BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

TJETJEP RONY BUDIMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan/dimanfaatkan; serta (3) Siswa memiliki kesulitan untuk memahami

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kognitif yang diperlukan, tetapi menekankan perkembangan karakter.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. yang cacat, termasuk mereka dengan kecacatan yang berat di kelas pendidikan umum,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam suatu perkembangan bangsa. Oleh karena itu, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi yang berpengaruh pada bidang-bidang

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang ada di dalamnya tentu perlu membekali diri agar benar-benar siap

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. harus menjadi prioritas dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan salah satu pondasi dasar suatu bangsa, sehingga pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi keahlian lagi, yaitu kompetensi keahlian multimedia.

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

K. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOUVENIR SMALB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Dengan berkembangnya jaman, pendidikan turut serta berkembang. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Kebutuhan pendidikan di jaman ini menjadi sangat penting, karena pendidikan merupakan fondasi suatu bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang berpendidikan. Perkembangan pendidikan saat ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan jaman. Salah satu hal yang dimodifikasi dari suatu pendidikan adalah kurikulum. (Aminnatul: 2008) Menurut UU No. 20 Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Perubahan kurikulum diadakan oleh pemerintah, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan, dalam hal ini adalah guru dan siswa. Di Indonesia, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami 11 kali perubahan sejak tahun 1947 sampai 2014 (Hidayatul, 2014). Ada dua kurikulum yang masih berjalan pada saat ini, yang pertama adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dimulai pada tahun 2006, 1

2 sedangkan kurikulum kedua atau yang dewasa ini baru dijalankan dan pada tahun ini akan direalisasikan ke seluruh Indonesia adalah Kurikulum Pendidikan Karakter atau disebut Kurikulum 2013 (Hidayatul,2014). KTSP merupakan kurikulum penyempurnaan dari kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh masing masing satuan pendidikan / sekolah. Dapat diartikan bahwa sekolah berhak untuk merencanakan, melaksanakan, mengelola serta menilai suatu pembelajaran sesuai dengan kondisi lingkungan alam dan sosial ekonomi masyarakat, dan karakteristik peserta didik pada daerah suatu sekolah namun tetap dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan dan kantor departemen agama Kabupaten/Kota (UU No.20 Tahun 2003). KTSP berorientasi pada pembentukan manusia intelek, maka dari itu dalam KTSP materi pengetahuan alam lebih ditekankan agar siswa dapat menguasai materi tersebut. Dalam KTSP siswa diberikan materi muatan lokal dan pengembangan diri, muatan lokal merupakan kegiatan tambahan untuk mengembangkan kompetensi siswa yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Pengembangan diri dikembangkan dan disusun oleh siswa sendiri dengan bimbingan dari guru yang bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan siswa. Ada pula penambahan mata pelajaran dalam pengembangan diri yang diberikan sekolah untuk meningkatkan kemampuan siswa, penambahan mata pelajaran ini dapat menambah pengetahuan siswa. Penambahan mata pelajaran ini tidak terbatas sesuai dengan kebutuhan, seperti bahasa Jerman, Jepang, etika,dll.

