BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2013

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

2013, No Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional; 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nom

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

" {{rr> WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 5 TAHUN

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 15 TAHUN No. 15, 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN.

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 53 TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 176 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 7 TAHUN 2017

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA ( POKJA ) PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KABUPATEN BADUNG

c. bahwa berdasaarkaan pertimbangan sebagaimana

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9 TAHUN2016 TENTANG

QANUN KOTA SUBULUSSALAM NOMOR: 21 TAHVN 2010 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA SUBULUSSALAM DENGANRAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

-2- Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 t

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Rancangan Final 8 April 2013

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2014

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENYUSUNAN PPRG DENGAN SISTEM PROBA TINGKAT KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TAHUN 2017

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2014

SALINAN WALIKOTA BATU

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI BALI

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PANDUAN TEKNIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat diperlukan peningkatan pengintegrasian gender melalui penguatan kelembagaan, perencanaan, pelaksanaan, penganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di Daerah Nusa Tenggara; b. bahwa agar implementasi pengarusutamaan gender di Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat dilaksanakan secara terpadu, sistematis dan terkoordinasi, diperlukan Panduan Teknis Pelaksanaan PUG Skala Provinsi. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Panduan Teknis Pengarusutamaan Gender di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 3. Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3835); 4. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

2 5. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419); 7. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 tetang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Di Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Di Daerah; 11. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 22 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Data Gender Dan Anak; 12. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Sistem Data Gender Dan Anak; 13. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2008 Nomor 5); 14. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pencegahan dan Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 Nomor 2).

3 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PANDUAN TEKNIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat. 3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah satuan/unit kerja lingkup Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Barat. 5. Gender adalah perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara perempuan dan laki laki yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang lebih luas. Jadi gender merupakan konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman. 6. Pengarusutamaan Gender yang selanjutnya disingkat PUG adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan. 7. Data pembuka wawasan merupakan data atau informasi untuk memperlihatkan adanya kesenjangan gender yang cukup berarti, dan sebaiknya merupakan data pilah menurut jenis kelamin yang menjelaskan tingkat kesenjangan. Namun demikian tidak semua data pembuka wawasan merupakan data pilah menurut jenis kelamin, tetapi merupakan data atau informasi yang menjelaskan insiden khusus yang tidak bisa diperbandingkan antar jenis kelamin, misalnya data tentang kekerasan terhadap perempuan atau Angka Kematian Ibu (AKI). 8. Analisis Gender adalah identifikasi secara sistematis tentang isuisu gender yang disebabkan karena adanya pembedaan peran serta hubungan sosial antara perempuan dan laki laki. Analisis Gender perlu dilakukan, karena pembedaan pembedaan ini bukan hanya menyebabkan adanya pembedaan di antara keduanya dalam pengalaman, kebutuhan, pengetahuan, perhatian, tetapi juga berimplikasi pada pembedaan antara keduanya dalam memperoleh akses dan manfaat dari hasil pembangunan, berpartisipasi dalam

4 pembangunan serta penguasaan terhadap sumberdaya pembangunan. 9. Anggaran Responsif Gender yang selanjutnya disingkat ARG adalah anggaran yang merespond kebutuhan, permasalahan, aspirasi dan pengalaman perempuan dan laki laki yang tujuannya untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. 10. Gender Analysis Pathway yang selanjutnya disingkat GAP adalah satu alat analisis gender yang dikembangkan oleh Pemerintah Indonesia dan pemangku kepentingan lain pada tahun 2000 dan direkomendasikan penggunaannya dalam beberapa kebijakan untuk membantu para perencana melakukan pengarusutamaan gender. 11. Gender Budget Statement yang selanjutnya disingkat GBS adalah dokumen pertanggungjawaban spesifik gender yang disusun pemerintah yang menunjukkan kesediaan instansi untuk melakukan kegiatan berdasarkan keseteraan gender dan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan kegiatan tersebut. 12. Focal Point PUG adalah aparatur SKPD yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pengarusutamaan gender di Unit kerjanya masing masing. 13. Manajemen Berbasis Kinerja yang selanjutnya disingkat MBK adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, penganggaran, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/ pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan pencapaian hasil kerja atau keluaran (output) dan hasil yang ingin dicapai (outcome) yang terukur atas kinerja yang telah dihasilkan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Panduan Teknis Pengarusutamaan Gender ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pengintegrasian gender dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan daerah di Nusa Tenggara Barat. Pasal 3 Panduan teknis pelaksanaan PUG sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur ini bertujuan: a. meningkatkan kesadaran dan pemahaman Pemerintah Daerah tentang pentingnya isu gender dalam kebijakan pembangunan dan mempercepat terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender; b. meningkatkan pemahaman, kemampuan dan keterampilan SKPD dalam menyusun perencanaan penganggaran responsif gender agar dapat mengimplementasikan, melakukan monitoring, evaluasi dan

