Ishak Musa. Widyaiswara Madya pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Banten, Jln. Raya Lintas Timur KM. 4 Karang Tanjung, Pandeglang, Banten.

dokumen-dokumen yang mirip
Ishak Musa. Widyaiswara Madya Provinsi Banten, Jln. Raya Lintas Timur KM.4 Karang Tanjung, Pandeglang- Banten

Surat Menyurat yang Minimal Harus Ada dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Ulasan. Banten. Edisi 4 No. 4 Oktober Desember 2017, p. 1-7

Perlunya Surat Menyurat dalam Mengatur Mekanisme Hubungan Kerja Para Pihak Terkait dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

(LPSE) Jl. Sowi Gunung, Sowi. Manokwari Papua Barat

BAGAIMANA SEHARUSNYA MEKANISME PENUNJUKAN LANGSUNG KETIKA PELELANGAN/SELEKSI/PEMILIHAN LANGSUNG ULANG GAGAL

PROSEDUR PENGENDALIAN KEGIATAN DI DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU Nomor:

Khalid Mustafa Ketua dan Pendiri Pusat Pengkajian Pengadaan Indonesia (P3I) Pengurus DPP Ikatan Ahli Pengadaan Indonesia (IAPI)

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

PROSEDUR PENGENDALIAN KEGIATAN DI DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU

PARA PIHAK DALAM PROSES PENGADAAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 38 TAHUN 2012 TENT ANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MANDAILING NATAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.24/Menhut-II/2013 TENTANG

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PENATAUSAHAAN&PELAPORAN DANA BOS SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH NEGERI DAN SATUAN PENDIDIKAN KHUSUS NEGERI YANG DISELENGGARAKAN PEMERINTAH PROVINSI

ANTARA PPK, PPTK, dan PPK-SKPD Abu Sopian, Balai Diklat Keuangan Palembang

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

BAB II. A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa. Fungsi pemerintahan dijalankan dengan memerlukan logistik, peralatan

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 53 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Tata Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Cilacap;

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS TENTANG

Matriks Perbedaan Antara Rancangan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dengan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 (Bagian 1)

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR

PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

APAKAH SPBy UANG MUKA KERJA MEMERLUKAN LAMPIRAN BUKTI PENGELUARAN RIIL? Oleh: Mukhtaromin (Widyaiswara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan) ABSTRAK:

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 25 A TAHUN TENTANG

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 36 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA SALINAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH,

PENGADAAN BARANG/JASA

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

PENGADAAN JASA KONSTRUKSI TKS 4221

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN WALIKOTA SURABAYA,

Walikota Tasikmalaya

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 37 TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI SUMEDANG PROPINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2012

PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN

WALIKOTA SURABAYA SALINAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 4 TAHUN 2010

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

-1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PROSEDUR EDELIVERY. Prosedur edelivery. Revisi : 00 Tanggal Terbit : : Perpres 54/2010 dan perubahannya, Perwali 73/2012 dan perubahannya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Keterbatasan Jumlah Petugas.

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 51 Tahun : 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN LUAR NEGERI

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

ARTI PENTINGNYA PENGENDALIAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

Transkripsi:

Gagasan Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p.04-09 PERLUKAH MENGANGKAT PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK) PADA PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SUMBER DANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)? Ishak Musa Widyaiswara Madya pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Banten, Jln. Raya Lintas Timur KM. 4 Karang Tanjung, Pandeglang, Banten. (Diterima 25 Pebruari 2014; Direvisi ke-1 28 Pebruari 2014; Direvisi ke-2 4 Maret 2014; Disetujui 6 Maret 2014; Diterbitkan 7 Maret 2014) Abstrak : Tulisan ini mengulas tentang organisasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang menggunakan sumber dana APBD, khususnya penetapan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Menurut PERPRES nomor 54 tahun 2010 beserta perubahannya tentang Pengadaan barang/jasa pemerintah, organisasi pengadaan barang/jasa pemerintah terdiri dari Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan dan Panitia/Pejabat Penerima hasil Pekerjaan. Dengan organisasi seperti tersebut diharapkan dapat terjadi mekanisme check and balance. Pelaksana pengadaan barang/jasa dengan sumber dana APBN dapat langsung menggunakan PERPRES tersebut. Sedangkan pelaksana pengadaan barang/jasa dengan sumber dana APBD harus juga berpedoman pada PERMENDAGRI nomor 13 tahun 2006 beserta perubahannya. Pada PERPRES, PA/KPA menetapkan PPK sebagai pejabat yang bertanggung jawab atas pengadaan barang/jasa termasuk menandatangani kontrak dengan penyedia barang/jasa, sedangkan pada PERMENDAGRI tidak perlu, justru PA/KPA lah yang sekaligus bertindak sebagai PPK. Disinilah terjadi dilema atas perlu atau tidaknya penetapan PPK dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan sumber dana APBD. Hasil analisa tulisan ini menyimpulkan bahwa PPK memang tidak perlu ditetapkan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan sumber dana APBD; Namun demikian dalam kondisi tertentu, tidaklah terlarang jika kepala SKPD selaku PA akan menetapkan PPK di SKPD-nya; Atau jika beban kerja pada suatu unit kerja SKPD sangat tinggi dengan jumlah paket pekerjaan yang dilaksanakan melalui penyedia barang/jasa demikian banyak, maka Kepala Unit Kerja selaku KPA dapat menetapkan PPK dengan persyaratan, tugas pokok dan kewenangan sesuai PERPRES 54 tahun 2010 beserta perubahannya. Keywords: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), APBD, Pengadaan Barang/Jasa Corresponding author: Ishak Musa, E-mail: ishak_musa@yahoo.com, HP: +6281385444343 4

