PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIOTA AKUATIK* PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BIOLOGI AIR METODA PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA: (2 K) Drs. Wisnu Wardhana, M.Si.

PELATIHAN PENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN METODA PRAKIRAAN DAMPAK DAN PENGELOLAANYA PADA KOMPONEN BIOTA AKUATIK. Oleh : Wisnu Wardhana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu pada posisi antara 2 o 02-2 o LU dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan

KEANEKARAGAMAN SERANGGA AIR SEBAGAI PENDUGA KUALITAS PERAIRAN PADA SUNGAI MARON DAN SUNGAI SEMPUR, SELOLIMAN, TRAWAS, MOJOKERTO SKRIPSI

Struktur Komunitas Makrozoobentos dan Penilaian Kualitas Sungai di Sungai Cengek Bagian Hulu, Desa Payaman, Kota Salatiga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah, dan gunung es.

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN GUNUNG CIREMAI JALUR PENDAKIAN PALUTUNGAN

Agus Sutanto Purwasih

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu perairan lentic (tenang) dan perairan lotic (perairan berarus deras)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ekosistem air laut. Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak

STUDI KUALITAS AIR SUNGAI BONE DENGAN METODE BIOMONITORING (Suatu Penelitian Deskriptif yang Dilakukan di Sungai Bone)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

PENGGUNAAN KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI METRO, MALANG, JAWA TIMUR ABDUL MANAN

3. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Organisme makrozoobenthos

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi. kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan hidup yang didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik

POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2

BIOASSESSMENT KUALITAS AIR SUNGAI REJOSO DI KECAMATAN REJOSO PASURUAN DENGAN MAKROINVERTEBRATA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

1 Jurnal Lingkungan dan Pembangunan, UI, Jakarta 22 (1) (Terakreditasi)

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Makroinvertebrata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keanekaragaman Makroinvertebrata Air Pada Vegetasi Riparian

Nilai fisikokimia perairan

PENILAIAN KUALITAS SUNGAI PESANGGRAHAN DARI BAGIAN HULU (BOGOR, JAWA BARAT) HINGGA BAGIAN HILIR (KEMBANGAN, DKI JAKARTA) BERDASARKAN INDEKS BIOTIK

TINJAUAN PUSTAKA. diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi

PENGUKURAN TINGKAT PENCEMARAN SUMBER MATA AIR YANG TERDAPAT DI KOTA KEDIRI MENGGUNAKAN PARAMETER ORGANISME MAKROZOOBENTOS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

bentos (Anwar, dkk., 1980).

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

PANDUAN BIOTILIK. UNTUK PEMANTAUAN KESEHATAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Selamatkan Sungai Kita Sekarang. Arah aliran air 1.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

PANDUAN BIOTILIK. UNTUK PEMANTAUAN KESEHATAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Selamatkan Sungai Kita Sekarang. Arah aliran air.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

MAKROINVERTEBRATA SEBAGAI BIOINDIKATOR PENGAMATAN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUALITAS PERAIRAN SUNGAI KUNDUR BERDASARKAN MAKROZOOBENTOS MELALUI PENDEKATAN BIOTIC INDEX DAN BIOTILIK

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

2.2. Struktur Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kendal merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang secara geografis

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

komponen ekosistem yang lain (Asdak, 2002). Sungai Tutupan dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai penunjang kehidupan mereka, seperti sumber air, ke

VI. INDIKATOR BIOLOGIK KUALITAS AIR

I. PENDAHULUAN. sehingga menghasilkan komunitas yang khas (Pritchard, 1967).

baik dalam kegiatan rumah tangga ataupun industri adalah sungai. Hal tersebut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN INTERTIDAL BUKIT PIATU KIJANG, KABUPATEN BINTAN

TINJAUAN PUSTAKA. peranpenting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008).

KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGI PERAIRAN SUNGAI CILIWUNG. Oleh : DADAN RIDWAN C

TINJAUAN PUSTAKA. hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari

STATUS MAKRO INVERTEBRATA PADA PERAIRAN DAS CITARUM HULU YANG TERCEMAR

Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel

BAB I PENDAHULUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang

Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

Kelimpahan Populasi dan Pola Distribusi Remis (Corbicula sp) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin

Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO)

Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Insects dan Arachnids

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI TALAWAAN MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan sangat

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

Diah Ari Dwitawati, Biomonitoring kualitas air...