5 pelaporan berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang responsif gender; c. sebagai bahan Pemerintah Daerah, di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, dalam penyusunan strategi pengintegrasian gender melalui pengenalan metode, alat dan mekanisme koordinasi kelembagaan PUG yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan di Nusa Tenggara Barat. Pasal 4 (1) Panduan teknis pelaksanaan PUG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 memuat materi: a. isu gender dan data pembuka wawasan; b. manajemen berbasis kinerja dan indikator yang responsif gender; c. perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender; d. monitoring, evaluasi, dan pelaporan; dan e. kelembagaan. (2) Panduan Teknis PUG sebagaimana dimaksud ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB III PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 5 (1) Pemerintah daerah berkewajiban menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan responsif gender yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Strategis SKPD, dan Rencana Kerja SKPD. (2) Penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan responsif gender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui analisis gender. Pasal 6 (1) Dalam melakukan analisis gender sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dapat menggunakan metode alur kerja analisis gender (Gender Analisys Pathway) atau metode analisis lain. (2) Analisis gender terhadap rencana kerja dan anggaran SKPD dilakukan oleh masing masing SKPD. (3) Pelaksanaan analisis gender terhadap RPJMD, RENSTRA SKPD, Rencana Kerja SKPD dan Rencana Kerja Anggaran SKPD dapat bekerjasama dengan lembaga perguruan tinggi atau pihak lain yang memiliki kapabilitas di bidangnya. Pasal 7

6 Penyusunan RPJMD, Rencana Strategis SKPD dan Rencana Kerja SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16 dikoordinasikan oleh Bappeda Provinsi NTB. Bagian Kedua Pelaksanaan Pasal 8 (1) Gubernur selaku penanggung jawab pelaksanaan PUG di Provinsi Nusa Tengara Barat. (2) Pelaksanaan tanggung jawab Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Wakil Gubernur. Pasal 9 Gubernur menetapkan Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai koordinator penyelenggaraan pengarusutamaan gender di Tingkat Provinsi. Pasal 10 (1) Dalam upaya percepatan kelembagaan PUG di seluruh SKPD lingkup Pemerintah Provinsi dibentuk Pokja PUG Provinsi dengan Keputusan Gubernur. (2) Pokja PUG sebagimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Kepala Bappeda. (3) Anggota Pokja PUG adalah seluruh Kepala SKPD di lingkup Provinsi, Perguruan Tinggi dan Ormas/LSM. (4) Untuk membantu tugas tugas Pokja, dibentuk Sekretariat yang diketuai oleh Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga. Pasal 11 (1) Pokja PUG Provinsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) mempunyai tugas: a. mempromosikan dan memfasilitasi PUG kepada masing masing SKPD; b. melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada pemerintah kabupaten/kota; c. mendorong terwujudnya perencanaan dan penganggaran yang responsif gender; d. menyusun rencana dan program kerja Pokja PUG setiap tahun; e. bertanggung jawab kepada gubernur melalui wakil gubernur; f. merumuskan rekomendasi kebijakan kepada bupati/walikota; g. menyusun Profil Gender Provinsi; h. melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan PUG di masing masing instansi; i. menetapkan tim teknis untuk melakukan analisis terhadap anggaran daerah; j. menyusun Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di provinsi; dan

