BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan Chlorella sp. dan waktu kontak) dan empat kali ulangan untuk masingmasing

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

2. Memberikan label pada masing-masing bahan dimana T0 sebagai control, 3. Masing-masing pati ubi kayu dan jagung dibuat dengan konsentrasi 10%

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruhi pemberian bentuk sediaan

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang potensi beberapa bentuk sediaan Pegagan (Centella

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam ( Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak etanol daun widuri (Calotropis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan menggunakan 2 faktor (macam diet dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. (Scurrula atropurpurea) pada Kulit Mencit (Mus muculus) yang Diinduksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

Transkripsi:

52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari : 1. Kelompok P1 : Kelompok kontrol negatif sebanyak 5 ekor mencit tanpa diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dan tanpa dipapar timbal (Pb) Asetat. 2. Kelompok P2 : Kelompok kontrol positif sebanyak 5 ekor mencit diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB. 3. Kelompok P3 : Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor mencit yang diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0,1 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB. 4. Kelompok P4 : Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor mencit yang diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0,2 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB 5. Kelompok P5 : Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor mencit yang diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0,3 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB

6. Kelompok P6 : Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor mencit yang diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0,4 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB 7. Kelompok P7 : Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor mencit yang diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0,5 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB 3.2 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas : Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L), dengan dosis 0,1 mg/kg BB, 0,2 mg/kg BB, 0,3 mg/kg BB, 0,4 mg/kg/bb, 0,5 mg/kg BB per hari. Kemudian Timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB 2. Variabel tergantung : malondialdehid (MDA), kualitas spermatozoa yang meliputi konsentrasi, motilitas, viabilitas, dan abnormalitas sperma. 3. Variabel kendali : Mencit (Mus musculus L) strain Balb/c, jenis kelamin jatan, dengan berat badan 20-30 gr, usia 2-3 bulan sebanyak 35 ekor, daun kelor (Moringa oleifera L), Pakan dan minum mencit. 53

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan desember 2013 di Laboratorium Fisiologi hewan dan biosistem jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Tabel 1 : Rancangan waktu penelitian Kegiatan Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 Aklimatisasi Estraksi v v Perlakuan V v v Pengambilan v data 3.4 Populasi dan Sampel Hewan uji yang dipakai adalah mencit Balb/c (Mus musculus L) dengan 7 kelompok perlakuan masing-masing 5 ekor. Jenis kelamin jantan, umur 2-3 bulan dengan berat badan rata-rata 20-30 gram sebanyak 35 ekor. 3.5 Alat dan Bahan 3.5.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang hewan coba (bak plastik), tempat makan dan minum mencit, alat pencekok oral (sonde modifikasi), timbangan analitik, hot plate, labu ukur, gelas ukur, beaker glass, tabung efendorf, 54

tabung erlenmeyer, hemositometer, obyek glass, hand counter, pipet tetes, seperangkat alat bedah, rotari evaporator, mikroskop computer, kaca preparat, kapas, dan spidol permanen. 3.5.2 Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mencit, serbuk daun kelor (Moringa oleifera L.), aquades, pakan mencit berupa pelet, Na CMC (Carboxyl Methyl Cellulose), NaCl fisiologis, pewarna eosin, negrosin, kloroform dan alkohol 70%. 3.6 Prosedur Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi 3 tahap, yaitu : 1. Tahap persiapan : tahap yang meliputi persiapan hewan coba (aklimatisasi), pembuatan ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.), pembuatan larutan Na CMC 0,5%, pembuatan larutan timbal (Pb) serta penentuan dosis perlakuan. 2. Tahap pelaksanaan : tahap yang meliputi pengelompokkan dan perlakuan hewan coba 3. Tahap pengambilan data : tahap yang meliputi perhitungan kadar malondialdehid (MDA), kualitas spermatozoa yang meliputi konsentrasi, motilitas, viabilitas, dan abnormalitas sperma. 55