3 Pembelajaran yang dilakukan pada KTSP adalah pemberian ceramah oleh guru (pembelajaran satu arah), menjadikan siswa menjadi tergantung sepenuhnya pada guru yang bersangkutan. Keuntungan dari KTSP adalah pendekatan dalam penyampaian materi yang beda sesuai dengan karakteristik guru, memungkinkan siswa untuk menyukai cara mengajar dan dapat memahami bahan ajar yang diberikan oleh guru. Namun memiliki kekurangan dari guru itu sendiri, siswa mungkin dapat menyukai cara seorang guru mengajar, namun belum tentu siswa yang lain menyukai dengan cara guru mengajar. Dalam KTSP memungkinkan siswa untuk hanya mengerti suatu mata pelajaran tertentu yang disukainya, dan mengabaikan pelajaran lain. Berbeda dengan Kurikulum 2013 yang berfokus pada kognitif, emosional, dan behavioral. Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun ajaran 2013/2014 pada sekolah sekolah tertentu (terbatas) dan akan dilaksanakan di seluruh sekolah di Indonesia pada tahun 2014. Sekolah yang dipilih untuk menjadi contoh pengimplementasian kurikulum 2013 dengan syarat sekolah tersebut pernah menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) / Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, selain itu syarat lainnya yaitu sekolah tersebut merupakan sekolah terbaik di daerahnya, salah satunya adalah SMA X Karawang Barat. Kurikulum 2013 atau disebut juga sebagai Kurikulum Pendidikan Karakter, secara resmi mulai diselenggarakan pada tanggal 15 Juli 2013. Adapun penamaannya lebih disesuaikan dengan tujuan dari kurikulum besangkutan, yaitu untuk mengembangkan karakter siswa dengan penekanan pada kemampuan afektif, psikomotor dan kognitif. Seluruh potensi siswa turut diperhatikan dalam

4 memberikan penilaian, meliputi proses hingga hasil yang diperoleh siswa. Secara menyeluruh, tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk memersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Baik kurikulum KTSP dan kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mencapai hal yang sama secara garis besarnya, karena kurikulum 2013 adalah pengembangan dari KTSP. Tujuan kurikulum 2013 untuk meningkatkan kompetensi siswa dan lebih produktif dan tujuan KTSP siswa berakhlak, cakap dan aktif tercakup dalam komponen behavioral engagement. Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran menjadi bersemangat, dan kurikulum KTSP bertujuan meningkatkan pembelajaran dengan membuat lingkungan menyenangkan yang tercakup dalam komponen emotional engagement. Kurikulum 2013 dan KTSP memiliki tujuan untuk meningkatkan siswa menjadi lebih kreatif, inovatis yang tercakup dalam komponen cognitive engagement. Ketiga komponen yang disebutkan diatas, yaitu behavioral engagement, emotional engagement dan cognitive engagement merupakan komponen komponen dari school engagement. School engagement merujuk pada seberapa besar usaha siswa untuk berupaya melibatkan dirinya selama melakukan kegiatan akademik dan non-akademik (sosial & ekstrakurikuler), meliputi keterlibatan komponen komponen behavioral, emotional serta cognitive engagement (Fredricks, 2004).

5 Ditarik dari kedua kurikulum, KTSP melakukan pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan. Lain halnya dengan Kurikulum 2013 yang dirancang agar semua mata pelajaran berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Idealnya, melalui kurikulum 2013 dan KTSP komponen komponen school engagement diharapkan dapat terpenuhi. Misalnya, untuk komponen behavioral kurikulum 2013 berfokus pada psikomotor siswa sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Dalam segi emotional, kurikulum 2013 berfokus pada afektif, yang berarti siswa dapat tertarik, dan fokus terhadap pembelajaran yang diberikan. Selanjutnya dalam segi cognitive kurikulum 2013 berfokus pada kognitif, yang berarti siswa dapat memahami pembelajaran sesuai dengan apa yang diberikan. Ditinjau dari ketiga komponen school engagement di atas, kurikulum 2013 yang meningkatkan kualitas siswa dalam kognitif, afektif, dan psikomotor akan lebih berpotensi untuk mengembangkan siswa menjadi berprestasi dan memiliki karakter yang sesuai dengan tujuan kurikulum ini. Adanya fokus pada ketiga area tersebut (kognitif, afektif, dan psikomotor) dapat membuat siswa lebih memahami, mengerti, dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satu sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 dan masih menjalankan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah SMA X Karawang Barat. Dari hasil wawancara yang didapat dari guru SMA X, siswa kelas X menjalani proses pembelajaran sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki. Diawali dengan proses penerimaan siswa baru yang berbeda dibandingkan dengan

