MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Benih. Prosedur Penggunaan.

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK. 02/2006 TENTANG

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 22/Permentan/SR.130/4/2011 /Permentan/OT.14 0/ /2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Dana Cadangan. Benih Nasional. Benih Unggul.

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 42/Permentan/OT.140/9/2008 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 64/Kpts/SR.130/3/2005 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,

Kebijakan PSO/Subidi Benih Untuk Padi, Kedelai dan Jagung

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara.

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2008

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2015

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi tanaman pangan guna

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 80 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

BUPATI BURU SELATAN KEPUTUSAN BUPATI BURU SELATAN NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PEDOMAN PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2016

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 115 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN GUBERNUR JAWA BARAT;

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/Permentan/HK.140/2/2016 TENTANG PEDOMAN SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka menyedakan benih varietas unggul bersertifikat tanaman pangan dan membantu petani agar dapat membeli benih padi Inbrida, padi Hibrida dan kedelai untuk melaksanakan budidaya tanaman pangan dengan harga terjangkau, maka perlu diberikan subsidi untuk benih; b. Bahwa benih bersubsidi yang dijual dan disalurkan untuk digunakan dalam budidaya tanaman pangan harus memenuhi standar mutu benih bina; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, dan untuk menindaklanjuti pasal 2 dan pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/pmk.02/2013 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan dan Pertanggungjawaban Dana Subsidi Benih Bersertifikat perlu menetapkan Pedoman Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767);

7. Peraturan pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423); 9. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja periode 2014-2019; 10. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 11. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85); 12. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016; 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Pencairan Anggaran pendapatan dan Belanja Negara bagian Atas Beban Anggaran Bendahara Umum Negara Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara; 14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyimpanan dan Pencairan dana Cadangan; 15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan dan Pertanggungjawaban Dana Subsidi Benih Bersertifikat; 17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 127/Permentan/SR.120/11/2014 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman; 18. Peraturan Menteri Pertanian nomor 43/Permentan/OT.140/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56/Permentan/PK.110/11/2015 tentang Produksi, Sertifikasi, dan Peredaran Benih Bina Tanaman Pangan dan Tanaman Hijauan Pakan Ternak; 20. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 68/Kpts/TP.030/1/2016 tentang Harga Benih, Subsidi Benih dan Harga Eceran Tertinggi Benih Untuk Komoditas Padi Inbrida, Padi Hibrida, dan Kedelai Pada Kegiatan Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016; Memerhatikan : 1. Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara kepada Menteri pertanian Nomor S916/MBU/12/2015 tanggal 21 Desember 2015, hal Persetujuan Penguasan PSO Dalam Rangka Pelaksanaan Subsidi Benih 2016; 2. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Program Pengelolaan Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016 Nomor SP DIPA-999.07.1.956099/2016 tanggal 07 Januari 2016;