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir (lotik) dan mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN-LAMPIRAN Rhynchobdellida Glossiphoniidae

BAB III METODE PENELITIAN

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

MAKROZOOBENTOS SEBAGAI BIOINDIKATOR UNTUK MENGEVALUASI KUALITAS AIR IRIGASI PERTANIAN DI KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PASURUAN SKRIPSI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

Transkripsi:

PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIOTA AKUATIK* oleh: Wisnu Wardhana Jurusan Biologi FMIPA-UI, Depok 16424 PENDAHULUAN Baik buruknya suatu perairan dipengaruhi oleh kegiatan di sekitarnya. Sering kali kegiatan yang ada dapat penurunkan kualitas air yang pada akhirnya akan mengganggu kehidupan biota air. Banyak cara yang digunakan untuk memantau kualitas air, baik secara kimia, fisika, atau biologis. Hasil pengukuran kualitas air secara kimia dan fisika bersifat terbatas dan kurang memungkinkan untuk memantau seluruh perubahan variabel yang berkaitan dengan kehidupan akuatik dan kondisi ekologi. Selain itu cara tersebut memerlukan banyak bahan kimia dan peralatan serta tenaga yang sangat terlatih sehingga penerapannya menjadi tidak praktis dan mahal, apalagi hasil yang didapat sering berbeda jika metode yang digunakan juga berbeda. Untuk mengatasi ketidak praktisan pengukuran kualitas air secara kimia dan fisika dapat digunakan biota air sebagai penentu kualitas air. Cara biologis -- dalam bentuk indeks -- sebagai penentu kualitas air telah dikembangkan dan banyak digunakan di berbagai negara maju. Dari sekitar 100 sistem indeks, 60% diantaranya adalah indeks biotik, 30% indeks keragaman, dan 10% indeks saprobik (De Pauw dkk., 1992 lihat Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998). Selain praktis, penentuan kualitas air dengan metode indeks biotik mudah dikerjakan dan tidak memerlukan tingkat ketrampilan yang tinggi. Makalah ini membahas dan memberikan gambaran mengenai metoda sederhana untuk memantau kualitas perairan melalui bioindikator yang diformulasikan ke dalam indeks biotik. Diharapkan dengan mengetahui nilai indeks biotik di suatu perairan, terutama sungai, dapat diketahui atau paling tidak dapat ditentukan kondisi peraiaran tersebut. Hasil yang diperoleh barangkali dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam menentukan suatu kegiatan di sekitar periran. BIOTA AKUATIK SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN Pada dasarnya yang dimaksud dengan biota akuatik adalah kelompok organisme, baik hewan atau tumbuhan yang sebagian atau seluruh hidupnya berada pada perairan. Kelompok organisma tersebut dapat bersifat bentik, perifitik, atau berenang bebas. Biota bentik umumnya hidup pada dasar perairan; perifitik hidup pada permukaan tumbuhan, tongkat, batu, atau substrat lain yang berada di dalam air. ----------------------------------------------------------------------------- *) Disampaikan pada Pelatihan Monitoring Biologi Bagi Pengelola Taman Nasional Gunung Halimun, Stasiun Penelitian Cikaniki TNGH, 5-10 April 1999 1

