PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAD TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

-23- BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 179 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.. TAHUN.. TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

1. Kepala madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan memimpin raudhotul athfal (RA), madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs),

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 23 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2013

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 29 TAHUN 2011 T E N T A N G SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KABUPATEN WONOSOBO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Transkripsi:

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAD TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka berperan serta mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, serta menjawab tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan internasional, maka penyelenggaraan pendidikan harus direncanakan secara terarah dan berkesinambungan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu Pemerintah Kota Batu mempunyai kewajiban membina dan mengembangkan pendidikan dasar dan menengah yang bermutu sehingga dapat menghasilkan keluaran pendidikan yang berkualitas; b. bahwa penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah di Kota Batu adalah merupakan salah satu upaya strategis untuk mendukung terwujudnya visi Kota Batu; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan. Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6), dan Pasal 31 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pkok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Batu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); 6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan beberapa kali yang terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586); 9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011, Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5233); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3461); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 Tentang Tenaga Kependidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3974);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4863); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157); 20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah;

23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah; 24. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah; 25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C; 26. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru; 27. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan; 28. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 29. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan; 30. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama /Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMU/MA); 31. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 32. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kriteria Perangkat Akreditasi Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI); 33. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Kriteria Perangkat Akreditasi Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs); 34. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Guru Dan Angka Kreditnya; 35. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010, tentang Penugasan Guru untuk ditugaskan sebagai Kepala Sekolah/Madrasah;

36. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/10/PB/2011, Nomor SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun 2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil; 37. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah; 38. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BATU dan WALIKOTA BATU MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. 2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Batu. 4. Dinas adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. 5. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. 6. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

7. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari atas pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. 8. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. 9. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. 10. Pendidikan Anak Usia Dini, yang selanjutnya disingkat PAUD, adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 11. Taman Kanak-kanak, yang selanjutnya disingkat TK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun. 12. Raudhatul Athfal, yang selanjutnya disingkat RA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun. 13. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat. 14. Sekolah Dasar, yang selanjutnya disingkat SD, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar. 15. Madrasah Ibtidaiyah, yang selanjutnya disingkat MI, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Kementerian Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar.

16. Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD dan MI. 17. Madrasah Tsanawiyah, yang selanjutnya disingkat MTs, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Kementerian Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD dan MI. 18. Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan, atau bentuk lain yang sederajat. 19. Sekolah Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat SMA, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. 20. Madrasah Aliyah, yang selanjutnya disingkat MA, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Kementerian Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. 21. Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs., atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

22. Madrasah Aliyah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat MAK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Kementerian Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs., atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. 23. Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan standar pendidikan Nasional yang diperkaya dengan standar pendidikan negara maju. 24. Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, intelektual, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 25. Pendidikan layanan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. 26. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menguasai, memahami, dan mengamalkan ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama. 27. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 28. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penerapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. 29. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. 30. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 31. Standar pendidikan adalah kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan pendidikan, yang berlaku dan yang harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan di daerah.

32. Penyelenggara pendidikan adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. 33. Penyelenggaraan Pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen-komponen sistem pendidikan pada satuan/program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. 34. Pengelola pendidikan adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Hukum penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal, Badan Hukum penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal, satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal, dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal. 35. Pengelolaan pendidikan adalah proses pengaturan tentang kewenangan dan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat dan satuan pendidikan agar pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. 36. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PNS adalah pegawai tetap yang diangkat sebagai pegawai negeri sipil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan. 37. Pegawai Tidak Tetap Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut Pegawai Tidak Tetap, adalah pegawai tidak tetap pada satuan pendidikan milik Pemerintah Daerah atau satuan pendidikan milik Yayasan, terdiri dari pendidik dan tenaga kependidikan, yang diangkat oleh Walikota berdasarkan ketetapan kontrak kerja. 38. Warga Masyarakat adalah penduduk Kota Batu, penduduk luar Kota Batu, dan warga negara asing yang tinggal di Kota Batu. 39. Masyarakat adalah kelompok warga masyarakat sambang non pemerintah yang mempunyai perhatian dan peran serta dalam bidang pendidikan. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 (1) Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Daerah ini mencakup: 1) Visi, Misi, Maksud, Dan Tujuan; 2) Penyelenggaraan Pendidikan;

3) Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 4) Hak Pendidik; 5) Kewajiban Pendidik; 6) Hubungan Pemerintah Daerah, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan; 7) Kurikulum; 8) Peserta Didik; 9) Kepala Sekolah/Madrasah; 10) Rekrutmen Kepala Sekolah/Madrasah; 11) Proses Pengangkatan Kepala Sekolah/Madrasah; 12) Masa Tugas Kepala Sekolah/Madrasah; 13) Tugas Kepala Satuan Pendidikan/Kepala Sekolah/Madrasah; 14) Penilaian Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah; 15) Pengawas Sekolah/Madrasah; 16) Mekanisme Pengangkatan Dan Masa Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah; 17) Tugas Pokok Pengawas Sekolah/Madrasah; 18) Fungsi, Wewenang, dan Hak Pengawas Sekolah/Madrasah; 19) Satuan Pendidikan; 20) Pendirian, Penggabungan dan Penghapusan Satuan Pendidikan; 21) Pendidikan Yang Diselenggarakan Masyarakat; 22) Pendidikan Yang Diselenggarakan Lembaga Pendidikan Asing; 23) Tata Cara dan Persyaratan Perizinan; 24) Akreditasi Sekolah/Madrasah; 25) Kerjasama Pendidikan; 26) Sarana dan Prasarana; 27) Standar pendidikan; 28) Standar Isi; 29) Standar Proses; 30) Kompetensi Lulusan; 31) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 32) Standar Sarana dan Prasarana; 33) Standar Pengelolaan; 34) Standar Pembiayaan; 35) Standar Penilaian Pendidikan; 36) Pengendalian Mutu; 37) Pendanaan Pendidikan; 38) Peran Serta Masyarakat; 39) Dewan Pendidikan; 40) Komite Sekolah; 41) Pembinaan, Tanggungjawab, dan Evaluasi; 42) Sanksi Administrasi; 43) Ketentuan Pidana;

44) Penyidikan. BAB III VISI, MISI, MAKSUD, DAN TUJUAN Pasal 3 Visi Pendidikan Daerah adalah terciptanya Pendidikan yang berkualitas, berkarakter, berkebangsaan, berwawasan global, dan terjangkau masyarakat dengan dukungan sumber daya manusia yang profesional, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pasal 4 Misi Pendidikan Daerah adalah: a. mewujudkan penyelenggaraan pendidikan di daerah yang memberikan jaminan bahwa setiap anak usia sekolah dapat menempuh pendidikan dasar 12 (dua belas) tahun terdiri dari 9 (sembilan) tahun pendidikan dasar dan 3 (tiga) tahun pendidikan menengah; b. mengupayakan partisipasi seluruh komponen masyarakat agar penyelenggaraan pendidikan di daerah memiliki standar kualitas yang tinggi dan terjangkau, sehingga mempunyai keunggulan kompetitif yang mempunyai daya saing tinggi; c. menciptakan keseimbangan antara kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial dan estetik. d. menciptakan sistem dan kebijakan pendidikan yang unggul; e. menciptakan atmosfer pendidikan yang kondusif; f. mengantisipasi dan menghilangkan berbagai pengaruh negatif yang dapat merusak citra pendidikan. Pasal 5 (1) Maksud adanya Peraturan Daerah tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan adalah sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan di Kota Batu. (2) Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Daerah adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas sebagaimana dimaksud dalam visi dan misi pendidikan daerah.