6 kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 menggunakan konsep peminatan agar dapat menyalurkan siswa ke jurusan yang diinginkan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Metode pengajaran yang diberikan berupa presentasi, tanya jawab, berpikir kritis, berdiskusi antar teman maupun kelompok, mencari informasi lebih mengenai suatu materi. Kelebihan bentuk pengajaran ini adalah setiap siswa dituntut kreatif dan inovatif, selain itu ada juga yang namanya pengembangan karakter yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. Tugas guru disini adalah sebagai fasilitator yang hanya memfasilitasi siswa agar siswa dapat berpartisipasi dengan aktif di situasi pembelajaran di kelas. Akan tetapi, kurikulum 2013 bukannya tidak memiliki kekurangan dalam implementasinya. Kekurangannya adalah sosialisasi mengenai kurikulum 2013 kepada siswa maupun orangtua siswa mengenai adanya sistem yang baru. Siswa kelas XI belum banyak mengetahui mengenai implementasi dari kurikulum 2013 karena mereka merasa penerapan dari kurikulum 2013 yang terlalu cepat, dan perbedaan cara mengajar yang signifikan, yang pada saat mereka SMP masih diberikan ceramah oleh guru. Kondisi ini diantisipasi sebagai penghambat utama dari pengimplementasian kurikulum 2013 di setiap sekolah. Terlepas dari kekurangan yang masih ada, pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional berketetapan untuk menyelenggarakan kurikulum 2013, dimulai dengan sekolah sekolah tertentu sebagai pilot projectnya. Adapun penelitian yang akan dilakukan ini bermaksud mengetahui sejauh mana kurikulum 2013 dan KTSP dapat memicu keterlibatan siswa (school

7 engagement) dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Guna mendapatkan hasil penelitian yang secara empirik mampu memberikan gambaran tentang school engagement pada siswa dengan kurikulum 2013, penulis akan menelitinya dengan menggunakan metode riset differensial. Untuk melakukan penelitian dengan metode ini, penulis akan mengambil dua kelompok penelitian yang akan diposisikan sebagai kelompok utama dan kelompok pembanding. Adapun yang diangkat sebagai pembedanya adalah kurikulum-nya. Untuk itu, akan dilakukan penelitian school engagement selain kepada siswa kelas XI SMA Negeri X Karawang Barat dengan kurikulum 2013, juga peneliti akan melakukan pengambilan data kepada siswa kelas XII dengan kurikulum KTSP. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui perbedaan school engagement pada siswa kelas XI dengan kurikulum 2013 dan siswa kelas XII dengan KTSP di SMA X Karawang Barat. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan school engagement siswa dengan kurikulum berbeda di SMA X di kota Karawang Barat.

8 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan school engagement pada siswa kelas XI dengan Kurikulum 2013 dan XII dengan KTSP SMA X di kota Karawang Barat melalui Emotional Engagement, Behavioral Engagement, dan Cognitive Engagement. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis 1.) Memberi sumbangan informasi pada ilmu Psikologi Pendidikan tentang school engagement. 2.) Memberi masukan bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan school engagement. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1.) Memberikan informasi kepada pihak sekolah SMA X di kota Karawang Barat mengenai derajat school engagement pada siswa kelas XI dan XII SMA X sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengembangan proses pembelajaran yang lebih baik. 2.) Memberikan informasi kepada guru SMA X di kota Karawang Barat mengenai derajat school engagement pada siswa sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam memfasilitasi dan mendorong siswa untuk lebih aktif dan ikut terlibat dalam proses belajar mengajar.

