PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Pemberian Informasi Obat...(Stefy Muliyani Muljabar, dkk) 143

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

INTISARI. Madaniah 1 ;Aditya Maulana PP 2 ; Maria Ulfah 3

HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI DI RSUD PENAJAM PASER UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

KEPADA PASIEN OLEH TENAGA KEFARMASIAN DI APOTEK RUMAH SAKIT TNI AU SJAMSUDIN NOOR BANJARBARU

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Pelayanan, Informasi Obat.

INTISARI GAMBARAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI PUSKESMAS BUNTOK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

Profil Data Pada Kegiatan Konseling obat pasien pulang Bulan Juli-September Tahun 2015

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

Saftia Aryzki* dan Alfian R. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Jl. Flamboyan III/7B Kayu Tangi Banjarmasin 70123

ABSTRAK. Hairun Nisa 1 ;Erna Prihandiwati,S.F.,Apt 2 ;Riza Alfian,M.Sc.,Apt 3

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).

INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIBIOTIK KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS SUNGAI MESA BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAKSANAAN KONSELING KEPADA PASIEN DENGAN EVALUASI PELAKSANAAN KONSELING DI APOTEK-APOTEK KABUPATEN MAGETAN

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO BERDASARKAN ANALISIS ABC-VEN

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 6 HASIL ANALISA DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INFORMASI OBAT APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN INFORMASI OBAT TANPA RESEP DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MAGELANG TENGAH KOTAMADYA MAGELANG

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN OBAT DI PUSKESMAS GADANG HANYAR KOTA BANJARMASIN

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT RW.IV KELURAHAN FONTEIN KOTA KUPANG TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK. Ni Nyoman Yuliani, Carolina Wijaya, Geryana Moeda

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU APOTEKER DALAM PEKERJAAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT DI WILAYAH KARESIDENAN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

PELAKSANAAN KONSELING OLEH APOTEKER DI APOTEK KECAMATAN TEMANGGUNG

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2,Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN PERAWATAN PADA PASIEN KARDIOVASKULER DI CARDIO VASKULER AND BRAIN CENTER (CVBC) RSUP. Prof. Dr. R. D.

INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIHIPERTENSI KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

PENGARUH EDUKASI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ATAS INFORMASI OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL DOKTER PASIEN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PANCARAN KASIH GMIM MANADO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN KULON PROGO YOGYAKARTA

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

PENERAPAN PELAYANAN FARMASI SATU PINTU DI RUMAH SAKIT

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

HALAMAN PERSETUJUAN. Disusun oleh: PUDJI HASTUTI

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT. Key word: Nurse Service, Patient Satisfaction, Service Dimension RINGKASAN

MATA KULIAH Pelayanan Informasi Obat dan Konseling

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN PADA PEMAKAIAN AMOXICILLIN TABLET 500 MG DI APOTEK NAZHAN FARMA BANJARMASIN

MANFAAT KONSULTASI TERHADAP PEMAHAMAN PASIEN PADA OBAT-OBAT YANG DIRESEPKAN DI APOTIK PANDUGO SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELLITUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

Transkripsi:

PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO Novita N.G Tumiwa 1), Paulina V.Y. Yamlean 1), dan Gayatri Citraningtyas 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT Drug information service is necessary, moreover, many patients who have not received information about using of the drugs, especially geriatric patients. This study aims to assess the drug information service on patient medication adherence in geriatric patient at RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado descriptively. The research was conducted between April- August 2014, with samples taken was 50 respondents geriatric patients who are instalation (C and F) of RSUP Prof. Dr Dr. R.D. Kandou Manado using a previously validated questionnaire. A total of 96% and 4% adherent patients have less adherence to treatment. Drug information services in the department of Prof. Dr. R.D. Manado Kandou are accomplished but in this case it s a passive service information where pharmacists only provide information on the patient / family asked about drugs. Key words : PIO, geriatric, compliance, RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado ABSTRAK Pelayanan informasi obat sangat diperlukan, terlebih lagi banyak pasien yang belum mendapatkan informasi obat secara memadai tentang obat yang digunakan, terutama pasien geriatri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pelayanan informasi obat terhadap kepatuhan minum obat pasien geriatri di instalasi rawat inap di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado secara deskriptif. Penelitian dilakukan dari bulan April Agustus 2014 dengan sampel yang diambil ialah 50 responden pasien geriatri yang berada di instalasi rawat inap (C dan F) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan menggunakan kuisioner yang telah divalidasi sebelumnya. Sebanyak 96% pasien patuh dan 4% tidak patuh terhadap pengobatan. Pelayanan informasi obat di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado terlaksana namun dalam hal ini bentuk pelayanan informasi yang dilakukan dalam bentuk pasif saja dimana apoteker pemberi informasi hanya memberikan informasi pada saat pasien/keluarga bertanya atau pada saat persepan obat. Kata kunci : PIO, geriatri, kepatuhan, RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado 310