BAB IV PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Bagian Pertama Penyelenggaraan Pasal 6 (1) Penanggungjawab penyelenggaraan pendidikan di daerah adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di bidang pendidikan. (2) Pemerintah Daerah wajib menjamin terwujudnya layanan wajib belajar 12 (dua belas) tahun meliputi, Pendidikan Dasar 9 (sembilan) Tahun, dan Pendidikan Menengah 3 (tiga) tahun sesuai dengan standar pelayanan minimal. (3) Pelayanan program wajib belajar mengikut (4) sertakan semua satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Masyarakat. (5) Pemerintah Daerah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas bagi setiap peserta wajib belajar, serta memiliki tujuan memberikan pendidikan minimal bagi masyarakat untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar hidup mandiri atau melanjutkan pedidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagian Kedua Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pasal 7 (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2) Status kepegawaian pendidik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. pegawai negeri sipil; b. pegawai tidak tetap Pemerintah Daerah; c. pegawai tetap yayasan/badan hukum swasta lainnya; d. pegawai tidak tetap yayasan/badan hukum swasta lainnya.

(3) Pegawai tetap yayasan dan pegawai tidak tetap yayasan yang dimaksud pada ayat 2 huruf c dan huruf d adalah pegawai yang melaksanakan fungsi sebagai pendidik pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Masyarakat. (4) Pendidik dari unsur pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, diangkat oleh Pemerintah. (5) Penempatan pendidik sebagai pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, pada satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan peta kebutuhan pegawai pada tiap-tiap satuan pendidikan. (6) Penempatan pendidik sebagai pegawai negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, pada satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah. (7) Pengangkatan dan penempatan pendidik sebagai pegawai tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, pada satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah. (8) Pengangkatan dan penempatan pendidik sebagai pegawai tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidik dalam satuan pendidikan, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta pendidikan anak usia dini. (9) Pengangkatan pegawai tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dilakukan secara objektif dan transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (10) Pendidik yang diangkat oleh Pemerintah dapat ditempatkan pada jabatan struktural sesuai dengan peraturan perundang-undangn yang berlaku. (11) Pendidik pegawai tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b yang ditempatkan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah mendapat kesejahteraan sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah.

(12) Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, meliputi : a. kompetensi pedagogik; b. kompetensi kepribadian; c. kompetensi profesional; d. kompetensi sosial. Pasal 8 (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. (2) Kualifikasi dan kompetensi tenaga kependidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Status kepegawaian tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. pegawai negeri sipil; b. pegawai tidak tetap pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah; c. pegawai tetap yayasan/badan hukum swasta lainnya; d. pegawai tidak tetap yayasan/badan hukum swasta lainnya. (4) Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. (5) Pegawai sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) huruf c dan huruf d adalah pegawai yang melaksanakan tugas pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Masyarakat. (6) Tenaga kependidikan dari unsur pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, diangkat oleh Pemerintah. (7) Penempatan tenaga kependidikan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, pada satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah dilakukan oleh Pemerintah. (8) Penempatan tenaga kependidikan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, pada satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

(9) Pengangkatan dan penempatan tenaga kependidikan sebagai pegawai tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, pada satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah. (10) Pengangkatan dan penempatan tenaga kependidikan sebagai pegawai tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (9), dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dalam satuan pendidikan, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal. (11) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dilakukan secara objektif dan transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (12) Tenaga kependidikan yang diangkat oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah dapat ditempatkan pada jabatan struktural. (13) Bagi guru baru diwajibkan mengikuti program induksi sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Hak Pendidik Pasal 9 (1) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimal dan jaminan kesejahteraan sosial. (2) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. (3) Mendapatkan tunjangan sertifikasi bagi pendidik yan telah lulus uji sertifikasi. (4) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. (5) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasi.