Alur penelitian persiapan perlakuan pengamatan Pembuatan ekstrak daun kelor Aklimatiasi hewan coba Pemberian larutan timbal (Pb) asetat Kadar MDA Kualitas spermatozoa Yang meliputi : konsentrasi Pembuatan larutan Pb asetat Pembagian kelompok perlakuan Pemberian ekstrak daun kelor Motilitas Viabilitas abnormalitas Pembuatan larutan Na CMC 0,5% Gambar 2.11: Alur Penelitian 3.6.1 Persiapan Perlakuan 3.6.1.1 Persiapan Hewan Coba Sebelum penelitian dilakukan, hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah tempat pemeliharaan hewan coba yang meliputi kandang, serutan kayu, tempat pakan dan minum mencit. Selanjutnya, hewan coba diaklimatisasi sebelum perlakuan dilakukan selama satu minggu. Mencit diberi pakan dan minum secara ad libitum (berlebih). 56

3.6.1.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.) Sampel yang digunakan adalah serbuk daun kelor (Moringa oleifera L.) sebanyak 100 gram. Selanjutnya dimaserasi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 3 kali sambil diaduk sesekali selama 24 jam. Serbuk yang telah dimaserasi disaring dengan corong buncher. Filtrat yang telah diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator dengan suhu 40 0 C sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh selanjutnya disimpan dan digunakan sebagai perlakuan. 3.6.1.3 Pembuatan Sediaan Larutan Na CMC 0,5 % Sediaan larutan Na CMC 0,5% dibuat dengan menaburkan 50 mg Na CMC ke dalam 10 ml aquades, kemudian diaduk hingga homogen kemudian dipanaskan selama kurang lebih 15 menit sampai berwarna bening dan berbentuk menyerupai gel. Selanjutnya diencerkan dalam labu ukur dengan aquades hingga volume 100 ml. 3.6.1.4 Perhitungan Dosis Timbal Asetat 0,3 mg/gr Berat Badan Mencit A. Jumlah Timbal Asetat Yang Dibutuhkan 0,3 mg/gr = 0,0003 gr/gr (satuannya adalah berat badan mencit). Rata-rata berat badan mencit yang digunakan adalah 20 gram, maka timbal yang dibutuhkan tiap mencit adalah 0,0003 x 20 = 0,006 gram/ mencit. Jadi jumlah timbal asetat yang dibutuhkan untuk 35 mencit adalah 0,006 x 35 = 0,21 gram. Akan tetapi dikarenakan dalam praktiknya harus dilebihkan maka timbal asetat total stok ditambah hingga menjadi sebanyak 0,25 gram. 57

B. Dosis Stok Volume sonde (ml) x jumlah mencit (ekor) x lama pemberian (hari) 0,5 (volume sonde) x 35 ekor mencit x 7 hari = 122,5 ml Total stok adalah sebanyak 122,5 ml, akan tetapi dikarenakan dalam praktiknya harus dilebihkan maka volume total stok larutan menjadi sebanyak 123 ml. Larutan stok ini digunakan selama 7 hari perlakuan pemberian timbal asetat. 3.6.1.5 Pembuatan Sediaan Larutan Timbal Asetat 0,3 mg/gr Berat Badan Sediaan larutan timbal asetat 0,3 mg/gr berat badan dibuat dengan mengukur stok timbal asetat sebanyak 0,21 gram pada neraca analitik. Kemudian dilarutkan dengan aquades hingga homogen, setelah itu ditambah aquades hingga mencapai volume 120 ml. Hal ini didasarkan pada pemberian timbal asetat pada mencit adalah sebesar 0,5 ml karena batas maksimum lambung mencit adalah 1 ml sehingga total volume yang dibutuhkan selama 7 hari untuk 5 ekor mencit adalah sebesar 123 ml. Dikarenakan volume larutan yang diperlukan dalam praktik selalu melebihi total larutan stok, maka volume larutan ditambah hingga volume 120 ml. 3.6.1.6 Perhitungan Dosis Estrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.) Berdasarkan jurnal penelitian Fauzi (2008) menyatakan bahwa dosis 0,2mg/g BB mampu menurunkan kadar MDA pada epididimis dan meningkatkan jumlah spermatozoa pada mencit. Pada penelitian ini digunakan ekstrak tanaman, yang berasal dari daun kelor (Moringa oleifera L.) 58