9 1.5 Kerangka Pikir Menurut UU No. 20 Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Di Indonesia, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami 11 kali perubahan sejak tahun 1947 sampai 2014. Perubahan kurikulum diadakan oleh pemerintah, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan, dalam hal ini adalah guru dan siswa. Pada saat ini terdapat 2 kurikulum yang sedang berjalan di indonesia, yaitu Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013. Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013 diterapkan pada setiap jenjang pendidikan, termasuk SMA. Siswa siswa kelas XI SMA X (Kurikulum 2013) Karawang Barat dan siswa siswa kelas XII (KTSP) adalah remaja. Menurut Santrock (2007), masa remaja adalah masa transisi yaitu ketika seorang anak berubah menjadi dewasa baik fisik maupun psikologis. Masa remaja berada pada rentang usia 15 21 tahun. Perubahan utama yang terjadi pada masa remaja adalah perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional. Perubahan yang terjadi pada siswa siswa kelas XI dan XII SMA X Karawang Barat memerlukan dukungan dari lingkungan yang terlibat dengan siswa, agar perubahan yang terjadi bisa ke arah positif dan berkembang secara optimal. Kurikulum Satuan Tingkat pendidikan diawali sejak tahun 2006 adalah penyempurnaan dari kurikulum 1994, KTSP langsung diterapkan di seluruh indonesia, salah satunya pada SMA X Karawang Barat. Menurut Peraturan

10 Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah Kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki full authority and responsibility dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran. Tujuan dari KTSP adalah menghasilkan siswa didik yang menguasai kompetensi kompetensi dasar dalam konteks kehidupan yang dinilai dari proses belajar dan hasil belajar secara berkesinambungan, kemudian mengembangkan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar, sesuai kondisi siswa dan situasi sekolah. KTSP berorientasi pada membangun siswa intelek dengan berfokus pada pengetahuan alam, siswa diberikan ilmu dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah oleh guru. KTSP memberikan peluang bagi sekolah untuk merancang kurikulum bagi siswa didiknya, dan sekolah diberikan hak untuk mengisi pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri sesuai dengan kebutuhan siswa kelas XII SMA X dan masyarakat. Prinsip pengembangan KTSP sendiri berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa didik dan lingkungan. Dalam KTSP sendiri kegiatan yang paling utama untuk pembentukan kompetensi siswa selama dalam proses pembelajaran adalah pada saat dikelas. Siswa SMA X dibentuk kompetensinya dengan penyampaian informasi tentang materi pokok dan pembahasan materi pokok, siswa diajarkan dengan metode yang menyenangkan namun tetap dalam situasi yang kondusif. Beban belajar pada KTSP terbilang sedikit dibandingkan dengan kurikulum 2013, beban belajar pada siswa hanya 38

11 jam pelajaran setiap jam hanya 45 menit. Beban belajar yang sedikit ini dapat membuat siswa tidak terbebani dengan banyaknya pelajaran dan materi-materi, karena KTSP hanya fokus pada pemberian materi sehingga tercapainya pemahaman siswa mengenai suatu pelajaran tertentu. Kurikulum 2013 dewasa ini baru dijalankan dan pada tahun ini akan direalisasikan ke seluruh Indonesia. Tujuan dari kurikulum 2013, yaitu untuk mengembangkan karakter siswa dengan penekanan pada kemampuan afektif, psikomotor dan kognitif. Secara menyeluruh, tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk memersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun ajaran 2013/2014 pada sekolah sekolah tertentu (terbatas), salah satunya adalah SMA X Karawang Barat. Kurikulum 2013 membentuk pengalaman belajar langsung siswa sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan siswa. Pengalaman belajar langsung individual siswa menjadi hasil bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh siswa menjadi hasil dari kurikulum 2013. Di dalam proses pembelajaran dengan kurikulum 2013 dan KTSP ini, akan diciptakan iklim kelas yang mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif pada proses pembelajaran, yang menjadi indikator utama dari school engagement. School engagement merujuk pada seberapa besar usaha siswa untuk berupaya melibatkan dirinya selama melakukan kegiatan akademik dan non-akademik