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016. Pasal 1 Pedoman Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 2 Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 sebagai dasar dalam pelaksanaan Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016. Pasal 3. (1) Pembinaan teknis Subsidi Benih dilakukan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan. (2) Direktur Jenderal Tanaman Pangan dalam melakukan pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan Petunjuk Teknis subsidi Benih Tahun Anggaran 2016. Pasal 4 Harga Eceran Tertinggi (HET) Benih Bersubsidi yang dibeli oleh petani sebagai berikut: a. padi inbrida sebesar Rp.2.500,-/kg; b. padi hibrida sebesar Rp.4.100,-/kg; c. kedelai sebesar Rp.3.100,-/kg untuk (kelas Benih Sebar/BR); dan d. kedelai sebesar Rp.2.500,-/kg untuk (kelas Benih Sebar 1/BR1, kelas Benih Sebar 2/BR2, kelas Benih Sebar3/BR3, dan kelas Benih Sebar 4/BR4), sampai di lokasi kelompok tani. Pasal 5 Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Salinan Peraturan Menteri ini disampaikan kepada Yth.: Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 Pebruari 2016 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 3. Menteri Keuangan; 4. Menteri Dalam Negeri; 5. Menteri Badan Usaha Milik Negara; 6. Gubernur provinsi di seluruh Indonesia; 7. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia; 8. Pimpinan Unit Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian; 9. Direktur Utama PT Sang Hyang Seri (Persero); 10. Direktur Utama PT Pertani (Persero). ttd AMRAN SULAIMAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016 PEDOMAN SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk besar sangar perlu memantapkan kestabilan pangan secara berkelanjutan, oleh karenanya perlu melakukan strategi dan upaya-upaya yang konkrit untuk antisipasi terjadinya gangguan ketahanan pangan nasional. Peningkatan produksi melalui ekstensifikasi semakin sulit untuk dilakukan, oleh karena itu upaya intensifikasi untuk peningkatan produktivitasa pada masa mendatang semakin penting dan harus lebih ditingkatkan. Dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan, benih mempunyai peranan yang sangat strategis. Ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat yang memenuhi aspek kualitas dan kuantitas diikuti dengan aplikasi teknologi budidaya lainnya seperti pupuk berimbang mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produktivitas, produksi dan mutu hasil produk tanaman pangan. Untuk dapat mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan tersebut, salah satu faktor yang berpengaruh adalah ketersediaan benih varietas unggul bersertifikat serta penggunaanya secara konsisten oleh petani dalam setiap usaha taninya. Dalam rangka menyediakan benih varietas unggul bersertifikat dan meringankan beban petani membeli benih tanaman pangan, Pemerintah mengalokasikan subsidi benih untuk benih padi inbrida, padi hibrida, dan benih kedelai. Berdasarkan hal tersebut, agar pemberian subsidi benih dapat dilaksanakan dengan baik serta penjualan dan penyaluran benih bersubsidi dapat diawasi sesuai dengan mekanisme, prosedur dan ketentuan yang berlaku, maka perlu menetapkan "Pedoman Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016". B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Pedoman Subsidi Benih Tahun Aggaran 2016 dimaksudkan sebagai dasar dalam pelaksanaan subsidi benih Tahun Anggaran 2016. 2. Tujuan C. Sasaran a. menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi inbrida, padi hibrida, dan kedelai dengan mutu yang terjamin untuk memnuhi kebutuhan benih dalam rangka pelaksanaan budidaya tanaman panga. b. membantu petani agar dapat membeli benih dengan harga terjangkau. 1. Tersedianya benih varietas unggul bersertifikat padi inbrida, padi hibrida, dan kedelai dengan mutu yang terjamin untuk memnuhi kebutuhan benih dalam rangka pelaksanaan budidaya tanaman pangan. 2. Terbantunya petani untuk membeli benih dengan harga terjangkau.

D. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Pedoman Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016 meliputi perencanaan, penyediaan, penjualan dan penyaluran, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan subsidi benih. E. Pengertian Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Harga Benih, yang selanjutnya disingkat HB adalah semua biaya yang timbul, baik secara langsung maupun tidak langsung dari proses produksi sampai dengan benih siap jual sampai ke kelompok tani, termasuk keuntungan dan biaya angkut. 2. Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disingkat HET adalah harga tertinggi benih yang dibeli oleh petani di tingkat kelompok tani. 3. Subsidi Benih adalah selisih antara HB dengan HET yang harus dibayar oleh Pemerintah atas penjualan benih bersubsidi. 4. Benih Bina adalah benih dari varietas ungul yang telah dilepas, yang produksi dan peredarannya diawasi. 5. Benih Varietas Unggul Bersertifikat adalah benih bina yang telah disertifikasi. 6. Publik Service Obligation yang selanjutnya disingkat PSO adalah penugasan khusus yang diberikan oleh pemerintah kepada kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melaksanakan pelayanan umum pada hajat hidup orang banyak dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN. 7. Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi benih yang ditetapkan sebagai pelaksana penjualan dan penyaluran benih bersubsidi oleh Menteri Negara BUMN. 8. Benih Bersubsidi adalah benih padi inbrida, padi hibrida, dan kedelai bersertifikat yang mendapatkan subsidi bersumber dari dana APBN dalam proses penyediaan, penjualan dan penyalurannya oleh Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih. 9. Calon Petani Calon Lokasi yang selanjutnya disingkat CPCL adalah calon petani dan calon lokasi yang akan melaksanakan budidaya tanaman pangan yang tidak mendapatkan bantuan benih dari kegiatan lain yang dibiayai oleh pemerintah. 10. Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi yang selanjutnya disingkat DU-PBB adalah daftar usulan petani yang akan membeli benih bersubsidi dan merupakan dokumen turunan dari dokumen CPCL. 11. Dinas adalah dinas yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang tanaman pangan pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. 12. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, yang selanjutnya disingkat UPTD BPSBTPH adalah institusi yang menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih di daerah. F. Indikator Keberhasilan Terlaksana penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi kepada Petani/kelompok tani pelaksana kegiatan budidaya tanaman pangan yang mengajukan DU-PBB.

G. Pelaksana PSO Subsidi Benih Pelaksana penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi Tahun Anggaran 2016 yaitu Produsen benih pelaksana PSO Subsidi Benih, sesuai Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara kepada Menteri Pertanian Nomor S- 916/MBU/12/2015 tanggal 21 Desember 2105, hal Persetujuan Penguasaan PSO Dalam Ranka Pelaksanaan Subsidi Benih 2016. Apabila ada Produesen benih swasta/penangkar benih yang ingin ikut serta dalam pelaksanaan Subsidi Benih, dapat dimungkinkan di bawah koordinasi Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih. II. PERENCANAA, KRITERIA DAN PROSEDUR PENETAPAN PETANI/ KELOMPOK TANI, SERTA REAKLOKASI BENIH BERSUBSIDI A. Perencanaan Kebutuhan 1. Jenis dan jumlah/volume Benih Bersubsidi direncanakan berdasarkan anggaran yang tersedia. 2. Alokasi Benih Bersubsidi Tahun Anggaran 2016 untuk masing-masing jenis benih per provinsi ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan tentang Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016. Sedangkan alokasi volume benih per kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi. B. Kriteria dan Produser Penetapan Petani/Kelompok Tani Pembeli Benih Bersubsidi. 1. Kriteria Petani/Kelompok Tani Pembeli Benih Bersubsidi. Petani/Kelompok tani pembeli benih padi inbrida, padi hibrida, dan kedelai bersubsidi, diutamakan petani/kelompok tani yang tidak mendapatkan bantuan benih dari sumber pendanaan lainnya dari Pemerintah (pusat, provinsi, atau kabupaten/kota). 2. Prosedur Penetapan Petani/Kelompiok Tani Pembeli Benih Bersubsidi. a. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memberitahukan kepada Dinas Pertanian provinsi dan Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih tentang kegiatan Subsidi Benih. Selanjutnya, Dinas Pertanian provinsi melakukan sosialisasi kepada Dinas Pertanian kabupaten/kota dan unsur terkait diwilayahnya, dan Dinas Pertanian kabupaten/kota melakukan sosialisasi dengan unit kerja, stakeholder dan petugas lapangan terkait di wilayahnya. b. Dinas Pertanian kabupaten/kota menetapkan CPCL Petani/Kelompok Tani pembeli Benih Bersubsidi yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pertanian kabupaten/kota. c. Kelompok tani menyusun DU-PBB berdasarkan CPCL dan ditandatangani oleh ketua/pengurus kelompok tani serta diverifikasi dan disetujui oleh petugas lapangan yang ditunjuk/ditugaskan oleh Kepala Dinas Pertanian kabupaten/kota, antara lain Kepala Cabang Dinas (KCD), Kepala Unit Pelaksana Teknis Kecamatan (KUPTK) atau petugas pertanian lainnya. d. DU-PBB dibuat rankap 3 (tiga), satu berkas disampaikan oleh kelompok tani kepada Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih diupayakan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum waktu tanam agar Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih dapat mempersiapkan benih yang akan dijual dengan baik. Satu berkas lainnya disampaikan kepada petugas lapangan (KCD,KUPTK atau petugas

