BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seperti wayang, batik, keris, angklung, reog. Wayang adalah salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

PERANAN UNESCO TERHADAP PENGKLAIMAN BUDAYA TIDAK BERWUJUD DAN PENERAPAN HUKUMNYA DI INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Kemanusiaan dari Indonesia yang merupakan budaya lisan dan nonbendawi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

2015 ABSTRAK SUPREMATISME SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI PATUNG DENGAN MEDIA KAYU

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prio Rionggo, 2014 Proses Penciptaan Desain Poster Dengan Tema Bandung Heritage

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Kaligrafi ialah suatu corak atau bentuk seni menulis secara indah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

2016 KULINER TRADISIONAL SUNDA DALAM KARYA SENI GRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

LPPD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan disajikan pembahasan pada produk final hasil

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diana Susi, 2013

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nur Syarifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia memiliki banyak kesenian daerah yang menjadi warisan budaya Indonesia seperti wayang, batik, keris, angklung, reog. Wayang adalah salah satu bentuk kesenian tradisional yang perlu mendapatkan perhatian. Jenis kesenian ini, setelah melalui perjalanan waktu yang amat panjang, sekurang-kurangnya sejak abad ke-10, hingga kini masih tetap hidup dan mendapat dukungan tetapi hanya dari sebagian masyarakat Indonesia khususnya di Jawa. Jenis-jenis wayang yang terdapat di Indonesia antara lain; beber, kulit, golek, klitik, orang, suluh, wahyu dan gedog. Pemerintah sudah seharusnya memiliki perhatian dalam pelestarian kesenian tradisi sebagaimana diamanatkan oleh lembaga tertinggi negara, MPR, berikut ini: Pengembangan kesenian sebagai ungkapan budaya perlu diusahakan agar mampu menampung dan menumbukan daya cipta para seniman, meningkatkan apresiasi seni masyarakat, memperluas kesempatan masyarakat untuk menikmati seni budaya bangsa serta membangkitkan semangat dan gairah membangun. Dalam hubungan ini Kesenian daerah perlu dipelihara dan dikembangkan untuk melestarikan dan memperkaya keragaman budaya bangsa Indonesia.......Seperti diuraikan dalam GBHN, Khususnya pada nas yang sengaja dikutip miring, wayang yang merupakan salah satu dari kesenian daerah perlu mendapat perhatian dalam pelestarian atau pengembangan selanjutnya, Ia merupakan satu bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia dan merupakan peninggalan sejarah bangsa yang menunjukan ciri-ciri khas Indonesia (Suryana; 2002: 25).

2 Sebagai warga negara Indonesia, penulis ingin turut melestarikan dan mengembangkan kesenian wayang, karena kesenian tersebut kini sudah menjadi warisan dunia seperti terbukti dengan hak paten yang diberikan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) bahwa wayang Indonesia sebagai Karya Agung Budaya Dunia (Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity), pada tanggal 7 Nopember 2003 di Paris, Prancis(Sumber: Senawangi. 24 April 2004). Penghargaan di atas merupakan suatu prestasi dan penghargaan luar biasa bagi bangsa Indonesia. Sangat disayangkan jika sebagai bangsa yang memiliki ciri khas seni kebudayaan wayang kurang memperhatikan atau menyukai hal-hal tersebut karena kurangnya sosialisasi. Minat generasi muda Indonesia untuk mempelajari wayang dan budaya tradisional lainnya hingga kini tetap rendah. Hal tersebut dikarenakan upaya sosialisasi budaya tradisional di berbagai daerah sampai sekarang belum memadai (Pamuji S, 2004). Berbeda dengan kesenian masa kini yang didukung oleh masyarakat yang bersikap modern. Pola pikir kontemporer yang lebih menghargai perubahan, kebaruan, dan kelainan melatari kesenian abad ini, berdasarkan pemaparan di atas penulis ingin mengangkat dan mensosialisasikan salah satu jenis wayang yang barasal dari Jawa Barat, yaitu wayang golek purwa sunda atas dasar wayang golek memiliki keunikan seperti bentuk tri matra. Secara garis besar, golek dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan utama, yakni golongan satria, ponggawa, dan buta (raksasa). Golongan Panakawan, khususnya panakawan Pandawa yaitu Semar, Cepot, Dawala dan Gareng, bisa dimasukkan kedalam kelompok khusus (Suryana; 2002:85).