12 (sosial & ekstrakurikuler), meliputi keterlibatan komponen komponen behavioral, emotional serta cognitive engagement (Fredricks, 2004). Behavioral Engagement, merujuk pada semua perilaku positif siswa dalam mengikuti peraturan sekolah, partisipasi dalam kegiatan akademik, dan partisipasi dalam kegiatan non akademik. Siswa dengan kurikulum 2013 dituntut untuk aktifmencari materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi, dalam hal ini siswa perlu menjadi lebih aktif dalam kelas baik terhadap guru, siswa lain, sumber atau media yang lainnya, siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat diperoleh melalui internet, siswa diarahkan untuk belajar secara kelompok (berbasis tim) untuk menjadi kritis dalam pembelajaran, siswa mengerjakan tugas dengan menggunakan multimedia yang dimiliki dan atau yang disediakan oleh sekolah. Berbeda dengan siswa dengan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), siswa dituntut agar memelajari materi sebatas yang disampaikan, siswa terbatas untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai suatu materi, karena penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Pencarian informasi dengan media lain seperti media elektronik, internet, media cetak,dll dilakukan oleh siswa apabila guru meminta siswa untuk mencari, karena fokus guru hanya memberikan informasi agar materi tersampaikan kepada siswa. Siswa dengan behavioral engagement akan mengikuti peraturan sekolah, aktif di kelas, bertanya kepada guru bila ada materi yang tidak dimengerti, dan aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan oleh sekolah. Sedangkan

13 siswa yang kurang menunjukkan behavioral engagement akan duduk diam (pasif) ketika guru bertanya mengenai materi pembelajaran, bolos sekolah, dan tidak mengikuti ekstrakulikuler yang diadakan oleh sekolah. Emotional engagement berfokus pada afektif, merujuk pada semua perilaku siswa dalam usaha menghayati emosi - emosi positif di sekolah meliputi menghargai proses belajar dan merasa menjadi bagian penting dari sekolah. Kurikulum 2013 dirancang sedemikian rupa agar membuat siswa merasa pembelajaran yang dilakukan di lingkungan sekolah terasa mengasyikan dan bervariasi, siswa diberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Siswa diberikan pembelajaran yang dinamis sehingga menghayati situasi pembelajaran di kelas terasa hidup dan menyenangkan, siswa juga diberikan sarana dan prasarana (internet, buku, perpustakaan, ebook, dll) oleh pihak sekolah sebagai penunjang proses pembelajaran. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan siswa diberikan iklim kelas kondusif dan menyenangkan, kelas dirancang dengan kondisi tenang dan nyaman bagi siswa. Sesuai dengan ketetentuannya KTSP mengharuskan guru dan pihak sekolah untuk membuat kurikulumnya sendiri, jadi setiap guru memiliki hak untuk membuat variasi sendiri dalam mengajar yang berfokus pada teacher centered. Tentunya metode pemberian materi oleh setiap guru dapat berbeda beda, dan dapat membuat siswa aktif maupun pasif dalam pembelajaran. Aktif maupun pasif dalam pembelajaran tergantung pada kemampuan guru mengelola kelas, apakah siswa akan terlihat menyukai dan iklim kelas terlihat

14 menyenangkan, ataukah siswa akan terlihat diam saja dan iklim kelas terlihat membosankan. Tentunya guru harus mengenal siswanya sendiri karena belum tentu suatu kelas bisa cocok dengan suatu metode guru. Siswa dengan emotional engagement akan menunjukkan perasaan yang senang saat belajar di kelas, perasaan yang senang terhadap guru (menghargai guru), termotivasi untuk belajar, sedangkan siswa yang kurang menunjukkan emotional engagement akan menunjukkan motivasi yang rendah dalam belajar, kurang menghargai guru yang mengajar, mudah bosan ketika belajar di sekolah, kurang tertarik untuk belajar di kelas. Selanjutnya, cognitive engagement berfokus pada kognitif, merujuk pada semua perilaku dalam usaha untuk berpikir dan belajar melalui investasi dalam belajar dan strategi kognitif. Dengan kurikulum 2013 siswa dikembangkan sikap spiritual, sikap sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotor. Siswa dapat memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Pemahaman, pengalaman dari hasil belajar membuat siswa memiliki kompetensi yang berkembang berdasarkan prinsip akumulatif, saling memerkuat (reinforced) dan memerkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan, yang akan membuat siswa berwawasan luas, dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Siswa dengan KTSP diarahkan untuk menjadi siswa yang memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan, siswa diberikan materi dengan berfokus