Penelitian ini menggunakan 5 dosis yang berbeda. Rentang kelima dosis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : A. Dosis Perlakuan Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L) a. Dosis I : 0,1 mg/ gr BB per hari = 0,0001 gr/gr BB b. Dosis II : 0,2 mg/ gr BB per hari = 0,0002 gr/gr BB c. Dosis III : 0,3 mg/ gr BB per hari = 0,0003 gr/gr BB d. Dosis IV : 0,4 mg/ gr BB per hari =0,0004 gr/gr BB e. Dosis V : 0,5 mg/ gr BB per hari =0,0005 gr/gr BB B. Dosis Perlakuan Dosis stok = volume sonde (ml ) x jumlah mencit (ekor) x lama pemberian ( hari) = 15 ml/ hari Dosis stok = 0,5 x 5 x 7 = 17,5 ml 3.6.1.7 Perhitungan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L) Tiap Dosis Perlakuan a. Dosis I : 0,0001 gr / 0,5 ml = y gr / 17,5 ml ; maka y = 0,0035 gr b. Dosis II : 0,0002 gr / 0,5 ml = y gr / 17,5 ml ; maka y = 0,007 gr c. Dosis III : 0,0003 gr / 0,5 ml = y gr / 17,5 ml ; maka y = 0,0105 gr d. Dosis IV : 0,0004 gr / 0,5 ml = y gr / 17,5 ml ; maka y = 0,014 gr e. Dosis V : 0,0005 gr / 0,5 ml = y gr / 17,5 ml ; maka y = 0,0175 gr Total kebutuhuan ekstrak = 0,0035gr + 0,007gr + 0,0105gr + 0,014 gr + 0,0175 gr = 0,0525 gr Jadi stok yang dibutuhkan selama 7 hari adalah 0,0525 gram. 59

3.6.1.8 Perhitungan Larutan Stok Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L) 1. Dosis V = 0,0525gr x 0,5 ml = 0,0005 gr x k ml k = 52,5 ml Jadi 0,0525 gram ekstrak dilarutkan dengan Na-CMC hingga volumenya 52,5 ml, kemudian diambil 17,5 ml untuk stok ekstrak dosis V untuk perlakuan selama 5 hari. Sisa stok sebanyak 35 ml akan diencerkan dan digunakan untuk dosis selanjutnya. 2. Dosis IV = 0,0005 gr x 35 ml = 0,0004 gr x k ml k = 43,75 ml Jadi sisa larutan dosis V sebanyak 35 ml diencerkan dengan Na-CMC hingga volume 43,75 ml. Diambil 17,5 ml untuk stok ekstrak dosis IV selama 7 hari sehingga sisa larutan adalah sebesar 26,25 ml. 3. Dosis III = 0,0004 gr x 26,25 ml = 0,0003 gr x k ml k = 35 ml Jadi sisa larutan ekstrak dosis IV sebanyak 26,25 ml diencerkan dengan Na-CMC hingga volumenya 35 ml. Diambil 17,5 ml untuk stok larutan ekstrak dosis III selama 7 hari sehingga sisa larutan adalah 17,5 ml. 4. Dosis II = 0,0003 gr x 17,5 ml = 0,0002 gr x k ml k = 26,25 ml Jadi sisa larutan ekstrak dosis III sebesar 17,5 ml diencerkan dengan Na-CMC hingga volume 26,25 ml dan diambil 17,5 ml untuk stok larutan ekstrak dosis II selama 7 hari. Sisa larutan adalah sebesar 8,75 ml. 5. Dosis I = 0,0002 gr x 8,75 ml = 0,0001 gr x k ml k = 17,5 ml 60

Jadi sisa larutan ekstrak dosis II sebesar 8,75 ml kemudian diencerkan dengan Na-CMC hingga volume 17,5 ml. Diambil 17,5 ml untuk stok larutan ekstrak dosis I selama 7 hari sehingga tidak tersisa larutan stok (0 ml). 3.6.2 Tahap Pelaksaan 3.6.2.1 Perlakuan Pada Hewan Coba 1. Kelompok P1 : Kelompok kontrol negatif sebanyak 5 ekor mencit tanpa diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dan tanpa dipapar timbal (Pb) Asetat. 2. Kelompok P2 : Kelompok kontrol positif sebanyak 5 ekor mencit diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB. 3. Kelompok P3 : Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor mencit yang diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0,1 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB. 4. Kelompok P4 : Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor mencit yang diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0,2 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB. 5. Kelompok P5 : Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor mencit yang diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0,3 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB. 61