3 Berdasarkan penggolongan tersebut penulis memilih golongan khusus yaitu golongan panakawan yang terdiri dari Semar, Cepot, Dawala dan Gareng. Gambar 1.1 Tokoh Wayang Golek Panakawan Gareng, Semar, Cepot dan Dawala (Sumber: CD Interaktif Seminar Wayang Internasional,19 Juni 2010) Pemilihan golongan tersebut karena tokoh-tokoh yang terdapat dalam wayang golek panakawan merupakan asli Indonesia, dan memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri. Selanjutnya untuk penerapan ide gagasan subject matter, penulis memilih menuangkannya ke dalam karya seni grafis. Cabang seni murni ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan seni murni lainnya seperti seni lukis dan patung, yaitu mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Setiap lembar edisinya diakui sebagai karya seni murni. Walaupun dalam melakukan proses pencetakan harus memiliki konsentrasi yang tinggi, ketelitian, kesabaran juga ketekunan. Tantangan itu tidak

4 berarti apa-apa dibandingkan dengan kepuasan yang didapat setelah berhasil mencetak karya. Menurut Isa Gaenzken di Jerman, perkembangan seni grafis di Indonesia Kurang dikenal karena tenggelam oleh keberadaan seni murni lainnya (Gaenzaken dalam Suryaman; 2010:2). Dari apa yang telah dipaparkan di atas, penulis mendapatkan permasalahan antara lain kesenian wayang yang mulai kurang diminati oleh generasi muda dan sebagian masyarakat, juga seni grafis yang kurang dikenal karena tenggelam oleh keberadaan seni murni lainnya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk ikut memberikan sumbangan pemikiran dalam melestarikan seni pewayangan tersebut yakni dengan cara menyajikan sebuah karya seni yaitu dalam bentuk karya seni grafis dengan objek wayang golek panakawan. Dengan demikian judul skripsi penciptaan ini adalah WAYANG GOLEK PANAKAWAN DALAM BENTUK KARYA SENI GRAFIS B. PERUMUSAN MASALAH dalam pembuatan karya seni grafis cetak saring dengan teknik paper cut, ada beberapa hal yang harus diketahui adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana menyampaikan ide tentang pelestarian wayang golek panakawan ke dalam karya seni grafis. 2. Bagaimana memvisualisasikan ide berupa wayang golek panakawan kedalam karya seni grafis cetak saring dengan teknik paper cut.

5 C. BATASAN MASALAH Pada penciptaan karya seni grafis, penulis membatasinya pada hal-hal sebagai berikut. 1. Proses seni grafis yang dipilih adalah screen printing (cetak saring) 2. Alat yang digunakan adalah screen dan squeeze (rakel). 3. Bahan cetakan yang digunakan adalah kanvas dan cat sablon berbasis air. 4. Teknik yang dipakai adalah paper cut pada cetak saring 5. Proses pencetakan menggunakan cat sablon berbasis air di atas kanvas 6. Subject matter dalam karya seni grafis adalah wayang golek panakawan. Batasan tersebut dibuat supaya proses penciptaan karya menjadi lebih terarah. D. TUJUAN Tujuan penulis membuat seni grafis screen printing teknik paper cut dengan tema wayang golek adalah sebagai berikut: 1. Dalam rangka melestarikan dan mensosialisasikan seni budaya wayang yang merupakan warisan budaya Indonesia asli. 2. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap wayang, memotivasi untuk senantiasa menumbuhkan kecintaan, kepedulian dan rasa bangga memiliki kesenian wayang khususnya wayang golek panakawan yang merupakan tokoh asli Indonesia, 3. Menambah nilai estetis karya seni grafis dengan penggunaan teknik cetak paper cut.

6 4. dan secara tidak langsung penulis berharap dapat memperkenalkan dan menanamkan ketertarikan khalayak umum terhadap seni grafis. E. MANFAAT Manfaat penulis membuat seni grafis screen printing teknik paper cut dengan tema wayang golek adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis khususnya adalah sebagai pengetahuan dan juga pengalaman yang sangat berharga dalam membuat karya seni grafis, memacu untuk mendalami dan terus meningkatkan kemampuan kreativitas dan mengembangkan gagasan yang biasa menjadi sesuatu yang menarik dan luar biasa. 2. Bagi dunia pendidikan seni rupa mudah-mudahan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi karya seni grafis cetak saring, sekaligus menambah karya seni mahasiswa pendidikan seni rupa di bidang karya seni grafis. 3. Bagi masyarakat umum, penulis mengharapkan dengan mengapresiasi karya ini bisa meningkatkan kepedulian terhadap wayang yang kini sudah menjadi warisan budaya dunia.

7 F. METODE Dalam Penulisan skripsi ini, metode yang dimaksud berkaitan dengan proses kreatif penulis dalam berkarya seni grafis. Sebelum penulis membuat rincian tentang tahapan-tahapan dalam berkarya, berikut penjelasan tentang proses kreatif. Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal dan pikiran, secara fisiologis manusia harus memenuhi kebutuhan estetiknya secara langsung maupun tidak langsung. Kebutuhan estetik, berkreasi dan berapresiasi, merupakan suatu kebutuhan budaya, kebutuhan itu muncul karena adanya dorongan dalam diri manusia yang secara hakiki ingin senantiasa ingin merefleksikan keberadaannya sebagai makhluk beradab. Pemenuhan kebutuhan lainnya dilakukan manusia melalui kebudayaannya. Dalam pemenuhan kebutuhan estetik ini kesenian menjadi bagian yang tak terpisahkan. (Rohendi, Rohidi, 2000: 9) Sama halnya dengan kebutuhan estetik, kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan yang paling tinggi dan bagian yang tak terpisahkan dalam diri manusia. Seperti yang dikemukakan Maslow dalam teorinya tentang Hirarki kebutuhan Maslow berikut: Bagan 1.1 Hirarki Kebutuhan Maslow (Sumber: e-psikologi dalam Argi; 2008: 34) Kebutuhan aktualisasi diri adalah keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya, seperti hal yang berhubungan dengan kesenian

8 (melukis, menari, bernyanyi, bermain alat musik), olah raga dan lain-lain. Hal ini diwujudkan dengan menciptakan bentuk-bentuk baru seperti pelukis berekspresi membuat lukisan, penyair dalam membuat puisi, komponis dalam bentuk lagu dan koreografer dalam bentuk tarian. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut membutuhkan manusia kreatif. Semua manusia memiliki potensi ini, persoalannya adalah ada sebagian manusia memiliki potensi yang besar dan cenderung kecil. Dengan kreatif manusia dapat menciptakan karya seni seperti lukis, tari, musik, makanan, mode dan lain-lain. Berikut ini definisi tentang kreatif: Kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu kemampuannya yang lain, hingga sebagai keseluruhan dapat mengintegrasikan stimuli-luar (yang melandanya dari luar sekarang) dengan stimuli-dalam (yang telahdimiliki sebelumnya-memori) hingga tercipta kebulatan baru (Primadi dalam Argi; 2008: 36). Maksudnya harus terciptanya kesatuan antara stimuli luar yaitu berupa karya yang diapresiasikan dan stimuli dalam berupa apresiasi yang mampu menimbulkan suatu rasa atau penghayatan. Sedangkan menurut pendapat Agus Sachari dalam buku Desain Gaya dan Realitas, definisi kreativitas adalah anugerah yang begitu saja muncul karena adanya rangsangan dari luar berupa keinginan untuk menemukan ide dan esensi tersebut. Tentu dalam hal ini unsure penalaman, kematangan pribadi dan pendewasaan diri turut berperan (Sachari dalam Argi; 2008: 36). Artinya seni yang sejati seharusnya senantiasa kreatif dan seni sebagai kegiatan manusia selalu menciptakan realita baru, yaitu sesuatu apapun berbagai hal yang belum terdapat atau terlintas oleh seseorang dalam keadaan sadar, yang datang secara spontanitas dari hasil pemikiran. Kreativitas dapat disalurkan dengan berbagai cara, diantaranya dengan membuat karya-karya seni yang

9 mengandung nilai-nilai estetika. Kreativitas dapat muncul karena adanya dorongan dalam diri kita untuk berkarya. Seniman memunculkan proses kreatif dengan adanya pengaruh, dorongan dan memori sebelumnya tercetus untuk menghasilkan karya yang orisinal menjadi identitas dari seniman tersebut. Proses tersebut digambarkan pada bagan di bawah ini: Bagan 1.2 Hubungan proses kreatif dengan identitas (Sumber: Sachari dalam Argi; 2008: 39) Begitu pula dengan karya yang akan dibuat, penulis berusaha menggambarkan ciri khasnya dengan menciptakan kreativitas dalam membuat karya seni grafis cetak saring dengan subject matter wayang golek panakawan. Dari apa yang telah dipaparkan penulis, dalam mewujudkan kreativitas penulis dapat merealisasikan dalam tahapan-tahapan proses di bawah ini.

10 1. Penulis mengunjungi museum wayang, pameran wayang dan graha wayang golek big giri harja untuk mencari referensi tokoh-tokoh wayang golek panakawan. Kemudian studi pustaka, penulis mencari buku, artikel, dan majalah yang memuat tentang wayang golek. 2. Menggambil gambar dan memilih gambar berupa foto wayang golek panakawan yang akan dijadikan karya seni grafis. 3. Mendesain bentuk gambar yang diinginkan. 4. Mengkonsultasikan dan mendiskusikan dengan dosen pembimbing, sehingga terpilih yang sesuai. 5. Setelah rancangan desain selesai kemudian dilanjutkan dengan pemindahan desain kedalam screen 6. Proses cetak saring sesuai langkah-langkah: a. Sketsa b. Proses cetak 1. Memindahkan gambar 2. Mengerjakan acuan sesuai banyak warna 3. Cetak coba 4. Cetak jadi c. Proses penyelesaian akhir.

11 G. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang dibuat penulis dalam skripsi ini, berisi tentang: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH B. PERUMUSAN MASALAH C. PEMBATASAN MASALAH D. TUJUAN E. MANFAAT F. METODE G. SISTEMATIKA PENULISAN BAB II LANDASAN PENCIPTAAN KAJIAN PUSTAKA BAB III METODE DAN PROSES BERKARYA A. KERANGKA KERJA PENCIPTAAN B. PROSES BERKARYA BAB IV VISUALISASI KARYA DAN ANALISIS KARYA A. VISUALISASI KARYA B. ANALISIS KARYA BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN B. SARAN