DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR II/MPR/2003 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KETETAPAN

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : II/MPR/2001 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA K.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT,

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR VII/MPR/1998

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT,

PRESS RELEASE. Consulate General of the Republic of Indonesia Zeppelinallee 23, Frankfurt am Main, tel fax

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TAHUN 2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERUBAHAN KE IV UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR III/MPR/2000 TENTANG SUMBER HUKUM DAN TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERUBAHAN KEEMPAT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG REKOMENDASI KEBIJAKAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETETAPAN MPR HASIL ST 2002

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IV/MPR/2000 TENTANG REKOMENDASI KEBIJAKAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR I/MPR/1983 TAHUN 1983 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 4/2000, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : I/MPR/1978 TENTANG PERATURAN TATA-TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : VII/MPR/2001 TENTANG VISI INDONESIA MASA DEPAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI,

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat ten

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2010 T E N T A N G

Transkripsi:

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : V/MPR/2001 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR II/MPR/1999 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa demi kemantapan tata susunan dan tata laksana telah ditetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1999 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/2000; b. bahwa dengan memperhatikan perkembangan keadaan guna lebih meningkatkan peranan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, dipandang perlu untuk mengadakan perubahan beberapa ketentuan pada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Ketetapan Nomor II/MPR/2000; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a dan b tersebut di atas, perlu adanya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang Perubahan Ketiga atas Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor TAP MPR No. V/MPR/2001 1

II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Mengingat : 1. Pasal 1 ayat (2), Pasal 2, dan Pasal 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/2000; 3. Bab V Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004; 4. Pasal 1 dan Pasal 2 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IX/MPR/2000 tentang Penugasan Badan Pekerja untuk Mempersiapkan Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundangundangan. Memperhatikan : 1. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 5/MPR/2001 tentang Jadwal Acara Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 6/MPR/2001 tentang Perubahan Jadwal Acara Sidang Tahunan Tahun 2001; 2. Surat Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor : MJ.110/04/2001 tanggal 24 Oktober 2001 Perihal Pertimbangan Badan Pekerja tentang Usul Perubahan Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia; 2

3. Permusyawaratan dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 1 sampai dengan 9 November 2001 yang membahas usul perubahan beberapa ketentuan pada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor li/mpr/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Ketetapan Nomor II/MPR/2000, yang telah dipersiapkan oleh Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia; 4. Putusan Rapat Paripurna ke-7 (lanjutan 2) tanggal 9 November 2001 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. MEMUTUSKAN Menetapkan : KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERU- BAHAN KETIGA ATAS KETETAPAN MAJELIS PER- MUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR II/MPR/1999 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Ketetapan Nomor II/MPR/2000 tentang Perubahan Kedua atas Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1999, diubah sebagai berikut: 1. Dalam Pasal 3 huruf b setelah kata garis-garis besar ditambah kata daripada sehingga b. menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara; 2. Dalam Pasal 4 huruf a setelah kata garis-garis besar ditambah kata daripada sehingga TAP MPR No. V/MPR/2001 3

a. membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara yang lain, termasuk penetapan garis-garis besar daripada haluan negara; 3. Dalam Pasal 4 huruf d setelah kata garis-garis besar ditambah kata daripada sehingga d. meminta pertanggungjawaban dari Presiden mengenai pelaksanaan garis-garis besar daripada haluan negara dan menilai pertanggungjawaban tersebut; 4. Dalam Pasal 4 huruf e setelah kata garis-garis besar ditambah kata daripada sehingga e. mencabut kekuasaan dan memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya apabila Presiden sungguh-sungguh melanggar garis-garis besar daripada haluan negara dan/atau Undang-Undang Dasar; 5. Dalam Pasal 4 setelah huruf i ditambah butir baru, huruf j dan k yang j. mendengar dan membahas laporan pelaksanaan putusan Majelis secara berkala/tahunan yang disampaikan oleh Presiden dan lembaga tinggi negara lainnya; k. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat. 6. Dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a setelah kata Indonesia ditambah anak kalimat yang bertempat tinggal di dalam wilayah Republik Indonesia dan, selanjutnya kata yang dihapus sehingga a. warga negara Republik Indonesia yang bertempat tinggal di dalam wilayah Republik Indonesia dan telah berusia dua puluh satu tahun serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 7. Dalam Pasal 6, ayat (2) dihapus. 8. Dalam Pasal 6, ayat (3) lama menjadi ayat (2). 9. Dalam Pasal 9 ayat (1) anak kalimat tiga orang yang masing-masing diambil dari partai politik peraih suara terbesar kesatu, kedua, dan ketiga dalam Pemilihan Umum. diganti dengan kata Pimpinan Sementara sehingga (1) Sebelum memangku jabatannya anggota bersumpah/berjanji bersamasama yang pengucapannya dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam Rapat Paripurna untuk peresmian anggota yang dihadiri oleh 4