6. Kelompok P6 : Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor mencit yang diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0,4 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB. 7. Kelompok P7 : Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor mencit yang diberi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L) dengan dosis 0,5 mg/gr BB per hari yang dipapar timbal (Pb) Asetat dengan dosis 0,3 mg/gr BB. 3.6.2.2 Perlakuan Pemaparan Timbal (Pb) Asetat Pemaparan timbal (Pb) Asetat diberikan secara oral dengan menggunakan sonde lambung atau spuit yang dimodifikasi, yang diberikan sekitar pukul 08.00 WIB pagi dalam jangka waktu selama 7 hari pada masing-masing perlakuan. 3.6.2.3 Perlakuan Pemberian Ekstrak Etanol Kelor (Moringa oleifera L) Pemaparan ekstrak etanol kelor (Moringa oleifera L) yang dilakukan dengan cara oral menggunakan sonde lambung atau spuit yang dimodifikasi, diberikan pada pukul 08.00 WIB pagi dalam jangka waktu 14 hari setelah hari ke- 15 aklimatisasi (atau hari ke-8 setelah pemaparan timbal asetat) pada masingmasing mencit perlakuan kecuali pada kelompok kontrol dan P2 (kelompok yang hanya diberi ekstrak timbal asetat saja). 3.6.3 Tahap Pengambilan Data 3.6.3.1 Tahap Pengambilan Sperma Pengambilan sperma dilakukan dengan membedah mencit dan diambil epididimis dengan melakukan pemotongan ujung kauda epididimis dan bagian 62

ampula duktus deferen. Sperma yang ada di dalam epididimis dipelurut, dan selanjutnya ditampung di dalam tabung efendorf. 3.6.3.2 Perhitungan Motilitas Sperma Suspensi sperma pada larutan stok diteteskan pada kaca preparat cekung, kemudian dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400X, selanjutnya dilakukan penaksiran penilaian motilitas sperma. Penaksiran motilitas sperma adalah suatu prosedur visual dan dinyatakan secara komparatif tidak mutlak. Motilitas spermatozoa ditentukan secara keseluruhan atau sebagai ratarata populasi sperma pada semen segar yang ditampung untuk dilakukan pemeriksaan gerak masa dan individu. Penaksiran gerakan sperma dinyatakan dalam persen (%), jumlah sperma ditaksir dan dinyatakan dalam persen (%) dibandingkan dengan yang tidak bergerak (Feradis, 2010). Penaksiran motilitas sperma dapat diketahui dengan melihat pergerakan sperma dan dapat dikategorikan sebagai berikut ; (a) pergerakan imotil dinilai 0%, (b) gerakan sperma berayun atau melingkar dan tidak ada gelombang dinilai 50%, (c) pergerakan sperma yang progresif dan menghasilkan pergerakan massa dinilai 50-80%, (d) pergerakan sperma progresif yang gesit dan segera membentuk gelombang dinilai 90%, dan (e) gerakan yang progresif dan gelombang yang sangat cepat dinilai 100% (Toelihere, 1993). 3.6.3.3 Perhitungan Jumlah Viabilitas Sperma Perhitungan jumlah viabilitas diperoleh dengan cara membuat preparat apusan dari larutan stok, kemudian diwarnai dengan eosin negrosin, selanjutnya 63

diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400X. Pengamatan difokuskan pada bagian kepala sperma, apabila pada kepala berwarna transparan hal ini menandakan bahwa sperma hidup. Sperma yang mati ditandai dengan morfologi kepala yang terwarnai. Kepala menjadi terwarnai karena zat eosin negrosin akan menembus masuk dan mewarnai spermatozoa yang rusak dan mati, hal ini disebabkan karena permeabilitas membran sel spermatozoa yang mati meningkat di daerah kepala yang tidak tertutup akrsom (Feradis, 2010). Pengamatan viabilitas spermatozoa untuk membandingkan persentase spermatozoa yang hidup dan yang mati, dapat diamati pada luas bidang pandang yang sama dengan jumlah keseluruhan ±200 ekor spermatozoa (Salisbury, 1998). Nilai viabilitas spermatozoa dinyatakan dalam persen. Persentase viabilitas sperma dapat diketahui dengan menggunakan persamaan atau rumus sebagai berikut (Feradis, 2010) : Viabilitas (%) = Keterangan : n n+m x 100% n = Sperma hidup yang terhitung m= sperma mati yang terhitung 3.6.3.4 Perhitungan Jumlah Abnormalitas Sperma Perhitungan abnormalitas sperma terwakili dengan membuat preparat apusan dari larutan stok dengan cara menyiapkan objek glass dan ditetesi larutan stok yang berisi sperma, lalu dicampur dengan setetes zat warna eosin negrosin sampai homogen, kemudian mengambil objek glass yang berisi campuran sperma dan zat warna eosin negrosin dengan posisi miring, lalu dilakukan pendorongan 64