7 k. mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan focal point di masing masing SKPD. (2) Dalam melaksanakan tugasnya Pokja PUG bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Wakil Gubernur. Pasal 12 (1) Tim teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf i terdiri dari aparatur yang memahami analisis anggaran yang responsif gender dan ditetapkan oleh Ketua Pokja PUG. (2) Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf j memuat: a. PUG dalam peraturan perundang undangan di daerah; b. PUG dalam siklus pembangunan di daerah; c. penguatan kelembagaan PUG di daerah; dan d. penguatan peran serta masyarakat di daerah. Pasal 13 (1) Setiap SKPD provinsi membentuk Focal Point PUG yang terdiri dari pejabat dan/atau staf yang membidangi tugas perencanaan dan/atau program. (2) Focal Point PUG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas: a. mempromosikan pengarusutamaan gender pada masingmasing unit kerja; b. memfasilitasi penyusunan rencana kerja dan penganggaran SKPD yang responsif gender; c. melaksanakan pelatihan, sosialisasi, advokasi pengarusutamaan gender kepada pejabat dan staf di lingkungan SKPD; d. melaporkan pelaksanaan PUG kepada kepala SKPD; e. mendorong pelaksanaan analisis gender terhadap kebijakan, program, dan kegiatan pada unit kerja; dan f. memfasilitasi penyusunan data terpilah gender pada masingmasing SKPD; (3) Focal Point PUG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Kepala SKPD. BAB IV MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 14 (1) Gubernur melalui Pokja PUG melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PUG di Provinsi. (2) Monitoring dan Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada setiap SKPD dan secara berjenjang antar susunan pemerintahan.

8 (3) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan PUG dilakukan sebelum diadakannya penyusunan program atau kegiatan tahun berikutnya. Hasil evaluasi pelaksanaan PUG menjadi bahan masukan dalam penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan tahun mendatang. (4) Bappeda melakukan evaluasi secara makro terhadap pelaksanaan PUG berdasarkan RPJMD dan Renja SKPD. (5) Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi, Pusat Studi Wanita, atau Lembaga Swadaya Masyarakat. Pasal 15 Pokja PUG Provinsi menyampaikan laporan pelaksanaan PUG secara berkala setiap 6 (enam) bulan kepada Gubernur untuk disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dengan tembusan disampaikan kepada Menteri Negara yang membidangi Pemberdayaan Perempuan. Pasal 16 Materi laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 meliputi: a. pelaksanaan program dan kegiatan; b. SKPD pelaksana kegiatan; c. sasaran kegiatan; d. penggunaan anggaran; e. permasalahan yang dihadapi; dan f. upaya yang telah dilaksanakan. BAB V PEMBINAAN Pasal 17 (1) Gubernur melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan PUG di Provinsi. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi: a. penetapan pedoman pelaksanaan PUG skala Provinsi; b. penguatan kapasitas kelembagaan melalui pelatihan, konsultasi, advokasi, dan koordinasi; c. monitoring dan evaluasi pelaksanaan PUG di SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota; d. peningkatan kapasitas focal point dan Pokja PUG; dan e. strategi pencapaian kinerja. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 18

9 Pembiayaan pelaksanaan PUG di Provinsi NTB bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat; b. Sumber pembiayaan lain yang sah dan tidak mengikat. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Diundangkan di Mataram pada tanggal 16 Desember 2014 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NTB, ttd. H. MUHAMMAD NUR Ditetapkan di Mataram pada tanggal 15 Desember 2014 GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, ttd. H. M. ZAINUL MAJDI BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 NOMOR 39 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM, H. RUSMAN NIP. 19620820 198503 1 010