anggota-anggota yang sudah ditetapkan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku serta dipimpin oleh Pimpinan Sementara. 10. Pasal 9 ayat (2) yang semula berbunyi: (2) Ketua Majelis atau Anggota Pimpinan lainnya memandu pengucapan sumpah/janji Anggota yang belum bersumpah/berjanji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). diubah menjadi (2) Anggota yang belum bersumpah/berjanji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengucapkan sumpah/janji Anggota yang dipandu oleh Ketua Majelis atau Wakil Ketua Majelis. 11. Dalam Pasal 13 ayat (1) setelah kata TNI/Polri, ditambah kata Utusan Daerah sehingga (1) Fraksi Majelis adalah pengelompokan anggota yang mencerminkan konfigurasi partai politik hasil pemilihan umum, TNI/Polri, Utusan Daerah, dan Utusan Golongan. 12. Dalam Pasal 13 setelah ayat (2) ditambah ayat baru, yaitu ayat (3) yang (3) Fraksi Utusan Daerah dibentuk dengan ketentuan sebagai berikut: a. Anggota Majelis yang berasal dari Utusan Daerah dapat menjadi anggota Fraksi Utusan Daerah atau fraksi Majelis lainnya yang mencerminkan konfigurasi partai politik hasil Pemilihan Umum, b. Anggota Majelis yang berasal dari Utusan Daerah yang memilih menjadi anggota Fraksi Utusan Daerah harus melepaskan keanggotaan fraksi partai politik dan jabatan struktural pada partai politiknya, c. tidak mengubah komposisi dan jumlah Pimpinan Majelis sampai berakhir masa jabatannya, d. tidak mengubah jumlah anggota Badan Pekerja Majelis, sedangkan komposisi keanggotaan Fraksi Utusan Daerah dalam Badan Pekerja Majelis disesuaikan dengan perimbangan jumlah anggota fraksi-fraksi Majelis. 13. Pasal 27 ayat (1) yang semula berbunyi: (1) Dalam hal anggota Pimpinan Majelis berhalangan tetap, anggota tersebut diganti oleh anggota fraksi yang bersangkutan. diubah menjadi (1) Dalam hal Ketua Majelis berhalangan tetap, fraksi yang bersangkutan mengajukan calon penggantinya untuk bersama-sama dengan anggota Pimpinan Majelis lainnya dilakukan pemilihan Ketua Majelis TAP MPR No. V/MPR/2001 5

6 sebagaimana dimaksud Pasal 25 dalam masa sidang Majelis berikutnya. 14. Pasal 27 ayat (2) yang semula berbunyi: (2) Penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan Majelis dan diberitahukan kepada Anggota melalui fraksi-fraksi. diubah menjadi (2) Dalam hal Wakil Ketua Majelis berhalangan tetap diganti oleh fraksi yang bersangkutan dan ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan Majelis dan dilaporkan dalam masa sidang Majelis berikutnya. 15. Dalam Pasal 27, ayat (3) dihapus. 16. Pasal 31 ayat (1) yang semula berbunyi: Badan Pekerja Majelis terdiri atas sembilan puluh orang anggota yang susunannya mencerminkan perimbangan jumlah anggota fraksi dalam Majelis. diubah menjadi selengkapnya berbunyi: (1) Badan Pekerja Majelis terdiri dari Pimpinan Majelis dan sembilan puluh orang anggota yang susunannya mencerminkan perimbangan jumlah anggota fraksi dalam Majelis. 17. Dalam Pasal 32 huruf a yang semula berbunyi a. mempersiapkan Rancangan Acara dan Rancangan Putusan Sidang Umum, Sidang Tahunan, atau Sidang Istimewa Majelis diubah menjadi a. menetapkan masa sidang Majelis; 18. Dalam Pasal 32, huruf a lama menjadi huruf b. 19. Dalam Pasal 32, huruf b lama menjadi huruf c. 20. Dalam Pasal 32, huruf c lama menjadi huruf d. 21. Pasal 32 huruf d lama yang semula berbunyi: d. melaksanakan pemantauan atas pelaksanaan putusan Majelis yang dilakukan oleh para penyelenggara negara; dan diubah menjadi huruf e sehingga selengkapnya berbunyi: e. memasyarakatkan putusan-putusan Majelis dan melaksanakan pemantauan atas pelaksanaan putusan Majelis yang dilakukan oleh para penyelenggara negara; dan 22. Pasal 32 huruf e lama yang semula berbunyi: e. bersama Pimpinan Majelis melaksanakan tugas merencanakan dan menyusun anggaran Majelis. diubah menjadi huruf f' sehingga f. merencanakan dan menyusun anggaran Majelis.