Biota bentik maupun perifitik umumnya mempunyai ukuran yang beragam, dari beberapa mikron sampai beberapa sentimeter. Yang dimaksud dengan biota bentik maupun perifitik dalam kegunaannya sebagai bioindikator adalah kelompok hewan. Kelompok tersebut sebagian besar tergolong avertebrata (hewan tidak bertulang belakang) yang umumnya terdiri atas (Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998): larva Plecoptera (lalat batu), larva Trichoptera (pita-pita), larva Ephemeroptera (lalat sehari), Platyhelminthes (cacing pipih), larva Odonata (kini-kini), Crustacea (udang), Gastropoda (siput), Bivalvia (kerang), larva Hemiptera (kepik), Coleoptera (kumbang), Hirudinea (lintah), Oligochaeta (cacing), dan larva Diptera (nyamuk,lalat). Sebagai bioindikator cemaran organik kelompok hewan avertebrata, terutama yang berukuran makroskopis memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan organisma lainnya. Kelompok ini relatif hidup menetap dalam waktu yang cukup lama pada berbagai kondisi air. Beberapa jenis diantaranya dapat memberikan tanggapan terhadap perubahan kualitas air sehingga dapat memberikan petunjuk terjadinya pencemaran. Selain itu hewan bentik relatif mudah dikoleksi dan diidentifikasi. Keberadaan hewan avertebrata bentik tentunya sangat dipengaruhi oleh faktor perairan, terutama fisika, kimia, dan biologis. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi sebaran dan jumlah hewan per satuan luas tertentu. Waktu yang berkaitan dengan musim juga turut berpengaruh terhadap keberadaan hewan tersebut, hal ini terutama jika dikaitkan dengan siklus hidupnya. Seluruh faktor-faktor tersebut diatas dapat menjadi faktor pembatas dalam penggunaan hewan avertebrata bentik sebagai bioindikator. INDEKS BIOTIK Pada dasarnya indeks biotik merupakan nilai dalam bentuk skoring yang dibuat atas dasar tingkat toleransi organisma atau kelompok organisma terhadap cemaran. Indeks tersebut juga memperhitungkan keragaman organisma dengan mempertimbangkan kelompok-kelompok tertentu dalam kaitannya dengan tingkat pencemaran (Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998). Nilai indeks dari suatu lokasi dapat diketahui dengan menghitung nilai skoring dari semua kelompok hewan yang ada dalam sampel. Seperti yang telah dikemukakan, indeks biotik telah dikembangkan di negaranegara maju terutama di Eropa (Atkin & Birch, 1991). Salah satu metoda adalah Biological Monitoring Working Party-Average Score Per Taxon (BMWP-ASPT) yang dikembangkan di Inggris (Armitage dkk., 1983 lihat Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998). Sistem tersebut mengelompokkan atau membagi biota bentik menjadi 10 tingkatan berdasarkan kemampuannya dalam merespon cemaran di habitatnya. Pada tabel satu diperlihatkan satu contoh nilai indeks biotik BMWP-ASPT yang disederhanakan berdasarkan contoh umum dari kelompok biota bentik perairan sungai di daerah tropik. 2

Tabel 1. Nilai skoring indeks biotik dengan metode BMSP-ASPT Kelompok Organisma Skor Crustaceae (udang galah), Ephemeroptera (larva lalat sehari penggali), 10 Plecoptera (larva lalat batu) Gastropoda (limpet air tawar), Odonata (kini-kini), 8 Trichoptera (larva pita-pita berumah), 7 Bivalvia (kijing), Crustaceae (udang air tawar); Ephemeroptera (larva lalat 6 sehari perenang), Odonata (larva sibar-sibar), Diptera (larva lalat hitam), Coleoptera (kalajengking air, kumbang air), 5 Trichoptera (larva pita-pita tak berumah), Hemiptera (kepik perenang punggung, ulir-ulir,) Platyhelminthes (cacing pipih), Arachnida (tugau air), 4 Hirudinea (lintah), Gastropoda (siput), Bivalvia (kerang), Gamaridae (kutu 3 babi air), Syrphidae (belatung ekor tikus) Chironomidae (larva nyamuk) 2 Oligochaeta (cacing) 1 Di Indonesia pemakaian indeks biotik untuk menilai kualitas air masih sangat terbatas. Trihadiningrum (1995 lihat Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998) telah berhasil menyusun klasifikasi makroinvertebrata berdasarkan beban cemaran. Pengelompokkan biota didasrakan atas kelimpahan jenis tertinggi yang dijumpai pada tingkat kualitas air tertentu. Atas dasar tersebut kualitas air sungai dapat dibagi menjadi 6 kelas tingkat cemaran (tabel 2). Tabel 2. Makroinvertebrata indikator untuk menilai kualitas air Tingkat Cemaran Makrozoobentos Indikator 1. Tidak tercemar Trichoptera (Sericosmatidae, Lepidosmatidae, Glossosomatidae); Planaria 2. Tercemar ringan Plecoptera (Perlidae, Peleodidae); Ephemeroptera (Leptophlebiidae, Pseudocloeon, Ecdyonuridae, Caebidae); Trichoptera (Hydropschydae, Psychomyidae); Odonanta (Gomphidae, Plarycnematidae, Agriidae, Aeshnidae); Coleoptera (Elminthidae) 3. Tercemar sedang Mollusca (Pulmonata, Bivalvia); Crustacea (Gammaridae); Odonanta (Libellulidae, Cordulidae) 4. Tercemar Hirudinea (Glossiphonidae, Hirudidae); Hemiptera 5. Tercemar agak berat Oligochaeta (ubificidae); Diptera (Chironomus thummiplumosus); Syrphidae 6. Sangat tercemar Tidak terdapat makrozoobentos. Besar kemungkinan dijumpai lapisan bakteri yang sangat toleran terhadap limbah organik (Sphaerotilus) di permukaan Sumber: Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998 dengan penyederhanan. 3