Pendahuluan Diskusi menyangkut judul di atas seolah tidak pernah selesai dan selalu muncul di setiap awal tahun anggaran khususnya bagi mereka yang mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Saat diskusi hampir bisa dipastikan ada pembicaraan mengenai hierarki perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dengan membandingkan antara Peraturan Presiden (PERPRES) nomor 54 tahun 2010 beserta perubahannya tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) nomor 13 tahun 2006 beserta perubahaannya tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, karena pelaksanaan APBD harus mengacu kepada dua sumber hukum di atas, namun karena PERMENDAGRI kalah tinggi dengan PERPRES, maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah (PP) nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Undang- Undang (UU) nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Biasanya kubu yang berada dibelakang PERPRES sering terpojokkan di tingkat ini, karena UU tentang Pengadaan Barang/Jasa sampai dengan saat ini masih sebatas Draft. Demikian pula diskusi-diskusi yang selama ini dilakukan menghasilkan kesimpulan yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu tidak perlu mengangkat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa dan penandatangan kontrak dengan penyedia barang/jasa tetap dilakukan oleh Pengguna Anggaran (PA). Namun apakah benar penetapan PPK dalam pelaksanaan APBD tidak perlu dilakukan? Analisa Untuk menganalisa permasalahan ini, pertama kita akan membahas organisasi pengadaan barang/jasa sesuai PERPRES 54 tahun 2010 beserta perubahannya. Berikut ini adalah organisasi pengadaan barang/jasa sesuai PERPRES 54 tahun 2010 beserta perubahanya digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Organisasi pengadaan Barang/Jasa sesuai PERPRES 54 tahun 2010 PA/KPA menetapkan: 1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) : sebagai pejabat yang bertanggungjawab atas pengadaan barang/jasa 2. Pejabat Pengadaan : Personil yang ditunjuk untuk melaksanakan pengadaan langsung. 3. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) : Panitia/Pejabat yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. 4. Tim Teknis/Tim Juri/Tim Ahli ditetapkan jika diperlukan. 5

Pejabat-pejabat tersebut di atas ditetapkan dengan hierarki yang sama dan bertanggungjawab kepada PA/KPA. Pejabat yang memiliki kewenangan untuk menandatangani kontrak/perjanjian dengan penyedia barang/jasa adalah PPK. Sementara itu pada pelaksanaan APBD, pejabat yang berwenang menandatangani kontrak dengan penyedia barang/jasa adalah PA/KPA, sesuai dengan : 1. UU nomor 1 tahun 2004 menyebutkan kewenangan PA pada pasal 6 ayat (2) butir b yaitu: melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; 2. PP nomor 58 tahun 2005 lebih menguatkan kewenangan PA, pasal 10 butir c yaitu: melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; dan butir g yaitu: mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan; 3. PP nomor 58 tahun 2005, pasal 11 ayat (1) menyatakan bahwa: Pejabat pengguna anggaran dalam melaksanakan tugas dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/pengguna barang. Unit kerja didefinisikan pada pasal 1 butir 15 sebagai: bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program. Dengan demikian Kepala Unit Kerja yang akan diusulkan sebagai KPA oleh PA kepada Kepala Daerah adalah Pejabat yang kedudukannya satu tingkat di bawah PA. 4. PERMENDAGRI nomor 13 tahun 2006 menulis ulang kewenangan PA yang tertera dalam PP nomor 58 tahun 2005. Jika diperhatikan pada peraturan tersebut di atas bahwa penandatanganan kontrak dengan penyedia barang/jasa dilaksanakan oleh PA selaku pejabat struktural dengan Eselonering tertinggi di SKPD tersebut atau satu tingkat di bawahnya (KPA). Suatu pemikiran yang luar biasa, karena seorang PNS umumnya baru memiliki kedewasaan berfikir pada level jabatan Kepala Unit kerja, sehingga dialah yang bertanggungjawab menandatangani kontrak pengadaan barang/jasa. Jika digambarkan organisasi pengadaan barang/jasa dengan sumberdana APBD sebagai berikut: Gambar 2. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa dengan sumber dana APBD Sesuai PERMENDAGRI nomor 13 tahun 2006 beserta perubahannya : a. Kepala Daerah menetapkan : PA dan KPA (atas usul PA) b. PA menetapkan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). 6