23. Dalam Pasal 33 ayat (3) kata sekurang-kurangnya diganti dengan kata selambat-lambatnya, dan anak kalimat kecuali Sidang Istimewa Majelis untuk mengisi lowongan Presiden dan Wakil Presiden yang berhalangan tetap. dihapus, sehingga (3) Dalam hal menghadapi Sidang Istimewa Majelis, Badan Pekerja Majelis menyelenggarakan rapat selambat-lambatnya dua bulan sebelum Sidang Istimewa Majelis diselenggarakan. 24. Dalam Pasal 35 huruf b, setelah kata mendampingi ditambah anak kalimat secara aktif dalam rapat-rapat sehingga b. menetapkan pembagian tugas antara anggota Pimpinan Majelis untuk mendampingi secara aktif dalam rapat-rapat Panitia Ad Hoc; 25. Dalam Pasal 35, huruf e dihapus. 26. Pasal 38 ayat (4) yang semula berbunyi: (4) Pimpinan Panitia Ad Hoc dipilih dari dan oleh anggota Panitia Ad Hoc Badan Pekerja Majelis. diubah menjadi (4) Pimpinan Panitia Ad Hoc diusulkan oleh Fraksi-fraksi Majelis dalam Panitia Ad Hoc dan kemudian dipilih oleh anggota Panitia Ad Hoc yang bersangkutan. 27. Dalam Pasal 40 ayat (1), diantara kata Majelis dan kata membentuk ditambah kata dapat sehingga (1) Majelis dapat membentuk Komisi-komisi Majelis sesuai dengan acara rapat-rapat selama masa Sidang Umum, Sidang Tahunan, atau Sidang Istimewa Majelis. 28. Dalam Pasal 44 ayat (4), yang semula berbunyi: (4) Pimpinan Majelis dapat menghadiri dan turut serta dalam semua rapat Komisi dan sub-sub komisi untuk melakukan tugas koordinasi. diubah menjadi (4) Anggota Majelis yang menjadi Pimpinan Majelis menghadiri dan turut serta dalam semua rapat komisi dan sub-sub komisi untuk melakukan tugas koordinasi. 29. Pasal 45 ayat (2) yang semula berbunyi: (2) Pimpinan Komisi Majelis dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam rapat yang dipimpin oleh pimpinan Majelis. diubah menjadi (2) Pimpinan Komisi Majelis diusulkan oleh fraksi-fraksi dan kemudian dipilih oleh anggota Komisi yang bersangkutan dalam rapat yang dipimpin oleh pimpinan Majelis. TAP MPR No. V/MPR/2001 7