15 pada pemahaman materi pokok dan pengetahuan siswa. Pemberian informasi dengan metode ceramah membantu siswa dalam memeroleh pengetahuan sesuai materi yang disampaikan pada proses pembelajaran. Dalam KTSP sendiri, siswa hanya sedikit mencari informasi dari sumber lain, siswa hanya mendapatkan informasi mengenai suatu materi dari ceramah guru atau apabila diminta oleh guru untuk mencari informasi mengenai materi melalui media lain (cetak, elektronik, internet, dll) namun sebatas hanya pada materi tersebut. Kemudian siswa dapat mengembangkan kompetensinya dengan mengerjakan tugas yang diberikan guru di kelas, dan pembahasan tugas pada saat di kelas. Siswa dengan cognitive engagement akan menunjukkan usaha yang keras dan disiplin dalam belajar, aktif mengumpulkan informasi/bahan mengenai suatu materi pelajaran, dan menunjukkan keluwesan berpikir dalam memecahkan suatu persoalan yang diberikan oleh guru, sedangkan siswa yang kurang menunjukkan cognitive engagement akan menunjukkan usaha yang minim dalam belajar, pasif dalam mencari bahan/informasi mengenai materi pelajaran. Untuk mengetahui lebih jelasnya, dapat dilihat pada skema kerangka pikir :

16 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Siswa Siswa kelas XII SMA X Karawang Barat School engagement Emotional Engagement Behavioral Engagement Cognitive Engagement Siswa Siswa kelas XI SMA X Karawang Barat Kurikulum 2013 Skema 1.1 Skema Kerangka Pikir 1.6 Asumsi Penelitian Dari pemaparan diatas maka peneliti merumuskan asumsi : 1. Kurikulum 2013 yang berintikan meningkatkan karakter siswa kelas XI dari komponen kognitif, afektif, dan psikomotor memberi peluang menumbuhkembangkan school engagement di SMA X Karawang Barat.

17 2. Keterlibatan siswa kelas XI SMA X Karawang Barat dengan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran akan meningkatkan behavioral engagement siswa berupa perilaku aktif di kelas, termasuk aktif bertanya, mencari informasi lewat multimedia, aktif berkontibusi dalam kelompok, dan aktif dalam kegiatan non-akademis (ekstrakulikuler, osis, pramuka). 3. Keterlibatan siswa kelas XI SMA X Karawang Barat dalam proses pembelajaran akan meningkatkan emotional engagement siswa berupa antusias dalam pembelajaran yang berlangsung di kelas, antusias dalam kegiatan kelompok maupun individual, menghargai guru dan berusaha mempelajari sesuatu hal yang baru. 4. Keterlibatan siswa kelas XI SMA X Karawang Barat dalam proses pembelajaran akan meningkatkan cognitive engagement siswa berupa memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi, serta mengelaborasi informasi yang didapat dari internet maupun sumber lainnya (guru, masyarakat, lingkungan). 5. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan yang memberikan otoritas kepada setiap guru bebas menentukan kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa kelas XII dari komponen kognitif, afektif, dan psikomotor memberi peluang menumbuhkembangkan school engagement di SMA X Karawang Barat.

18 6. Keterlibatan siswa kelas XII SMA X Karawang Barat dalam proses pembelajaran akan meningkatkan behavioral engagement siswa berupa mengerti, memahami informasi yang diberikan oleh guru sesuai dengan materi yang didapat. 7. Keterlibatan siswa kelas XII SMA X Karawang Barat dalam proses pembelajaran akan meningkatkan emotional engagement siswa berupa menyukai, antusias dengan setiap materi yang diberikan oleh guru. 8. Keterlibatan siswa kelas XII SMA X Karawang Barat dalam proses pembelajaran akan meningkatkan cognitive engagement siswa berupa pembahasan tugas di kelas, pemahaman mengenai materi yang diberikan oleh guru. 1.7 Hipotesis Terdapat perbedaaan school engagement antara siswa dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terhadap siswa dengan Kurikulum 2013 pada siswa SMA X.