PENDAHULUAN Pelayanan informasi obat sangat penting dalam upaya menunjang budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional. Pelayanan informasi obat sangat diperlukan, terlebih lagi banyak pasien yang belum mendapatkan informasi obat secara memadai tentang obat yang digunakan, karena penggunaan obat yang tidak benar dan ketidakpatuhan meminum obat bisa membahayakan. Menurut Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Pelayanan informasi obat berupa konseling ditujukan untuk meningkatkan hasil terapi dengan memaksimalkan penggunaan obat-obatan yang tepat (Jepson, 1990). Salah satu manfaat dari konseling adalah meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat, sehingga angka kematian dan kerugian (baik biaya maupun hilangnya produktivitas) dapat ditekan (Schnipper dkk., 2006). Selain itu pasien memperoleh informasi tambahan mengenai penyakitnya yang tidak diperolehnya dari dokter karena tidak sempat bertanya, malu bertanya, atau tidak dapat mengungkapkan apa yang ingin ditanyakan (Rantucci, 2007). Berdasarkan ketentuan Depkes (2004) pelayanan informasi obat terhadap pasien bertujuan untuk : a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan lain dilingkungan rumah sakit b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi c. Meningkatkan profesionalisme apoteker Menunjang terapi obat yang rasional. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan April Agustus 2014 di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif untuk mengkaji pelayanan informasi obat terhadap kepatuhan pasien geriatri dalam melaksanakan terapi minum obat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah pasien geriatri yang berada di bangsal (Irina C dan F) di instalasi rawat inap Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dan peneliti mengambil 50 orang menjadi sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner yang berisi 17 butir pertanyaan yang telah divalidasi langsung diberikan kepada responden. Peneliti menganalisa data dengan menetapkan kriteria penilaian. Penilaian kuisioner menggunakan skala Guttman yang hanya terdiri dari 2 alternatif jawaban yaitu Ya dan Tidak. Skali ini merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel. Skala Guttman menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan positif adalah ya (skor 1) dan tidak (skor 0). Untuk pernyataan negatif adalah ya (skor 0) dan tidak skor 1). Total skor diperoleh terendah adalah 0 dan tertinggi yaitu 10. Penilaian untuk mengindentifikasi dari hasil skor pengetahuan dibagi dalam 2 kategori penilaian: a. Baik adalah jika responden dapat menjawab > 5 dari 9 pertanyaan dengan jumlah nilainya 5-9. b. Kurang adalah jika resonden dapat menjawab < 4 dari 9 pertanyaan dengan jumlah nilainya 0-4. 311

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik Responden Pasien Geriatri berdasarkan umur Umur Jumlah Presentase Responden Pasien 60 65 tahun 16 32 65 70 tahun 27 54 70 75 tahun 4 8 75 80 tahun 2 4 > 80 tahun 1 2 Data karakteristik responden yaitu pasien geriatri dengan karakteristik umur di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, data menunjukan bahwa umur 65 70 tahun menjadi kelompok umur terbanyak dengan 27 responden (54%). Menurut Ramadona (2011), pasien yang berumur 60-70 tahun lebih patuh terhadap pengobatan. Hal ini terjadi karena berdasarkan pengamatan, pasien yang berusia 60-70 tahun lebih aktif dan terbuka menerima konseling dari konselor mengenai informasi penyakit dan terapi yang diberikan. Selain itu juga peran keluarga sangat membantu dalam mengingatkan dan memberikan informasi mengenai cara minum obat, waktu minum obat. Tabel 2 Karakteristik Responden Pasien Geriatri berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Presentase Pasien Laki Laki 13 26 Perempuaan 37 74 gender yang menyangkut keterampilan seperti perempuan memiliki tingkat ketelitian serta kepatuhan yang lebih tinggi daripada laki-laki. Selain itu sifat perempuan yang lebih memperhatikan kesehatan bagi dirinya,sehingga perempuan akan lebih patuh minum obat dibandingkan dengan laki-laki (Ramadona, 2011). Tabel 3 Karakteristik Responden Pasien Geriatri berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Pasien Presentase Tidak Sekolah 2 4 SD 37 74 SLTP 7 14 SLTA 4 8 Pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda baik pendidikan formal maupun non-formal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37 responden pasien geriatri dengan pendidikan SD lebih banyak dan patuh terhadap pengobatan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapantahapan tertentu. Hal ini tidak didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Feuer Stein (2009) yang mengatakan bahwa adanya tingkat pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap kepatuhan karena lanjut usia ialah kelompok usia yang telah mengalami kemunduran daya ingat, sehingga terkadang tidak dapat mencerna kepatuhan. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado terdiri dari responden laki laki sebanyak 13 responden (26%) dan responden perempuan sebanyak 37 responden (74%). Antara laki-laki dan perempuan terdapat sejumlah perbedaan fisik. Perbedaan 312