Jika dalam pelaksanaan kegiatan membutuhkan barang/jasa, maka sesuai PERPRES nomor 54 tahun 2010 beserta perubahannya, PA menetapkan a. Pejabat pengadaan dan b. Panitia/Pejabat Penerima Hasil pekerjaan Sejarah Istilah PPK Istilah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mulai dikenal pada PERPRES nomor 8 tahun 2006 yang merupakan perubahan ke-empat dari Keputusan Presiden (KEPPRES) nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan barang/jasa Pemerintah, didefinisikan sebagai Pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI)/Pimpinan badan Hukum Milik Nagara (BHMN)/Direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggungjawab atas pengadaan barang/jasa. Pada PERPRES inilah kewenangan menandatangani perjanjian/kontrak dilimpahkan dari PA/KPA kepada PPK. Entah mengapa PERMENDAGRI nomor 13 tahun 2006 yang terbit kemudian merasa tidak perlu menjadikan KEPPRES nomor 80 tahun 2003 sebagai salah satu consideran nya sehingga istilah Pejabat Pembuat Komitmen sama sekali tidak disebutkan, begitu juga pada PERMENDAGRI 59 tahun 2007 yang merupakan perubahan pertamanya. Selanjutnya PERPRES 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, mendefinisikan ulang istilah PPK pada pasal 1 butir 7 menjadi Pejabat yang bertanggungjawab atas Pelaksanaan barang/jasa, dengan tugas pokok tertera pada pasal 11, antara lain: menandatangani kontrak; melaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa dan mengendalikan pelaksanaan kontrak. Debatable mengenai keberadaan/eksisensi sosok PPK dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan sumber dana APBD semakin mengemuka hingga diterbitkannya PERMENDAGRI 21 tahun 2011 yang merupakan perubahan kedua dari PERMENDAGRI nomor 13 tahun 2006. Pada PERMENDAGRI inilah PERPRES 54 tahun 2010 dijadikan sebagai salah satu consideran nya; Namun demikian tetap tidak menyebutkan tentang pelimpahan kewenangan menandatangani perjanjian/kontrak kepada PPK, melainkan mempertegas bahwa PA/KPA lah yang bertindak sebagai PPK. Seperti yang tersebut pada pasal 10A bahwa: Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Pengguna Anggaran bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen sesuai peraturan perundang-undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pasal 11ayat (5): Dalam pengadaan barang/jasa, Kuasa Pengguna Anggaran, sekaligus bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen. Sampai tahap ini semakin jelas bagi kita bahwa untuk pelaksanaan APBN, PPK-lah yang memiliki kewenangan untuk menandatangani kontrak, sedangkan pada pelaksanaan APBD, PA/KPA-lah yang memiliki kewenangan tersebut. Ini adalah kondisi ideal yang dikehendaki oleh peraturan-peraturan di atas untuk pelaksanaan APBN dan APBD; Namun demikian hal ini tetap masih belum menjawab pertanyaan awal apakah perlu menetapkan PPK pada pelaksanaan APBD? Selanjutnya penulis berpendapat bahwa: 1. Dengan berpedoman pada PERMENDAGRI nomor 21 tahun 2011, PP nomor 58 tahun 2005 dan UU nomor 1 tahun 2004, maka dalam pengadaan barang/jasa dengan sumber dana APBD, PA tidak perlu untuk menetapkan PPK, fungsi PPK telah melekat pada PA. Selanjutnya agar 7