METODOLOGI A. Penentuan Lokasi Sampling Penentuan lokasi sangat penting oleh karena sampel hewan yang diperoleh akan digunakan sebagai indikator cemaran. Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan sumber cemaran dan titik sampling harus tidak terganggu oleh akibat aktivitas manusia. B. Cara Koleksi dan Identifikasi Cara mengoleksi hewan avertebrata bentik sangat mudah dengan peralatan yang sederhana. Pada perairan dangkal hewan dapat diambil dengan jaring tangan atau jala Subber, sedangkan untuk perairan yang dalam hewan diambil dengan bantuan dredge. Sampel hewan yang diperoleh disaring dengan saringan berukuran 0,5 mm untuk memisahkan lumpur. Hewan yang diperoleh disimpan dalam botol sampel,diberi alkohol 70%, dan label. Label pada botol sampel paling tidak harus memuat keterangan tentang lokasi pengambilan, tanggal, siapa yang mengoleksi, dan keterangan lain yang dianggap perlu misalnya cuaca. Seluruh sampel yang diperoleh dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dan dihitung jumlah jenisnya. Identifikasi dan penghitungan dilakukan dibawah kaca pembesar atau mikroskop dengan bantuan pinset pada cawan atau baki. Data hasil identifikasi dan penghitungan ditabulasi dalam data sheet untuk dianalisis lebih lanjut. C. ANALISIS DATA Berdasarkan tabel 1, nilai indeks biotik dapat diperoleh dengan cara merataratakan seluruh jumlah nilai skoring dari masing-masing kelompok biota yang diperoleh. Nilai indeks akan berkisar antara 0 -- 10 dan sangat bervariasi bergantung pada musim. Semakin tinggi nilai yang diperoleh akan semakin rendah tingkat cemaran yang ada. Sebagai cacatan, bahwa nilai indeks yang terdapat pada tabel tersebut hanya dapat digunakan untuk perairan sungai dan tidak dapat dibandingkan dengan tipe perairan lain. Namun demikian nilai tersebut dapat digunakan sebagai pembanding antar berbagai lokasi dalam satu tipe perairan sungai. Kualitas air sungai dapat dinilai berdasarkan tabel 2 dengan ketentuan sebagai berikut (Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998): 1. Air sungai akan tergolong tidak tercemar, jika dan hanya jika terdapat Trichoptera (Sericosmatidae, Lepidosmatidae, Glossosomatidae) dan Planaria, tanpa kehadiran jenis indikator yang terdapat pada kelas 2-6. 2. Air sungai tergolong agak tercemar, tercemar ringan, tercemar, tercemar agak berat dan sangat tercemar, bila terdapat salah satu atau campuran jenis makroinvertebrata indikator yang terdapat dalam kelompok kelas masing-masing. 3. Apabila makroinvertebrata terdiri atas campuran antara indikator dari kelas-kelas yang berlainan, maka berlaku ketentuan berikut: a. Air sungai dikategorikan sebagai agak tercemar apabila terdapat campuran organisma indikator dari kelas 1 & 2, atau dari kelas 1, 2, & 3. b. Air sungai dikategorikan tercemar ringan apabila terdapat campuran organisma indikator dari kelas 2 & 3, atau dari kelas 2, 3, & 4. c. Air sungai dikategorikan sebagai tercemar apabila terdapat campuran organisma indikator dari kelas 3 & 4, atau dari kelas 3, 4, & 5. d. Air sungai dikategorikan sebagai sangat tercemar apabila terdapat campuran organisma indikator dari kelas 4 & 5. 4

DAFTAR ACUAN Atkin, D. & P. Birch. 1991. The aplication of biological monitoring to urban stream: A system designed for environment health professionals. Dalam Jeffrey, D.W. & B. Madden (eds). 1991. Bioindicators and environmental management. Academic Press, London: 127-134 Trihadiningrum, Y. & I. Tjondronegoro. 1998. Makroinvertebrata sebagai bioindikator pencemaran badan air tawar di Indonesia: Siapkah kita?. Lingkungan & Pembangunan 18(1): 45 60 5

Lembar kerja NILAI INDEK BIOTIK Nama Sungai: Tanggal : Habitat : Pencatat : No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kelompok Organisma Jumlah Rata-rata Skor Keterangan: 6

KELOMPOK HEWAN AVERTEBRATA AIR TAWAR 7