(6) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugasnya. (7) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan ketentuan peraturan perundang-undangan. (8) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas. (9) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi selama tidak mengganggu tugas dan kewajibannya. (10) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan. (11) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi. (12) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi yang berkelanjutan dalam bidangnya. (13) Memperoleh tambahan penghasilan bagi pendidik yang melayani anak berkebutuhan khusus. (14) Mengenai ketentuan besaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud ayat (13) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Bagian Keempat Kewajiban Pendidik Pasal 10 (1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran termasuk pelaksanaan belajar yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. (2) Memberikan tauladan dan menjaga nama baik lembaga dan profesi. (3) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. (4) Memotivasi peserta didik melaksanakan waktu belajar di luar jam sekolah. (5) Memberikan keteladanan dan menciptakan budaya membaca dan budaya belajar.

(6) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. (7) Menjunjung tinggi peraturan perundangundangan, kode etik guru serta nilai-nilai agama, etika, dan moral. (8) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan. (9) Melaksanakan dan mengerjakan tugas profesi dan melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. (10) Wajib menjadi anggota organisasi profesi guru. Bagian Kelima Hubungan Pemerintah Daerah, Pendidik, Dan Tenaga Kependidikan Pasal 11 (1) Pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat atau lembaga pendidikan asing dilakukan oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama dan dibatasi jumlahnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat atau lembaga pendidikan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk. (3) Pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat atau lembaga pendidikan asing yang diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri memperoleh kompensasi finansial dari penyelenggara pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. (4) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan kepada penyelenggara pendidikan yang diselenggarakan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

(5) Satuan pendidikan lembaga pendidikan asing yang menggunakan pendidik dan tenaga kependidikan warga negara Indonesia wajib memberikan kesejahteraan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara yang bersangkutan yang dituangkan dalam perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. Bagian Keenam Kurikulum Pasal 12 (1) Kurikulum satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah berpedoman pada standar nasional pendidikan. (2) Kurikulum satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengandung muatan lokal. (3) Kurikulum Pendidikan bertaraf Internasional mengacu pada standar nasional pendidikan dengan merujuk pada pengujian standar internasional atau manajemen standar internasional. (4) Pengembangan Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan. (5) Pengembangan Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas. (6) Ketersediaan kurikulum pada setiap satuan pendidikan menjadi tanggung jawab penyelenggara pendidikan. Bagian Ketujuh Hak Peserta Didik Pasal 13 (1) Setiap peserta didik berhak mendapatkan jaminan pelayanan wajib belajar 12 (dua belas) tahun meliputi, Pendidikan Dasar 9 (sembilan) Tahun, dan Pendidikan Menengah 3 (tiga) tahun sesuai dengan standar pelayanan minimal. (2) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal berhak : a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama;

b. mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; c. mendapatkan beasiswa bagi siswa yang berprestasi dan/atau berasal dari keluarga tidak mampu; d. mendapatkan jaminan pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya dan berstatus penduduk Daerah; e. pindah program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara; f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan; g. mendapatkan bimbingan, pembelajaran, dan pelatihan secara layak minimal sesuai dengan standar nasional pendidikan; h. mengajukan saran dan berperan serta dalam usaha peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan. (3) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan nonformal berhak: a. mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; b. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan; c. mendapatkan bimbingan, pembelajaran, dan pelatihan secara layak minimal sesuai dengan standar nasional pendidikan; d. mengajukan saran dan berperan serta dalam usaha peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan. (4) Peserta didik berkebutuhan khusus berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan kekhususannya. (5) Peserta didik Warga Negara Indonesia yang belajar pada lembaga pendidikan asing yang diselenggarakan di Daerah berhak mendapatkan pendidikan agama yang dianutnya dan pendidikan kewarganegaraan.