terjadi mekanisme check and balance sebagaimana yang diharapkan PERPRES nomor 54 tahun 2010 beserta perubahannya, sebagian kewenangan PA dilimpahkan kepada kepala unit (pejabat 1 tingkat di bawah PA) sebagai KPA. KPA bertindak sebagai PPK dan menandatangani perjanjian/kontrak. Pelimpahan sebagian kewenangan ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD selaku PA. PA/KPA yang bertindak sebagai PPK tidak wajib memiliki Sertifikat Keahlian pengadaan barang/jasa sesuai PERPRES 70 tahun 2012 pasal 12 ayat (2b) Dalam hal tidak ada personil yang memenuhi persyaratan untuk ditunjuk sebagai PPK, persyaratan pada ayat (2) huruf g yaitu: memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa dikecualikan untuk: a. PPK yang dijabat oleh pejabat eselon I dan II di K/L/D/I; dan/atau b. PA/KPA yang bertindak sebagai PPK. 2. Dengan berpedoman dalam PERPRES 54 tahun 2010 beserta perubahannya, maka pada pelaksanaan pelaksanaan barang/jasa dengan sumber dana APBD: a. PA dengan alasan tertentu dapat menetapkan PPK (dapat lebih dari 1 orang) di SKPD yang dipimpinnya, Persyaratan, tugas pokok dan kewenangan PPK sesuai pasal 11 dan 12 PERPRES 54 tahun 2010 beserta perubahannya. b. Kepala Unit Kerja pada SKPD selaku KPA dengan alasan beban kerja yang tinggi dapat menetapkan PPK pada unit kerjanya. Pengangkatan PPK pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan sumber dana APBD, walaupun tidak diatur secara jelas dalam PERMENDAGRI, namun hal itu tidak bertentangan dengan PERPRES dan tidak ada satupun pasal dalam PERPRES yang dilanggar. Selain itu, pengangkatan PPK dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan sumber dana APBD akan mempermudah pelaksanaan check and balance terutama pada SKPD yang memiliki paket pekerjaan yang sangat banyak. Hal ini memenuhi prinsip efisien, efektif dan akuntabel sebagaimana dijelaskan dalam pasal 5 PERPRES 54 tahun 2010 beserta perubahannya. Kesimpulan Dari uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa: 1. Pengadaan barang/jasa yang menggunakan sumber dana APBD, kepala SKPD selaku PA tidak perlu menetapkan PPK, selanjutnya agar terjadi mekanisme check and balance sebagaimana yang diharapkan PERPRES nomor 54 tahun 2010 beserta perubahannya, sebagian kewenangan PA dilimpahkan kepada kepala unit (pejabat 1 tingkat di bawah PA) sebagai KPA. Pada pengadaan barang/jasa PA/KPA bertindak sebagai PPK. 2. Pada kondisi tertentu, tidaklah terlarang: a. Jika kepala SKPD selaku PA menetapkan PPK di SKPD-nya, dengan persyaratan, tugas pokok dan kewenangan PPK sesuai PERPRES 54 tahun 2010 beserta perubahannya. b. Jika karena beban kerja pada suatu Unit Kerja SKPD sangat tinggi dengan jumlah paket pekerjaan yang dilaksanakan melalui penyedia barang/jasa demikian banyak, Kepala Unit Kerja selaku KPA menetapkan PPK dengan persyaratan, tugas pokok dan kewenangan sesuai PERPRES 54 tahun 2010 beserta perubahannya. 8

Rekomendasi Kebijakan Dalam pelaksanaan Pengadaan barang/jasa dengan sumber dana APBD, banyak dijumpai PA/KPA menetapkan PPK, hal tersebut belum diatur dalam PERMENDAGRI nomor 13 tahun 2006 beserta perubahannya. Untuk itu perlu dilakukan pengaturan lebih lanjut mengenai persyaratan, tugas pokok dan kewenangan PPK tersebut agar terjadi sinkronisasi dengan pasal-pasal lainnya pada PERMENDAGRI nomor 13 tahun 2006 beserta perubahannya dan sejalan dengan PERPRES 54 tahun 2010 beserta perubahannya. Daftar Pustaka 1. Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2006 yang merupakan perubahan ke-empat dari Keputusan Presiden (KEPPRES) nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 2. Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Persiden nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 21 tahun 2011 tentang Pedoman Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 4. Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 5. Undang-Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 9