BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (TAP MPR) No. IV/ MPR/ 1978 GBHN jo TAP MPR No. II/ MPR/ 1983 GBHN.

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang. menyelenggarakannya adalah pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULIAN. dan penerimaan lainnya yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional mensejahterakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Setiap provinsi terbagi dari beberapa Kabupaten maupun Kota.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang no.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-undang ini disebutkan bahwa pengembangan otonomi pada daerah diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Undang-undang ini memberikan otonomi secara utuh kepada daerah untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Sekarang daerah sudah diberi kewenangan yang utuh dan bulat untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah. Otonomi yang diberikan kepada daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Pelimpahan tanggung jawab akan diakui oleh pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkaitan, serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dengan demikian pemerintah daerah diharapkan lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat di daerahnya, agar dapat mendorong timbulnya prakarsa dan pelaksanaan pembangunan. Kota Bandung adalah salah satu kota dan Provinsi Jawa Barat yang pemerintah daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan baik oleh pemerintah kota Bandung, pemerintah Provinsi Jawa Barat, maupun pemerintah pusat. Adapun upaya peningkatan daerah tersebut adalah upaya ditempuh dengan usaha intensifikasi yang artinya suatu tindakan atau usaha memperbesar penerimaan dengan cara melakukan pemungutan lebih ketat dan teliti. Usaha intensifikasi ini mempunyai ciri utama yaitu usaha untuk memungut sepenuhnya dan dalam batasbatas ketentuan yang ada. Sedangkan usaha ekstensifikasi adalah usaha untuk mencari dan menggali sumber-sumber pendapatan daerah baru atau belum ada.

Untuk meningkatkan pelaksanakan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan perekonomian di daerah, diperlukan adanya penyediaan sumber-sumber pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai. Pembiayaan dan pembangunan daerah yang berasal dari pendapatan asli daerah khususnya yang bersumber dari pajak daerah dapat ditingkatkan sehingga kemandirian daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintah didaerah dapat terwujud. Upaya peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber-sumber tersebut dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan, dan penambahan jenis pajak, serta pemberian kebebasan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan, khususnya dari sector pajak daerah. Seperti dinyatakan dalam undang-undang No.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan restribusi daerah merupakan sumber yang sangat penting, guna membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah. Pajak Daerah berdasakan Peraturan Pemerintah No.65 tahun 2001 tentang pajak daerah adalah iuran wajib orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan undang-undang yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daearh dan Pembangunan Daerah. Menurut Undang-undang nomor 34 Tahun 2004, pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.jenis pajak daerah Kota/Kabupaten menurut Undang-undang nomor 34 Tahun 2004 Pasal 2 ayat 2 adalah sebagai berikut : a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir

Masalah yang dihadapi sekarang ini adalah masih lemahnya kemampuan daerah dalam meningkatkan pajak restoran dibandingkan dengan jenis pajak lainnya sebagai sumber penerimaan pendapatan asli daerah, pajak restoran diperoleh hanya sebesar Rp.56,622,686,965 suatu jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan pajak hotel yang sebesar Rp.64,302,218,863 sehingga Upaya Pelayanan Pendapatan Daerah (UPPD) berusaha untuk melakukan koordinasi dan intensifikasi dengan pihak-pihak terkait. Pajak Restoran memberikan kontribusi rata rata sebesar 14,89% terhadap PAD. Upaya yang harus dilakukan Unit Pelayanan Pendapatan Daerah (UPPD) Kota Bandung untuk mencukupi Pendapatan Asli Daerah yaitu dengan meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam pemungutan Pajak Restoran serta meningkatkan potensialisme dalam pengelolaan Pemerintah Daerah agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Maka karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian lebih jauh tentang kontribusi Pajak Restoran di dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pajak restoran di Kota Bandung terutama mengenai kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah dan bermaksud menuangkannya ke dalam skripsi yang berjudul Kontribusi Penerimaan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (studi kasus pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Berapa besar jumlah penerimaan pajak restoran di Kota Bandung. 2. Seberapa besar kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Sehubungan dengan masalah yang telah diidentifikasikan dan keadaan yang menjadi latar belakang, maksud dan tujannya adalah untuk: 1. Untuk mengetahui kontribusi penerimaan pajak restoran di Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian yang diperoleh dalam penyusunan skripsi ini diharapkana akan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Daerah Penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah baik penetapan peraturan daerah yang berhubungan dengan upaya peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) maupun efisiensi dan efektivitas kinerja Pemerintah daerah. 2. Bagi penulis Dengan adanya penelitian ini penulis dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan serta pemahaman penulis mengenai manfaat anggaran dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah serta mengetahui bagaimana kesesuaian teori-teori yang telah diterima pada masa perkuliahan dengan keadaan actual dan untuk memenuhi salah satu pesyaratan dalam menempuh sidang sarjana ekonomi guna memperoleh gelar strata satu jurusan Akuntansi di Universitas Widyatama. 3. Bagi pihak lain Penulis berharap hasil penelitian ini mempunyai pengaruh positif sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang objek yang diteliti, maupun untuk dikembangkan dengan melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5 Kerangka Pemikiran Sesuai dengan system keuangan negara, pajak telah menjadi bagian potensial sebagai penerimaan negara dalam suatu anggaran. Pajak merupakan sumber pemasukan yang paling besar bagi negara. Oleh karena itu pajak diusahakan terus meningkat sejalan dengan kebutuhan negara dalam membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi. Menyimak pengertian pajak daerah dan retribusi daerah dapat disimpulkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Menurut Rochmat Soemitro, yang dikutip oleh Mardiasmo (2006;1) pengertian pajak sebagai berikut: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timble (kontra prestasi) yang langsung dapat ditujukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan menurut P.A.Adriani yang dikutip oleh Waluyo (2002;1), pengertian pajak adalah: Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (UU) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berlangsung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran yang wajib dibayar oleh setiap warga negara kepada negara namun tidak ada jasa balik, sebagai gantinya pemerintah memberikan jasa umum kepada semua warga termasuk mereka yang tidak membayar pajak dalam bentuk fasilitas umum.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah Pasal 157, sumber pendapatan daerah terdiri dari: a. Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu: 1. Hasil pajak daerah; 2. Hasil retribusi daerah; 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4. Lain-lain PAD yang sah b. Dana perimbangan; dan c. lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dari berbagai sumber pendapatan daerah tersebut, Pajak Restoran merupakan factor yang sangat vital dalam menyelenggarakan pemerintah di daerahnya, terutama dalam menggali pajak daerah, sehingga daerah dapat menyelenggarakan roda pemerintahan secara lebih bebas. Jadi, untuk dapat membiayai pembangunan daerah pemerintah daerah harus meningkatkan pendapatan asli daerah yaitu dengan cara meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah di daerah. Dengan demikian diharapkan dengan meningkatnya jumlah pendapatan asli daerah akan dapat meningkatkan besarnya pembiayaan belanja daerah dari hasil pendapatan asli daerah sendiri, sehingga dapat meningkatkan pembangunan pemerintah daerah itu sendiri. Penelitian mengenai pajak daerah ini pernah dilakukan oleh Mirna Sri Utami (2007), mahasiswa Universitas Widyatama, dengan mengambil judul skripsi Pengaruh Efektifitas Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pajak. Dengan objek penelitian pada Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kota Bandung. Dari hasil penelitian ini diperoleh suatu kesimpulan bahwa efektifitas pelaksanaan pemungutan pajak parkir berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung.

1.6 Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kasus. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, dimana menurut Nasir (1999:63). Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran/lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dalam metode ini data dikumpulkan setelah semua kejadian telah selesai berlangsung dan mengamati secara seksama aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data primer maupun sekunder. Data-data yang diperileh tersebut akan diolah dan dianalisis lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran mengenai objek tersebut dan dapat disimpulkan mengenai masalah yang diteliti. Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Penelitian lapangan (field research) Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data promer, yaitu data yang diperoleh mengenai: a. Pengamatan (observation), yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek yang diteliti. b. Wawancara (interview), yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pimpinan/pihak yang berwenag/bagian langsung yang berhubungan langsung dengan objek yang penulis teliti. 2. Penelitian kepustakaan (library research) Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder yaitu data yang merupakan factor penunjang yang bersifat teoritis kepustakaan.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini penulis lakukan pada kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung yang berlokasi di Jln. Wastukencana No2. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian dari bulan Oktober 2009 sampai dengan Desember 2009.