sepanjang glass sehingga terbentuk ulasan tipis selanjutnya dikeringkan dalam suhu kamar selama ± 15 menit. Preparat yang sudah dikeringkan selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400X. Pengamatan difokuskan pada bagian leher, kepala, dan ekor yang abnormal (Toelihere, 1993). Nilai abnormalitas spermatozoa dinyatakan dalam persen. Persentase abnormalitas sperma dapat diketahui menggunakan persamaan atau rumus sebagai berikut ( Feradis, 2010) : Keterangan : Abnormalitas (%) = n n+m x 100% n = Sperma abnormal yang terhitung m= sperma normal yang terhitung 3.6.3.5 Perhitungan Konsentrasi Sperma Perhitungan konsentrasi sperma dilakukan dengan cara sebagai berikut ( Fauzi, 2008) : 1. Larutan stok yang berisi sperma dilakukan dengan menggunakan pipet eritrosit sampai tanda 0,5 kemudian diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis sampai tanda 101 2. Campuran tersebut dikocok secara hati-hati selama 2-3 menit 3. Beberapa tetes dibuang dan dikocok 4. Beberapa tetes lagi dibuang, kemudian satu tetes ditempatkan pada bilik hitung yang sudah diberi kaca penutup 5. Dilakukan pemerikasan di bawah mikroskop, dan dilakukan perhitungan pada 5 kamar dengan arah zig zag 65

6. Jumlah sperma per ml dapat diketahui dengan cara menggunakan rumus jumlah sperma terhitung x 10 juta/ml Perhitungan rumus tersebut berdasarkan pada perhitungan sperma dari 5 kamar hitung yang masing-masing kamar terdiri dari 16 ruang kecil, maka di dalam kamar hitung terdiri dari 80 ruangan kecil. Seluruh gelas hemocytometer memiliki 400 ruangan kecil, dengan volume setiap ruangan kecil adalah 0,1 mm 3, dan pengenceran sperma tersebut sebanyak 200 kali, dan apabila 5 kamar atau 80 ruangan kecil terdapat X sperma, maka konsentrasi sperma yang diperiksa adalah (Feradis, 2010) : Konsentrasi Sperma = X x 400 80 x 10 x 200 = 10.000= X x0,01 juta sperma/mm 3 atau X x 10 juta sperma/ml atau Konsentrasi sperma (juta/m) = spermatozoa/ml 3.6.3.6 Perhitungan Kadar MDA Epididimis Mencit Menghitung kadar MDA dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 534 nm. Sementara itu prosedur yang dilakukan untuk menentukan kadar MDA epididimis pada mencit sebagai berikut (Fauzi, 2008) : 1. TBA/ buffer reagent dilarutkan dengan 100 ml aquadest, selanjutnya ditambah 0,5 sodium hidroxyde dan 100 ml asam asetat glasial 2. Sebanyak 500 µl sampel (standart MDA untuk spektrofotometer) dimasukkan dalam tabung ependorf yang masing-masing telah diberi label 3. Ditambah 0,5 ml aquadest pada masing-masing tabung 4. Ditambahkan 0,5 ml TBA/ buffer reagent 66

5. Selanjutnya pada masing-masing tabung diinkubasi di dalam waterbath dengan suhu 95 0 C selama 60 menit 6. Setelah diinkubasi, masing-masing tabung dikeluarkan dari waterbath dan setelah dingin masing-masing tabung disentrifugasi dengan kecepatan 7000rpm selama 10 menit 7. Supernatan diambil untuk selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 534 nm 3.7 Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dianalisis dengan menggunakan uji statistik ANOVA tunggal karena hanya meggunakan satu faktorial. Bila terdapat perbedaan sangat nyata dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan BNJ (Beda Nyata Jujur) dengan signifikan 1% untuk melihat perbedaan sangat nyata antara kelompok kontrol dengan masing-masing perlakuan. 67