningkatan ketahanan terhadap tekan/tarik/lentur akan tercapai jika : - perbandingan fibre sesuai - proses pencampuran tepat b. Daktalitas beton dengan fibre Tujuan spesifik dari penambahan fibre metallic pada beton adalah untuk menaikkan daktilitas dengan mempertahankan ketahanan tarik setelah terjadi retak. Ada beberapa hal yang menguntungkan terhadap grafik beban dan deformasi antara lain : ada kenaikan yang kecil terhadap kemampuan memikul retak awal dan ada ketahanan P memikul (N) beban setelah retak awal lebih besar dibanding dengan beton tradisional. Tujuan P utama dari pemakaian fibre adalah menaikkan daktilitas beton dan mempertahankan ketahanan terhadap tarik setelah retak awal. 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 d (mm) Diagram beban (P) dan deformasi (d) pada percobaan lentur

EFEKTIFITAS FIBRE - Dalam bekerja sama dengan mortar/beton maka yang terpenting adalah rekatan atau panjang rekatan antara fibre dan mortar/beton. - Agar pencampuran beton/mortar mencapai tujuan, maka pencampuran tersebut harus menghasilkan distribusi fibre yang homogen. - Kegunaan dari fibre akan meningkat jika panjang fibre melebihi panjang rekatan dan daya rekatnya (bonding) ditingkatkan. - Jumlah fibre akan meningkat persatuan berat dengan mengecilnya diameter. - Keuntungan pemakaian fibre akan meningkat dengan naiknya perbandingan antara panjang (l) dan diameter (d) (l/3) * Pengaruh Dimensi - Perbandingan antara l (panjang fibre) dan d (lebar fibre) akan berpengaruh pada sistem pelaksanaannya. - Penampang Fibre bulat * untuk l/d < 45 : pencampran fibre ke dalam beton tidak memerlukan teknik tertentu. * untuk 45 < l/d < 100 : pencampuran memerlukan teknik tertentu agar bisa homogen. * untuk l/d > 100 : hampir tidak mungkin dilaksanakan agar homogen.

Jalan keluarnya dengan membuat kelompok. - Penampang Fibre persegi atau setengah lonjong l/d < 45 (pada umumnya) maka tidak memerlukan teknik pencampuran yang khusus agar homogen. * Fibre Metallic Amorph - Tidak memrlukan teknik pencampuran yang khusus. Agar kondisi homogen bisa dicapai maka proses pencampuran dilakukan pada kondisi kering. WORKABILITY Workability dari beton fibre adalah merupakan fungsi dari : - Volume (dalam %) dan fibre (p) dan l/d. Jika prosentase fibre dan nilai l/d bertambah besar maka workability beton tersebut akan menurun. - Diameter dan volume agregat. Workability akan menurun jika volume dari agregat kasar bertambah tinggi. - Keadaan permukaan dari fibre. Suatu permukaan fibre yang kasar akan menyebabkan peningkatan pembentukan gumpalan-gumpalan pada campuran. Cara pengukuran workability untuk beton biasa tidak terlalu bisa diterapkan untuk beton yang memakai fibre. PROSES PENCAMPURAN Fibre harus dicampurkan secara homogen pada saat pencampuran. Hal-hal yang sering dijumpai pada proses pencampuran adalah sebagai berikut :

- Penggumpalan fibre jika dsalam proses pencampuran tdak diperhatikan secara khusus. - Waktu pencampuran terlalu pendek. - Jika waktu pencampuran terlalu lama dan persentase dari fibre mendekati maksimum penggumpalan fibre sering terjadi. Pada umumnya pencampuran fibre akan bertambah sempurna jika dicampurkan secara merata pada akhir pencampuran. Dua cara pencampuran : - Cara kering : semen, kerikil dan fibre dicampur secra kering, kemudian ditambah pasir lembab (ssd). Air ditambah sesaat sebelum pengecoran. - Cara basah : seperti beton biasa, air dicampur bersama-sama. PENGECORAN - Proses pengecoran diusahakan semudah mungkin (bentuk bekisting perlu diperhatikan). - Alat penggetar yang berbentuk seperti jarum tidak disarankan (bisa menimbulkan bentuk seperti cerobong). - Dianjurkan yang digetarkan adalah cetakannya. Pengecoran pakai pompa memerlukan dosis fibre lebih kecil dari pengecoran biasa. Hasil pengecoran tersebut tergantung dari : - homogenitas beton - penempatan tulangan - proses pengecoran