(6) Syarat dan mekanisme memperoleh beasiswa dan jaminan pendidikan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d serta syarat dan mekanisme penerimaan peserta didik baru di tiap jenjang dan jalur pendidikan formal diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Bagian Kedelapan Kewajiban Peserta Didik Pasal 14 Peserta didik pada setiap satuan pendidikan berkewajiban: a. Mematuhi semua peraturan sekolah/madrasah; b. Menghormati pendidik dan tenaga kependidikan; c. menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan; d. memelihara suasana yang kondusif selama proses pembelajaran. BAB V PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Bagian Pertama Kriteria Pengangkatan Kepala Sekolah/Madrasah Pasal 15 (1) Kriteria umum menjadi Kepala Sekolah/Madrasah meliputi: a. berstatus sebagai guru; b. memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku; c. berusia setinggi-tinggi 56 (lima puluh enam) tahun pada waktu pengangkatan pertama sebagai kepala sekolah/madrasah; d. memiliki kepangkatan serendah-rendahnya III/c bagi guru pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi guru yang bukan PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang dibuktikan dengan SK impasing; e. memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan; f. lulus sertifikasi sesuai bidang;

g. memperoleh nilai baik sebagai guru dalam daftar penilaian prestasi pegawai (DP3) bagi PNS atau penilaian yang sejenis DP3 bagi bukan PNS dalam 2 (dua) tahun terakhir. (2) Kriteria untuk menjadi Kepala Sekolah PAUD/TK/RA meliputi: a. berstatus sebagai guru PAUD/TK/RA; b. memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1/D4 kependidikan; c. memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; d. memiliki pengalaman mengajar sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun di PAUD/TK/RA; e. memiliki masa kerja keseluruhan sekurangkurangnya 10 (sepuluh) tahun di PAUD/TK/RA; f. memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan kependidikan; g. memperoleh nilai baik sebagai guru dalam daftar penilaian prestasi pegawai (DP3) bagi PNS atau penilaian yang sejenis DP3 bagi bukan PNS dalam 2 (dua) tahun terakhir; h. lulus seleksi orientasi kepala sekolah yang dibukti dengan sertifikat; i. lulusan sertifikasi guru sesuai bidang. (3) Kriteria untuk menjadi Kepala Sekolah SD/MI meliputi: a. berstatus sebagai guru SD/MI; b. memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1/D4 kependiddikan; c. memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; d. memiliki pengalaman mengajar sekurangkurangnya 5 (lima) tahun di SD/MI; e. memiliki masa kerja keseluruhan sekurangkurangnya 10 (sepuluh) tahun di SD/MI; f. memiliki kepangkatan serendah-rendahnya III/c bagi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bagi guru yang bukan PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang dibuktikan dengan SK impasing; g. memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan; h. lulus seleksi orientasi kepala sekolah yang dibuktikan dengan sertifikat; i. lulus sertifikasi guru sesuai bidang.

(4) Kriteria untuk menjadi Kepala Sekolah SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK: a. pengalaman mengajar di SMP/MTs/SMA/MA/ SMK/MAK minimal 5 tahun menurut jenis dan jenjang sekolah/madrasah; b. memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1)/D4 kependidikan; c. khusus untuk kepala SMA/MA/SMK/MAK sederajat diutamakan memiliki kualifikasi pendidikan magister (S2) dari perguruan tinggi yang terakreditasi; d. memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku; e. berusia setinggi-tinggi 56 (lima puluh enam ) tahun pada waktu pengangkatan pertama sebagai kepala sekolah/madrasah memiliki kepangkatan serendah-rendahnya III/c bagi guru pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi guru yang bukan PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang dibuktikan dengan SK inpasing; f. memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan; g. lulus seleksi dan orientasi kepala sekolah yang dibuktikan dengan sertifikat; h. lulus seleksi orientasi kepala sekolah yang dibuktikan dengan sertifikat; i. memperoleh nilai baik sebagai guru dalam daftar penilaian prestasi pegawai (DP3) bagi PNS atau penilaian yang sejenis DP3 bagi bukan PNS dalam 2 (dua) tahun terakhir; j. lulus uji kepatutan (fit and proper test) oleh tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah. (5) Khusus untuk menjadi Kepala Sekolah SMK/MAK, selain memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (4) juga memenuhi kriteria: a. memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang hubungan kerja dengan dunia usaha dan/atau dunia industri; b. memiliki wawasan tentang unit produksi. Bagian Kedua Rekrutmen Kepala Sekolah/Madrasah Pasal 16 (1) Calon kepala sekolah/madrasah direkrut dari guru yang telah memenuhi kriteria umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.