30. Dalam Pasal 50 ayat (3), huruf a dihapus. 31. Dalam Pasal 50 ayat (3), huruf b lama menjadi huruf a. 32. Dalam Pasal 50 ayat (3), huruf c lama menjadi huruf b. 33. Pasal 52 ayat (2) yang semula berbunyi: (2) Pidato pembukaan sidang menguraikan pekerjaan yang dihadapi oleh Majelis, sedang pidato penutupan mengemukakan hasil-hasil pekerjaan Majelis dalam masa sidang yang bersangkutan. diubah menjadi (2) Pidato pembukaan sidang berupa laporan kegiatan Pimpinan Majelis dan uraian hasil kerja Badan Pekerja Majelis, sedangkan pidato penutupan mengemukakan hasil-hasil pekerjaan Majelis dalam masa sidang bersangkutan. 34. Pasal 95 yang semula berbunyi: Putusan Majelis yang bertalian dengan tugas-tugas Presiden diserahkan oleh Pimpinan Majelis kepada Presiden di hadapan Rapat Paripurna Majelis untuk dilaksanakan. diubah menjadi Putusan Majelis diserahkan oleh Pimpinan Majelis kepada Presiden dan ketua lembaga tinggi negara lainnya dalam Rapat Paripurna Majelis untuk dilaksanakan. 35. Dalam Pasal 98, ayat (3) dihapus. 36. Dalam Pasal 98, ayat (4) menjadi ayat (3). 37. Dalam Pasal 98, ayat (5) menjadi ayat (4). 38. Dalam Pasal 98, ayat (6) menjadi ayat (5). 39. Dalam Pasal 98, ayat (7) menjadi ayat (6). 40. Pasal 103 yang semula berbunyi: Sekretariat Jenderal Majelis memberikan laporan umum tertulis secara berkala kepada Pimpinan Majelis tentang pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal. diubah menjadi selengkapnya berbunyi: Sekretariat Jenderal Majelis memberikan laporan umum tertulis secara berkala kepada Pimpinan Majelis dan Badan Pekerja Majelis tentang pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal. 41. BAB XVIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 106 yang semula berbunyi: (1) Anggota Majelis yang berasal dari Utusan Daerah disetujui untuk diwadahi dalam Fraksi Utusan Daerah. 8

(2) Pembentukan Fraksi Utusan Daerah secara penuh perlu dipersiapkan secara seksama. (3) Sidang Tahunan Majelis Tahun 2000 menugaskan kepada Badan Pekerja Majelis untuk menyelesaikan hal tersebut dalam ayat (2) pasal ini pada akhir tahun 2000. diubah menjadi Menugaskan Badan Pekerja Majelis untuk membuat pertimbangan tentang pelaksanaan Sidang Tahunan Majelis Tahun 2003. 42. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 107 yang semula berbunyi: (1) Usul perubahan dan tambahan mengenai ketetapan ini dapat diusulkan oleh sekurang-kurangnya dua puluh lima orang anggota. (2) Usul perubahan dan tambahan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditandatangani oleh para pengusul dan disertai penjelasan. Setelah diberi nomor pokok dan diperbanyak oleh Sekretariat Jenderal disampaikan kepada Badan Pekerja Majelis. diubah menjadi bagian dari BAB XVIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 107 yang Menugaskan Badan Pekerja Majelis untuk menyempurnakan Ketetapan Nomor VI/MPR/1999 tentang Tata Cara Pencalonan dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan antara lain untuk mempertimbangkan memasukkan ketentuan tentang apabila pertanggungjawaban Presiden ditolak dalam Sidang Umum Majelis yang diselenggarakan pada akhir masa jabatan keanggotaan Majelis, Presiden yang bersangkutan tidak dapat menjadi Calon Presiden pada periode berikutnya. 43. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 108 yang semula berbunyi: (1) Usul perubahan dan tambahan tersebut dalam Pasal 107 dengan disertai pertimbangan Badan Pekerja Majelis disampaikan kepada Rapat Paripurna Majelis. (2) Majelis memutuskan usul itu dapat disetujui seluruhnya, disetujui dengan perubahan, atau ditolak. diubah menjadi bagian dari BAB XVIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 108 yang Hasil penugasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 dan 107 akan diputuskan pada Sidang Tahunan Majelis Tahun 2002. TAP MPR No. V/MPR/2001 9

44. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 107 lama menjadi Pasal 109. 45. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 108 lama menjadi Pasal 110. 46. Pasal 108 ayat (1) lama yang semula berbunyi: (1) Usul perubahan dan tambahan tersebut dalam Pasal 107 dengan disertai pertimbangan Badan Pekerja Majelis disampaikan kepada Rapat Paripurna Majelis. diubah menjadi Pasal 110 ayat (1) sehingga (1) Usul perubahan dan tambahan tersebut dalam Pasal 109 dibahas dalam Badan Pekerja Majelis sesuai dengan proses pembuatan putusanputusan Majelis sebagaimana diatur dalam Pasal 92. 47. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 109 lama menjadi Pasal 111. 48. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 110 lama menjadi Pasal 112. 49. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 111 lama menjadi Pasal 113. Pasal II Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 November 2001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Ketua, ttd Prof. Dr. H. M. Amien Rais ttd Prof. Dr. Ir. Ginandjar Kartasasmita ttd Prof. Dr. Jusuf Amir Feisal, S.Pd. ttd. Drs. H.A. Nazri Adlani ttd Ir. Sutjipto ttd Drs. H. M. Husnie Thamrin ttd. Agus Widjojo 10