Tabel 4 Karakteristik Responden Pasien Geriatri berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Pasien Presentase IRT 33 66 Wiraswasta 15 30 Pensiunan 2 4 Responden pasien geriatri dengan karakteristik pekejaan, diperoleh data bahwa sebanyak 33 responden (66%) bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, 15 responden (30%) bekerja sebagai wiraswasta dan 2 responden (4%) sebagai pensiunan. Pasien yang bekerja dalam hal ini ibu rumah tangga akan termotivasi untuk lebih patuh demi kesembuhannya bila dibandingkan dengan penderita yang tidak bekerja sehingga pekerjaan memberikan kontribusi terhadap kepatuhan berobat atau minum obat. Pelayanan Informasi Obat pada Pasien Geriatri Berdasarkan hasil tentang pelayanan informasi obat, sebanyak 48 responden (94%) mendapat informasi mengenai bagaimana cara meminum obat yang baik dan benar. Sebanyak 36 responden (72%) mendapat informasi tambahan mengenai penyakit yang tidak diperoleh dari dokter. 29 responden (58%) menjawab bahwa petugas bersedia memberikan informasi dan konseling apabila diperlukan. Terapi obat yang aman dan efektif paling sering terjadi apabila pasien diberi informasi yang cukup tentang obat-obatan serta penggunaannya. Pasien yang berpengetahuan tentang obatnya, menunjukkan peningkatan ketaatan pada regimen obat yang tertulis selain itu pelayanan informasi obat seperti konseling ditujukan untuk meningkatkan hasil terapi dengan memaksimalkan penggunaan obat-obatan yang tepat (Jepson, 1990). Sedangkan sebanyak 2 responden (4%) tidak mendapat informasi mengenai bagaimana cara meminum obat yang baik dan benar. 14 responden (28%) tidak mendapat informasi tambahan mengenai penyakit yang tidak diperoleh dari dokter dan sebanyak 21 responden (42%) menjawab bahwa petugas tidak bersedia memberikan informasi dan konseling bila diperlukan. Kurangnya pemberian informasi dari fasilitas kesehatan akan mempengaruhi pengetahuan pada pasien di mana dari fasilitas kesehatan yang merupakan sarana penting dimana tenaga kesehatan dapat memberikan informasi terhadap pasien tentang pentingnya terapi yang sedang dijalani pasien. Pengetahuan yang rendah ini dapat mengakibatkan pasien tidak patuh dikarenakan pasien tidak mengetahui pengobatan yang dijalaninya khususnya pentingnya kepatuhan dalam minum obat. Oleh karena itu apoteker mempunyai tanggung jawab untuk memberi informasi yang tepat tentang terapi obat kepada pasien. Konseling yang dilakukan apoteker merupakan komponen dari pharmaceutical care dan harus ditujukan untuk meningkatkan hasil terapi, dengan memaksimalkan penggunaan obatobatan yang tepat. Kepatuhan Minum Obat Pasien Geriatri Bedasarkan Hasil pada tabel 4 diatas, 50 responden (100%) telah mengerti tentang waktu minum obat. Sebanyak 47 responden (94%) patuh mengkonsumsi obat karena telah mengerti instruksi penggunaan obat. Sebanyak 49 responden (98%) mengkonsumsi obat sesuai dengan jumlah dan dosis yang ada dietiket obat sesuai anjuran dokter, sedangkan ada 1 responden (2%) yang tidak mengkonsumsi obat sesuai dengan jumlah dosis yang diberikan. Hal ini disebabkan karena pasien mendapatkan informasi mengenai waktu minum obat. Informasi yang didapat oleh responden dapat meningkatkan tingkat pengetahuan pasien tentang pengobatan yang dijalaninya khususnya tentang pentingnya 313