(2) Calon kepala sekolah/madrasah direkrut melalui usulan kepala sekolah/madrasah oleh dan/atau pengawas yang bersangkutan ke dinas pendidikan kota dan/atau Kantor Kementerian Agama Kota sesuai dengan kewenangannya. (3) dinas pendidikan kota dan kantor kementerian agama kota sesuai dengan kewenangannya melakukan seleksi administratif dan akademik. (4) Seleksi administratif dilakukan melalui penilaian kelengkapan dokumen yang dikeluarkan oleh pihak berwenang sebagai bukti bahwa calon kepala sekolah/madrasah bersangkutan telah memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. (5) Seleksi akademik dilakukan melalui penilaian potensi kepemimpian, menejerial, dan penguasaan kompetensi kepala sekolah/madrasah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Proses Pengangkatan Kepala Sekolah/Madrasah Pasal 17 (1) Proses pengangkatan calon kepala sekolah/madrasah yang diselenggarakan oleh pemerintah harus lulus seleksi calon kepala sekolah/madrasah. (2) Seleksi calon kepala sekolah/madrasah dilakukan melalui penilaian akseptabilitas oleh tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah/ madrasah. (3) Kepala dinas membentuk tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah terdiri dari unsur pengawas sekolah, dewan pendidikan, dan dinas pendidikan ditetapkan oleh keputusan Walikota. (4) Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batu membentuk tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah terdiri dari unsur pengawas madrasah, dewan pendidikan, dan Kementerian Agama Kabupaten/Kota ditetapkan oleh keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batu. (5) Berdasarkan rekomendasi tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah/madrasah pemerintah daerah dan/atau kantor wilayah kementerian agama provinsi dan kota mengangkat kepala sekolah sesuai kewengannya.

(6) Kepala Dinas mengusulkan calon kepala sekolah berdasarkan rekomendasi tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah yang memenuhi persyaratan dan kompetensi kepada Walikota. (7) Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batu sesuai dengan kewenangan mengangkat kepala madrasah berdasarkan rekomendasi tim pertimbangan pengangkatan kepala madrasah dan rekomendasi kantor wilayah Kementerian Agama Kota Batu. (8) Pengangkatan dan penempatan calon Kepala Sekolah yang lulus seleksi ditetapkan dengan Keputusan Walikota. (9) Pengangkatan dan penempatan calon Kepala Madrasah yang lulus seleksi ditetapkan dengan keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batu. Bagian Kelima Masa Tugas Kepala Sekolah/Madrasah Pasal 18 (1) Kepala sekolah/madrasah diberi 1 (satu) kali masa tugas selama 4 (empat) tahun. (2) Masa tugas kepala sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali masa tugas apabila memiliki prestasi kerja minimal baik berdasarkan penilaian kinerja. (3) Guru yang melaksanakan tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah 2 (dua) kali masa tugas berturut-turut dapat ditugaskan kembali menjadi kepala sekolah/madrasah di sekolah/madrasah lain yang memiliki nilai akreditasi lebih rendah dari sekolah/madrasah sebelumnya, apabila : a. telah melewati tenggang waktu sekurangkurangnya 1 (satu) kali masa tugas; atau b. memiliki prestasi yang istimewa. (4) Prestasi yang istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b adalah memiliki nilai kinerja amat baik dan berprestasi di tingkat kabupaten/kota/provinsi/nasional. (5) Kepala sekolah/madrasah yang masa tugasnya berakhir, tetap melaksanakan tugas sebagai guru sesuai dengan jenjang jabatannya dan berkewajiban melaksanakan proses pembelajaran atau bimbingan dan konseling sesuai dengan ketentuan.