PEMAKAIAN Beton fibre bisa dipakai untuk komponen struktur ataupun non struktur (biasabya untuk pelat lantai, tempat parkir, dsb). PENENTUAN VOLUME FIBRE DALAM BETON Untuk mendapatkan workability yang memadai maka volume fibre bisa ditentukan sebagai berikut : P(l/d) < Cm, dimana : P = volume fibre l = panjang fibre d = diameter fibre Cm = koefisien yang ditentukan berdasarkan prosentase agregat. n ( ) ( ) Cm = Pg Cg 1 n n, dimana : (Pg) n = prosentase agregat (Cg) n = ada dalam daftar koefisien Material Cg Pasir 1,7 Agregat kasar 2 4 0,95 2 7 0,66 4 7 0,54 7 14 0,10 7 20 0,00 10 14 0,02 14 20-0,21 20 32-0,49 Dalam penentuan (Pg) n semen dan air tidak diperhitungkan.

Contoh pemakaian : * Komposisi beton per m 3 : pasir = 650 kg kerikil 4/7 = 450 kg kerikil 7/20 = 400 kg kerikil 20/32= 350 kg semen = 350 kg air = 175 kg 650 650 Pg pasir = = = 0,35 650 + 450 + 400 + 300 1850 450 Pg kerikil 4/7 = = 0,24 1850 400 Pg kerikil 7/ 20 = = 0,22 1850 350 Pg kerikil 20/32 = = 0,19 1850 * Perhitungan koefisien Cm Cm = 0,35 x 1,7 + 0,24 x 0,54 + 0,22 x 0,00 + 0,19 x x (-0,49) Cm = 0,63 P(l/d) < Cm Jika l/d = 100 (fibre yang dipakai adalah fibre yang berkelompok)

Untuk Cm = 0,63 maka P < 0,63 x (1/100) = 0,0063 Jadi kebutuhan fibre adalah 0,63 % dari volume total. Diameter Jumlah maksimum kebutuhan fibre (kg/m 3 ) agregat maksimum l/d = 60 l/d = 75 l/d = 100 mm normal pompa normal pompa normal pompa 4 160 120 125 95 95 70 8 125 95 100 75 75 55 16 85 65 70 55 55 40 32 50 40 40 30 30 25 Jumlah maksimum fibre yang diperlukan dalam suatu campuran beton HASIL DARI PERCOBAAN BETON FIBRE a. Durabilitas (ketahanan) - Pada percobaan-percobaan yang telah dilakukan pada umumnya menunjukkan bahwa pemakaian fibre steel pada beton di lingkungan agresif, menunjukkan bahwa peristiwa korosi hanya terjadi pada permukaan saja (tidak pernah sampai merusak beton). - Untuk menaikkan ketahan beton di lingkungan agresif maka disarankan memakai fibre galvanis (untuk struktur shell yang tipis).

- Untuk menaikkan ketahan beton di lingkungan agresif maka disarankan memakai fibre galvanis (untuk struktur shell yang tipis). Skema Retak pada Percobaan Dinamik b. Permeabilitas Pada umumnya pemberian fibre pada beton tidak menurunkan koefisien permeabilitas. c. Perilaku Susut Percobaan susut (perubahan panjang benda uji dihalangi) satu benda uji = konstan (yang diukur tegangannya).

d. Sifat Mekanik Beton Fibre - Sifat mekanik beton fibre berbeda dengan beton tradisional biasa. - Sifat-sifat tersebut tergantung dari beberapa hal, antara lain : * persentase dari fibre * perbandingan antara panjang dan penampang fibre (l/d) * bentuk penampang fibre serta kekasaran permukaan fibre * bentuk fibre (lurus, ujung dibengkok, berkelompok dan lainlain) * bahan dasar dari fibre * beton (perbandingan komponen-komponen, dimensi agregat, kandungan semen, cara pembuatan/pengecoran) * arah fibre dalam beton e. Hubungan Antara Beban dan Deformasi Hubungan antara beban dan deformasi dari suatu percobaan yang dikenakan pada benda uji adalah sebagai berikut : f. Ketahanan Terhadap Geser

Ketahanan terhadap geser dari beton fibre mempunyai kenaikan yang cukup berarti dibanding dengan beton biasa. g. Ketahanan Terhadap Tarik Ketahanan terhadap gaya tarik pada beton fibre tidak begitu mengagumkan, namun pembagian retak lebih merata dengan lebar retak yang lebih kecil. h. Ketahanan Terhadap Lentur Pada umumnya ketahanan terhadap lentur pada beton dengan fibre lebih bagus daripada beton tradisional biasa.