kepatuhan dalam minum obat. Semakin mendapat informasi tentang pemakaian obat semakin patuh dalam pelaksanaan minum obat dan semakin tidak mendapatkan informasi tentang pemakaian semakin tidak patuh. Sebanyak 39 responden (78%) meminum habis secara teratur obat yang diberikan sesuai dengan dosis dokter dan ada 11 responden (22% yang tidak meminu obat secara teratur. Lamanya penyakit akan memberikan efek negatif terhadap kepatuhan pasien. Makin lama pasien mengidap penyakit, makin kecil pasien tersebut patuh pada pengobatannya. Hal ini terjadi kepada 11 responden yang tidak meminum obat secara teratur. Sebanyak 42 responden (84%) menebus semua resep obat sedangkan ada 8 responden (16%) yang keluarganya tidak menebus resep obat karena harganya terlalu mahal. Tingkat ekonomi atau penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau membayar transportasi. Sedangkan Menurut Friedman (2010), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan keluarga yang kurang dapat menurunkan motivasi pasien untuk melakukan perawatan kesehatan dalam hal patuh minum obat secara teratur. Sebanyak 27 responden (54%) meminum obat lain supaya penyakitnya sembuh. Hal ini merupakan salah satu bentuk ketidakpatuhan karena pasien mengkonsumi obat lain selain dari resep dokter. Ini akan menimbulkan kekambuhan yang merupakan pemicu salah satunya disebabkan karena ketidakpatuhan pasien minum obat sehingga pasien putus obat yang mengakibatkan pasien mengalami kekambuhan dan di rawat di rumah sakit kembali. Kepatuhan merupakan fenomena multidimensi yang ditentukan oleh tujuh dimensi yaitu faktor terapi, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan, usia, dukungan keluarga, pengetahuan dan faktor sosial ekonomi (Riyadi & Purwanto, 2009). PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai pelayanan informasi obat terhadap kepatuhan minum obat pasien geriatri di instalasi rawat inap C dan F RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Sebanyak 96% pasien patuh dan 4% tidak patuh terhadap pengobatan. Pelayanan informasi obat di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado terlaksana namun dalam hal ini bentuk pelayanan informasi yang dilakukan dalam bentuk pasif saja dimana apoteker pemberi informasi hanya memberikan informasi pada saat pasien/keluarga bertanya atau pada saat persepan obat. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI., 2004. Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum dan Pendidikan Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan Praktek. EGC: Jakarta. Jepson, M.H., 1990. Patient Compliance and Counselling. In: D.M. Collett and M.E. Aulton (Eds.). Pharmaceutical Practice, Edinburgh: Churchill Livingstone, p.339-341. Hutabarat,B. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kepatuhan minum obat Penderita Kusta di Kabupaten Asahan 2007. Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara Karademas, E. C. (2006). Self-efficacy, social support and well-being: The mediating role of optimism. 314

Personality and Individual Differences, 40, 1281-1290. Kepmenkes No.1197/Menkes/SK/X/2004 Masduki. A., 1993. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kepatuhan Berobat Penderita Kusta di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, Tesis Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Salemba Medika: Jakarta. Rantucci, M.J. 2007. Komunikasi Apoteker-Pasien : Panduan Konseling Pasien (Edisi 2). Penerjemah : A.N. Sani. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.. Graha Ilmu: Yogyakarta Schnipper, JL, Jennifer, LK, Michael, CC, Stephanie, AW, Brandon, AB, Emily, T, Allen, K, Mark, H, Christoper, LR, Sylvia, CM, David, WB. 2006. Role of Pharmacist Counseling in Preventing Adverse Drug Events After Hospitalization. USA : Archives of Internal Medicine. Vol 166.565-571. Ramadona A. 2011. Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Khusus Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang. Program Pascasarjana. Universitas Andalas Padang. 315