Bagian Keenam Tugas Kepala Satuan Pendidikan/ Kepala Sekolah/Madrasah Pasal 19 Tugas Kepala Satuan Pendidikan/Kepala Sekolah/Madrasah meliputi: a. memimpin satuan pendidikan; b. menyelenggarakan kegiatan pendidikan bermutu; c. melaksanakan supervisi pendidikan terhadap guru dan tenaga kependidikan; d. menyelenggarakan administrasi sekolah; e. merencanakan pengembangan, pemberdayaan, pendayagunaan, dan pemeliharaan sarana prasarana lingkungan di satuan pendidikan; f. meningkatkan mutu hasil pendidikan pada satuan pendidikan; g. menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketujuh Penilaian Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah Pasal 20 (1) Penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah dilakukan secara berkala setiap tahun. (2) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pengawas sekolah/madrasah dan guru senior. (3) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. usaha pengembangan sekolah/madrasah yang dilakukan selama menjabat kepala sekolah/madrasah; b. peningkatan kualitas sekolah/madrasah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan selama dibawah kepemimpinan yang bersangkutan; dan c. usaha pengembangan profesionalisme sebagai kepala sekolah/madrasah. (4) Hasil penilaian kinerja dikategorikan dalam tingkatan amat baik, baik, cukup, dan kurang. (5) Penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah dilaksanakan sesuai pedoman penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah.

BAB VI PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH DAN PENILIK Bagian Kesatu Kriteria Pengawas Sekolah/Madrasah Pasal 21 (1) Kriteria untuk menjadi pengawas TK/RA dan SD/MI meliputi: 1) berpendidikan minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan dari perguruan tinggi terakreditasi; 2) memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan; 3) berusia setinggi-tingginya 50 (lima puluh) tahun sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan berstatus sebagai guru sekurangkurang 8 (delapan) tahun, atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan jenjang pendidikan yang diawasi; 4) memiliki kepangkatan serendah-rendahnya penata, golongan ruang III/c; 5) memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan. (2) Kriteria untuk menjadi pengawas SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK meliputi: a. pendidikan minimum magister (S-2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S-1) dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi; b. memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan/atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas pada lembaga yang ditetapkan pemerintah; c. berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun, atau kepala sekolah sekurangkurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan jenjang pendidikan yang diawasi; d. memiliki kepangkatan serendah-rendahnya penata, golongan ruang III/c; e. memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan.

(3) Pengangkatan pengawas sekolah ditetapkan dengan keputusan Walikota sesuai dengan kewenangan. (4) Pengangkatan pengawas madrasah ditetapkan dengan keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batu. Bagian Kedua Tanggung Jawab, Wewenang, Dan Pengangkatan Pengawas Sekolah/Madrasah Dan Penilik Pasal 22 (1) Tanggung Jawab Pengawas Sekolah/Madrasah adalah: a. Melaksanakan pengawasan pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK/RA/SD/MI/SMP/MTs/SMA/ SMK/MA/MAK, rumpun mata pelajaran dan bimbingan konseling; dan b. Meningkatkan proses belajar mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. (2) Wewenang Pengawas Sekolah/Madrasah adalah: a. Memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi; dan b. Menentukan dan mengusulkan program pembinaan serta melaksanakan pembinaan. Pasal 23 (1) Tanggung Jawab Penilik adalah: a. Melaksanakan pengawasan terhadap lembaga penyelenggara program pendidikan nonformal; b. Meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan; c. Melaksanakan pemantauan dan bimbingan pada lembaga penyelenggara program pendidikan nonformal yang meliputi: 1) Program Pengembangan Anak Usia Dini; 2) Program Keaksaraan fungsional; 3) Program paket A setara SD; 4) Program paket B setara SMP;