pertanian lainnya), dan satu berkas lagi disimpan oleh kelompok tani. e. Petugas lapangan (KCD, KUPTK atau petugas pertanian lainnya) menyampaikan satu berkas DU-PBB tersebut kepada Kepala Dinas Pertanian kabupaten/kota dan selanjutnya dilakukan rekapitualasi di tingkat Kbupaten/kota yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pertanian kabupaten/kota. f. Seluruh berkas DU-PBB disimpan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Produsen Benih pelaksana PSO Subsidi Benih. Rekpitualasi DU-PBB tingkat kabupaten/kota disampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian provinsi. C. Spesifikasi Teknis 1. Benih bersertifikat dengan spesifikasi mutu benih sesuai peraturan perundang-undangan, dan belum kadaluarsa. 2. Benih yang dijual dan disalurkan dikemas menggunakan bahan kedap air dan udara minimal Poly Ethylene (PE) 8-10 micrometer serta tidak mudah rusak dengan berat maksimal 10 (sepuluh) kg per kemasan serta dieri tanda/tulisan "BENIH BERSUBSIDI". D. Realokasi Benih Bersubsidi Apabila terjadi perubahan volume antar provinsi dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Realokasi antar kabupaten/kota dilaksanakan oleh Dinas Pertanian provinsi. III. HARGA BENIH (HB), SUBSIDI BENIH DAN HARGA ECERAN TERTINGGI BENIH (HET) Harga Benih (HB), Subsidi Benih, dan Harga Eceran Tertinggi Benih (HET) sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 68/Kpts/TP.030/1/2016 tentang Harga Benih, Subsidi Benih dan Harga Eceran Tertinggi Benih Untuk Komoditas Padi Inbrida, Padi Hibrida, dan Kedelai Pada Kegiatan Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016. IV. PENYEDIAAN, PENJUALAN DAN PENYALURAN BENIH BERSUBSIDI A. Penyediaan Benih bersubsidi disediakan oleh Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih. Benih Bersubsidi tersebutdapat berasal dari areal penangkaran milik Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih, areal penangkaran kerjasama produksi atau kerjasama pemasaran dengan produsen benih lainnya. B. Penjualan dan Penyaluran 1. Mekanisme pelaksanaan penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi dengan pola tertutup, yaitu Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih akan menjual dan menyalurkan Benih Bersubsidi sampai ke lokasi kelompok tani. 2. Kebenaran dokumen dan fisik penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi menjadi tanggung jawab Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih. 3. Apabila Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih tidak memenuhi permintaan pembelian sesuai DU-PBB yang diajukan oleh petani, maka Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku PKA memberikan teguran

tertulis kepada Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih. Teguran tertulis tertulis tersebut ditembuskan kepada Menteri Pertanian dan Menteri Badan Usaha Milik Negara. V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring dan Evaluasi 1. Monitoring dan evaluasi diperlukan agar pelaksanaan Subsidi Benih tepat sasaran. Hal-hal yang yang dimonitori meliputi rencana dan realisasi penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi, kondisi mutu benih yang dijual dan disalurkan, ketepatan waktu penjualan dan penyaluran serta permasalahan di lapangan. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat daerah sampai pusat. 2. Monitoring dan evaluasi ditingkat daerah dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi yang dibentuk di provinsi yang terdiri dari unsur Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian kabupaten/kota, dan UPTD BPSBTPH. Tim monitoring dan evaluasi tersebut ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian provinsi. Hasil Monitoring dan evaluasi tersebut disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanamana Pangan. 3. Monitoring dan evaluasi ditingkat pusat dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi tingkat pusat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan tingkat pusat hanya bersifat uji petik, yaitu tidak dilakukan disemua lokasi. B. Pelaporan Laporan yang disusun meliputi laporan bulanan dan laporan tahunan. Laporan bulanan merupakan laporan realisasi penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi, sedangkan laporan tahunan merupakan pelaksanaan kegiatan Subsidi Benih dengan rincian sebagai berikut: 1. Dinas Pertanian Provinsi menyusun rekapitulasi DU-PBB, realisasi penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi setiap bulan. Laporan disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanamanan Pangan. 2. Produsen Benih Pelaksana PSO Subsidi Benih wajib menyusun laporan secara tertulis reaslisasi penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi setiap Bulan. Laporan disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku KPA. 3. Laporan tersebut sebagai bahan evaluasi perkembangan realisasi penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 4. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyusun Laporan Pelaksanaan Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016. VI. PENUTUP Pedoman Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016 ini merupakan acuan bagi instansi tekait dalam pelaksanaan Subsidi Benih Tahim Anggaran 2016. Pedoman ini merupakan dasar penyusunan petunjuk teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2016. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd AMRAN SULAIMAN