BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG KELAS JALAN DAN PENGAMANAN PERLENGKAPAN JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBATASAN ANGKUTAN BARANG PADA RUAS JALAN PROVINSI RUAS JALAN SAKETI-MALINGPING-SIMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KELAS JALAN DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI KALIMANTAN BARAT

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN RUANG MILIK JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR : 5 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG JALAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 9 TAHUN 1999 T E N T A N G


WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : E

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BONGKAR MUAT BARANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 T E N T A N G PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI NOMOR 8 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BINJAI,

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN NAMA NAMA JALAN DI WILAYAH KOTA SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 40 TAHUN 2005

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 23 TAHUN 2008

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN

Transkripsi:

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa keamanan dan keselamatan dalam lalu lintas di wilayah Kabupaten Kapuas merupakan tujuan yang ingin dicapai melalui upaya peningkatan ketertiban lalu lintas; b. bahwa untuk meningkatkan ketertiban lalu lintas di wilayah Kabupaten Kapuas perlu dilaksanakan kebijakan dalam penetapan kelas jalan dan pengaturan lalu lintas; c. bahwa untuk memberikan arah, landasan, dan kepastian hukum kepada semua pihak yang terlibat dalam upaya meningkatkan ketertiban lalu lintas di wilayah Kabupaten Kapuas, maka diperlukan pengaturan tentang penetapan kelas jalan dan pengaturan lalu lintas; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas tentang Jalan dan Pengaturan Lalu Lintas Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 1

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir, dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3528); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655 ); 2

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5104); 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 11 / PRT / M / 2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Jalan Khusus; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Kapuas (Lembaran Daerah Kabupaten Kapuas Tahun 2008 Nomor 2); 17. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kapuas Nomor : 188.3 / 01 / DPRD.2011 tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Kapuas Periode 2009 2014. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAPUAS dan BUPATI KAPUAS MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Kapuas. 3

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Perangkat Daerah sebagai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 4. Kepala Daerah adalah Bupati Kapuas. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kapuas. 6. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kapuas. 7. Pembinaan Jalan adalah kegiatan Penyusunan dan standar Teknis, Pelayanan, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia serta Penelitian dan Pengembangan Jalan. 8. Jaringan jalan adalah sekumpulan ruas-ruas jalan yang merupakan satu kesatuan yang terjalin dalam hubungan hirarki. 9. Keselamatan lalu lintas adalah keadaan terhindarnya pengguna jalan dan masyarakat dari kecelakaan lalu lintas. 10. Kelancaran lalu lintas adalah keadaan tidak terganggunya arus lalu lintas. 11. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang ada pada kendaraan itu termasuk kendaraan gandengan dan keadaan tempelan yang dirangkai dengan kendaraan bermotor, kecuali kendaraan di atas rel. 12. Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. 13. Kelas jalan adalah klasifikasi jalan berdasarkan Muatan Sumbu Terberat (MST) dan karakteristik lalu lintas. 14. Jalan adalah Prasarana Transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi Lalu Lintas yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta diatas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. 15. Jalan Khusus adalah jalan yang dibangun oleh Instansi, Badan Usaha, Perseorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri. 16. Jalan Strategis Kabupaten adalah jalan yang diprioritaskan untuk melayani kepentingan Kabupaten berdasarkan pertimbangan untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan keamanan Kabupaten. 17. Jalan Kabupaten adalah jalan umum yang merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan nasional, yang menghubungkan ibukota Kabupaten dan ibukota kecamatan, ibukota Kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antara pusat kegiatan lokal serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah Kabupaten dan jalan strategis Kabupaten. 18. Jalan Desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau antar pemukiman di dalam desa serta jalan lingkungan. 19. Ruang manfaat jalan adalah bagian jalan yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya. 20. Ruang milik jalan adalah bagian jalan yang meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur. 21. Ruang Pengawasan jalan adalah merupakan ruang tertentu diluar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah penyelenggaraan jalan. 4

22. Pengaturan lalu lintas adalah kegiatan penetapan kebijakan lalu lintas pada jaringan atau ruas jalan dan/atau persimpangan tertentu. 23. Pengendalian lalu lintas adalah pemberian arahan dan petunjuk dalam penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas serta pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan lalu lintas. 24. Pejabat PNS Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi yang telah mengikuti pendidikan dan telah memiliki kualitas PNS lalu lintas dan angkutan jalan. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Penyelenggaraan Jalan dan Pengaturan Lalu Lintas berdasarkan pada Asas Kemanfaatan, Keamanan dan Keselamatan, Keserasian, Keselarasan dan Keseimbangan, Keadilan, Transparansi dan Akuntabilitas, Keberdayagunaan dan Keberhasilgunaan, Efisiensi dan Efektif, Seimbang, Terpadu, Mandiri serta Kebersamaan dan Kemitraan. Pasal 3 Pengaturan Penyelenggaraan Jalan dan Lalu Lintas bertujuan untuk : a. Mewujudkan ketertiban dan kepastian Hukum dalam penyelenggaraan jalan; b. Mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan; c. Mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam pemberian layanan kepada masyarakat. d. Mewujudkan pelayanan jalan yan andal dan prima serta berpihak pada kepentingan masyarakat; e. Mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdayaguna dan berhasilguna untuk mendukung terselenggara sistem transportasi yang terpadu;dan f. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, nyaman dan terpadu dengan modal angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa; g. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan h. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. BAB III PENETAPAN STATUS JALAN Pasal 4 (1) Penetapan status suatu ruas sebagai Jalan Kabupaten dilakukan dengan Keputusan Bupati yang bersangkutan. (2) Penetapan Status suatu ruas jalan sebagai Jalan Desa dilakukan dengan Keputusan Bupati yang bersangkutan. 5

(3) Penetapan ruas - ruas jalan menurut statusnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), dilakukan secara berkala dan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. BAB IV KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN Pasal 5 (1) Pemerintah Kabupaten memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan Jalan Kabupaten dan Jalan Desa. (2) Pengaturan yang merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten diwujudkan dalam penetapan kelas Jalan Kabupaten dan Jalan Desa serta kegiatan pengaturan lalu lintas pada jaringan jalan. (3) Penyelenggaraan Jalan Kabupaten dan Jalan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan guna meningkatkan keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran serta kenyamanan pengguna lalu lintas di jalan. BAB V KELAS JALAN DAN PENGGUNA JALAN Pasal 6 Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan: a. fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan Jalan dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan b. daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi Kendaraan Bermotor. Pasal 7 (1) Pengelompokan jalan menurut kelas jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 terdiri atas : a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus )milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu ) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 (sepuluh) ton; b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kenderaan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus ) milimeter ukurn panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu ) mili meter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus ) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton; c. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus ) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus ) milimeter dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton; 6

d. Jalan Kelas Khusus yaitu jalan arteri yang dapat di lalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh ) ton. (2) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat ditetapkan muatan sumbu terberat kurang dari 8 (delapan) ton. (3) Kelas Jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Jalan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Jalan Kelas Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 8 Penetapan kelas jalan sebagai akibat peningkatan kelas jalan pada ruas-ruas Jalan Kabupaten dan Jalan Desa dilaksanakan oleh Bupati sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 9 Penetapan kelas jalan wajib dinyatakan dengan pemasangan rambu-rambu lalu lintas yang dipasang pada setiap ruas jalan. Pasal 10 (1) Dalam keadaan tertentu untuk kelancaran mobilitas orang atau barang kebutuhan pokok yang lain, Bupati dapat melakukan pengaturan lalu lintas dengan mengizinkan kendaraan bermotor untuk melewati ruas Jalan Kabupaten yang kelas jalannya lebih rendah dan kelas jalan yang diizinkan untuk kendaraan bermotor tersebut. (2) Bupati melaksanakan inventarisasi nama dan ruas Jalan Desa yang mengalami peningkatan konstruksi sehingga dapat dinyatakan sebagai Jalan Kabupaten kelas jalan III. Pasal 11 (1) Penggunaan jalan untuk keperluan tertentu di luar fungsi bagian-bagian jalan, dan penyelenggaraan kegiatan dengan menggunakan jalan yang patut diduga dapat mengganggu keselamatan, keamanan, dan kelancaran lalu lintas hanya dapat dilakukan setelah memperoleh ijin Bupati. (2) Bupati menugaskan dinas yang melaksanakan tugas pembinaan jalan dan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika untuk mengendalikan segala kegiatan yang menggunakan bagian jalan terutama ruang manfaat jalan untuk mencegah terganggu fungsi jalan. Pasal 12 Dilarang mengemudikan kendaraan bermotor melalui Jalan Kabupaten yang memiliki kelas jalan yang lebih rendah dari kelas jalan yang diijinkan dilalui oleh kendaraan tersebut. 7

Pasal 13 (1) Bupati dalam keadaan tertentu dapat menetapkan larangan penggunaan jalan tertentu untuk dilalui kendaraan. (2) Larangan penggunaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dengan rambu-rambu sementara. BAB VI PENGATURAN LALU LINTAS Pasal 14 (1) Kegiatan menetapkan kebijaksanaan pelaksanaan aturan lalu lintas yang bersifat perintah dan/atau larangan dinyatakan dengan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, dan/atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL). (2) Lokasi rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, dan atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati. Pasal 15 (1) Pada suatu lokasi di jalan yang sama dipasang rambu lalu lintas, marka jalan dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, maka urutan prioritas yang berupa perintah atau larangan yang berlaku pertama yaitu Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, kedua rambu lalu lintas dan ketiga marka jalan. (2) Apabila pada suatu lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ada Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan/atau Petugas Pegawai Negeri Sipil Dinas Peerhubungan, Komunikasi dan Informasi mengatur lalu lintas, maka perintah atau larangan petugas dimaksud yang harus didahulukan. Pasal 16 (1) Pemasangan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas harus diselesaikan paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal diumumkan dalam Berita Daerah. (2) Rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan/atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kekuatan hukum setelah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemasangan. (3) Jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk memberikan informasi kepada pemakai jalan. (4) Pemberi informasi pemberlakuan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan/atau alat untuk pemberi isyarat lalu lintas dilakukan melalui media cetak dan/atau elektronika, dan/atau oleh petugas lalu lintas jalan. BAB VII PENGAWASAN LALU LINTAS Pasal 17 Kegiatan pengawasan lalu lintas meliputi : a. Pemantauan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas; b. Penilaian terhadap pelaksannaan kebijaksanaan lalu lintas untuk mengetahui efektifitas kebijaksanaan lalu lintas; 8

c. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas, meliputi yang bersifat legal hukum dan teknis. Pasal 18 (1) Tindakan korektif yang bersifat penegakan hukum merupakan penyempurnaan terhadap operasional penerapan sanksi hukum bagi pelanggaran kebijakan lalu lintas. (2) Penyidikan Pelanggaran di bidang Lalu lintas dan angkutan jalan meliputi : a. pelanggaran terhadap pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan ; b. pelanggaran terhadap pemenuhan pelaksanaan aturan lalu lintas yang bersifat perintah dan atau larangan ; c. Pelanggaran terhadap pemenuhan persyaratan pelaksanaan angkutan jalan. Pasal 19 (1) Bupati melimpahkan kewenangan pelaksanaan operasional pengawasan lalu lintas Jalan Kabupaten kepada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan informasi. (2) Pelaksanaan tindakan korektif dan aspek penegakan hukum dilakukan oleh Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan atau Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dinas Perhubungan, Komunikasi dan informasi. BAB VIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 20 (1) Selain Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi pembinaan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan Penyidikan tindak pidana di bidang lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan Jalan dan Peraturan Daerah ini. (2) Pegawai Negeri Sipil tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diangkat sebagai Penyidik harus memenuhi persyaratan dan kualifikasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang untuk : a. Memberitahukan, melarang atau menunda pengoperasian kendaraan bermotor yang patut diduga melakukan tindak pidana di bidang lalu lintas dan angkutan jalan ; b. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan dengan penyidikan tindakan pidana di bidang lalu lintas dan angkutan jalan; c. Meminta keterangan dan barang bukti dari pengemudi, pemilik kendaraan, atau pengusaha angkutan jalan; d. Melakukan penyitaan terhadap Tanda Bukti Lalu Lintas Uji, Dokumen Perijinan, Surat Ijin Mengemudi, Sertifikat Pengemudi Angkutan Umun, dan/atau Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor; 9

e. Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan; f. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana yang menyangkut persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor serta perijinan angkutan umum; g. Pelaksanaan Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 21 Pengemudi kendaraan bermotor yang melanggar Pasal 12, yaitu mengemudikan kendaraan bermotor dijalan yang tidak sesuai dengan kelas jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.3.000.000,- (tiga juta rupiah). Pasal 22 Barang siapa melanggar ketentuan mengenai rambu-rambu dan marka jalan, alat pemberi isyarat Lalu Lintas, gerakan lalu lintas, berhenti dan parkir, peringatan dengan bunyi dan sinar, kecepatan maksimum atau minimum dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah). Pasal 23 Setiap orang melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan kerusakan atau terganggunya fungsi perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12 dipidana kurungan paling lama 5 (lima) bulan dan/ atau denda setinggi-tingginya Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Pasal 24 Barang siapa menggunakan jalan di luar fungsi sebagai jalan, atau menyelenggarakan kegiatan dengan menggunakan jalan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.3.000.000,- (tiga juta rupiah). Pasal 25 (1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24 adalah pelanggaran. (2) Denda pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetorkan ke Kas Daerah. BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 26 Kewajiban dan kewenangan dalam manajemen rekayasa lalu lintas yang lain akan ditetapkan dalam Peraturan Daerah tersendiri. 10

Pasal 27 Dalam keadaan tertentu sehingga terjadi gangguan kelancaran arus lalu lintas yang berpengaruh terhadap mobilitas orang dan barang secara lokal, maka Bupati melaksanakan penanganan masalahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Pelaksanaan penetapan kelas jalan dan pengaturan lalu lintas berdasarkan Peraturan Daerah ini dilakukan secara efektif paling lama 6 (enam) bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. Pasal 29 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kapuas. Diundangkan di Kuala Kapuas pada tanggal 28 Mei 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KAPUAS, ttd NURUL EDY Ditetapkan di Kuala Kapuas pada tanggal 30 April 2012 BUPATI KAPUAS, ttd MUHAMMAD MAWARDI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2012 NOMOR : 5 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, FITRAYANTO SURIADINATA, SH, M.Hum Pembina (IV/a) NIP. 19741016 200003 1 005 11

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS I. UMUM Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan urat nadi kehidupan masyarakat mempunyai peranan penting dalam usaha pengembangan kehidupan dan ekonomi rakyat. Dalam kerangka tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai hak sekaligus kewajiban mengatur dan memelihara jalan yang ada di wilayahnya sehingga selain dapat dimanfaatkan secara optimal dari segi ekonomi juga tercipta stabilitas dan unsur keadilan dalam masyarakat dalam penggunaan jalan tersebut. Pemerintah Kabupaten Kapuas menimbang bahwa peningkatan ketertiban lalu lintas akan memberi dampak keamanan dan keselamatan dalam lalu lintas di wilayah Kabupaten Kapuas. Dengan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas dan untuk memberikan arah, landasan, dan kepastian hukum kepada semua pihak yang terlibat dalam upaya meningkatkan ketertiban lalu lintas di wilayah Kabupaten Kapuas, maka diperlukan pengaturan tentang Jalan dan Pengaturan Lalu Lintas. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 12

Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 6 13

14

15