5) Program paket C setara SMA; 6) Program kelompok belajar usaha; 7) Pembinaan kursus-kursus yang diselenggarakan oleh masyarakat; 8) Program pembinaan generasi muda; 9) Program keolahragaan; 10) Program taman baca masyarakat. d. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan bimbingan dalam rangka meningkatkan mutu keluaran. (2) Wewenang Penilik adalah: a. Memberi penilaian; b. Menentukan dan mengusulkan program pembinaan serta melaksanakan pembinaan. Bagian Ketiga Pengangkatan Pengawas Sekolah/Madrasah Dan Penilik Pasal 24 Pengangkatan Pengawas Sekolah dan Penilik dilakukan secara terbuka, obyektif, dan transparan oleh Walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII SATUAN PENDIDIKAN Bagian Kesatu Umum Pasal 25 (1) Satuan pendidikan dapat berbentuk formal, nonformal, dan pendidikan informal. (2) Satuan pendidikan dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, Masyarakat atau Lembaga Pendidikan Asing. (3) Satuan pendidikan berhak mendapatkan pembinaan oleh penyelenggara pendidikan dan Pemerintah Daerah. (4) Satuan pendidikan berkewajiban melayani peserta didik dengan menyelenggarakan kegiatan belajarmengajar atau pendidikan dan pelatihan.

(5) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah atau Masyarakat berkewajiban mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan yang meliputi pertanggungjawaban kurikulum, pengelolaan, kesiswaan, keuangan, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana-prasarana kepada Penyelenggara Pendidikan dengan tembusan kepada Walikota melalui Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berwenang di bidang pendidikan. (6) Penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. (7) Pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan di bidang keuangan yang berasal dari Pemerintah Daerah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan kepada Pemerintah Daerah. (8) Setiap satuan pendidikan wajib menyusun tata tertib yang disahkan oleh Kepala Dinas. (9) Tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (8) sekurang-kurangnya memuat: a. hak dan kewajiban peserta didik; b. waktu kegiatan belajar-mengajar; c. pakaian sekolah; d. penghargaan atas keberhasilan; e. sanksi atas pelanggaran. (10) Tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditetapkan oleh kepala sekolah melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan masukan komite sekolah dan peserta didik. Bagian Kedua Bentuk Satuan Pendidikan Pasal 26 (1) Bentuk satuan pendidikan meliputi: a. Pendidikan anak usia dini; b. Pendidikan dasar; c. Pendidikan menengah; d. Pendidikan khusus dan layanan khusus; e. Pendidikan layanan luar sekolah.

(2) Pendidikan anak usia dini, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal. (3) Pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk jalur nonformal ditujukan kepada anak dengan usia 2 (dua) sampai dengan 6 (enam) tahun terdiri dari: a. tempat pentipan anak (TPA); b. kelompok bermain (KOBER). (4) Pendidikan anak usia dini, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk jalur formal ditujukan kepada anak dengan usia 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) tahun terdiri dari : a. taman kanak-kanak (TK); b. raudhatul athfal (RA); c. bentuk lain yang sederajat. (5) satuan pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a bukan merupakan persyaratan wajib untuk memasuki pendidikan dasar. (6) penyelenggaraan pendidikan anak usia dini wajib memenuhi standar pelayanan minimal penyelenggaraan pendidikan. Pasal 27 (1) Satuan pendidikan dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (1) huruf b terdiri dari pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan 6 (enam) tahun dan 3 (tiga) tahun. (2) Satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan dasar 6 (enam) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Sekolah Dasar (SD); b. Madrasah Ibtidaiyah (MI); dan c. Bentuk lain yang sederajat. (3) Satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan dasar 3 (tiga) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Sekolah menengah pertama (SMP); b. Madrasah tsanawiyah (MTs); dan c. Bentuk lain yang sederajat. Pasal 28 Satuan pendidikan menengah sebagaimana dimaksud pada pasal 26 ayat (1) huruf c menyelenggarakan program 3 (tiga) tahun terdiri dari: