QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR KEPADA KOPERASI PRIMA JASA

BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN LANDAK PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 10 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG. c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b diatas, maka perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 6 TAHUN 2014

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SELATAN KEPADA PT. BANK ACEH

PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR: 5 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 06 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PADA PIHAK KETIGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

BUPATI ACEH TENGAH RANCANGAN PERATURAN BUPATI ACEH TENGAH NOMOR TAHUN 2015

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI E.5

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

DAERAH NOMOR TENTA ANG. peningkatann masyarakat, dalam. Daerah; Pasal 71. dengan Peraturan. dan. tentang. Lembaran. yang. Lembaran Negara.

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI SINJAI NOMOR... TAHUN... TENTANG

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

- 2 - Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013 NOMOR 5

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI SINJAI NOMOR... TAHUN... TENTANG

BUPATI NGANJUK NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR KEPADA PT. ACEH TIMUR ENERGI DAN MINERAL

QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH TAHUN ANGGARAN

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN BLORA PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT

B U P A T I W O N O S O B O PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 1993 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG PADA PIHAK KETIGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BOMBANA PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PADA PIHAK KETIGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN ACEH TIMUR

WALIKOTA LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

- 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN

- 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA PEMERINTAH DAERAH

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN ANGGARAN 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 3 TAHUN 2013

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 8 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KOTA CILEGON

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2016

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0076

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 2 TAHUN

Transkripsi:

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah, diperlukan upaya untuk meningkatkan sumber pendapatan daerah melalui penyertaan modal daerah pada pihak ketiga; Mengingat : 1. b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk qanun Kabupaten Aceh Tengah tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Pihak Ketiga. Undang-Undang Nomor 7 (drt) Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1107) Jo. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1974 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3034); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 4.Undang-Undang...

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633 ); 11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 12. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 14.Peraturan Pemerintah...

14. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3505); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tatacara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694); 25.Qanun.

25. Qanun Aceh Nomor 5 tahun 2011 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun (Lembaran Aceh tahun 2013 Nomor 10); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Aceh Tengah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Tengah; 27. Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Aceh Tengah Nomor 5 Tahun 1996 tentang Perusahaan Daerah Pembangunan Tanoh Gayo Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Tengah; 28. Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 14 Tahun 2008 tentang Pembentukan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah Renggali Kabupaten Aceh Tengah; 29. Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TENGAH dan BUPATI ACEH TENGAH MEMUTUSKAN : Menetapkan : QANUN TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam qanun ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Aceh Tengah; 2. Pemerintahan kabupaten adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing; 3. Pemerintah kabupaten adalah Bupati dan Perangkat Kabupaten sebagai unsur penyelenggara pemerintah kabupaten; 4. Bupati adalah Bupati Aceh Tengah; 5. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten yang selanjutnya disebut DPRK adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Tengah; 6. Peraturan Bupati adalah peraturan lanjutan dari qanun kabupaten yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat; 7. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten atau perolehan lainnya yang sah; 8.Badan Usaha.

8. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah Perusahaan Daerah dan badan hukum lainnya dari usaha milik daerah yang meliputi Perseroan Terbatas Bank Aceh ( PT.Bank Aceh), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Perusahaan Daerah Pembangunan Tanoh Gayo, Perusahaan Daerah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Renggali dan bentuk Perusahaan Daerah Lainnya; 9. Modal Daerah adalah kekayaan daerah yang belum dipisahkan baik berwujud uang maupun barang yang dapat dinilai dengan uang seperti tanah, bangunan, mesin-mesin, inventaris, surat-surat berharga, fasilitas dan hak-hak lainnya; 10. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah pengalihan kepemilikan kekayaan daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal Pemerintah Kabupaten pada Pihak Ketiga; 11. Pihak Ketiga adalah Kementerian/Lembaga Non Kementerian atau sebutan lain, Perusahaan swasta, Perusahaan swasta yang berbadan Hukum, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Yayasan dan lembaga di dalam negeri lainnya yang berbadan hukum; 12. Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya; 13. Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang modalnya untuk seluruhnya atau sebagian berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan; 14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten yang selanjutnya disingkat APBK adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Kabupaten yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Kabupaten dan DPRK dan ditetapkan dengan qanun Kabupaten. BAB II MAKSUD, TUJUAN DAN PRINSIP Pasal 2 Maksud penyertaan modal daerah adalah untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan daerah dan atau badan hukum lainnya sehingga mampu tumbuh dan berkembang serta memiliki dayasaing. Pasal 3 Penyertaan modal daerah pada Pihak Ketiga bertujuan untuk meningkatkan : a. sumber pendapatan asli daerah; b. pertumbuhan ekonomi; c. pendapatan masyarakat; d. penyerapan tenaga kerja Pasal 4..

Pasal 4 Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3, penyertaan modal dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip: a. ekonomis; b. transparan; c. akuntabel; BAB III BENTUK PENYERTAAN MODAL DAERAH Pasal 5 (1) Penyertaan modal daerah pada pihak ketiga dapat dilaksanakan melalui : a. pendirian perusahaan; b. pembelian saham; c. kontrak; d. penambahan modal pada badan usaha milik daerah. (2) Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi : a. kontrak manajemen; b. kontrak produksi; c. kontrak bagi keuntungan; d. kontrak bagi hasil usaha; e. kontrak bagi tempat usaha. Pasal 6 (1) Penyertaan modal daerah dapat diberikan pada pihak ketiga. (2) Penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa uang dan/atau barang milik daerah yang dapat dinilai dengan uang. Pasal 7 Sumber dana penyertaan modal dapat berasal dari : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten. BAB IV PENYERTAAN MODAL PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH Pasal 8 Penyertaan modal daerah pada Badan Usaha Milik Daerah meliputi : a. PT. Bank Aceh; b. PT. BPRS Renggali Takengon; c. PDAM Tirta Tawar; d. PD. Pembangunan Tanoh Gayo; Pasal 9 (1) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dapat diberikan maksimal sebesar Rp. 30.000.000.000,- (tiga puluh milyar rupiah). (2)Penyertaan.

(2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dapat diberikan maksimal sebesar Rp. 18.000.000.000,- (delapan belas milyar rupiah). (3) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c dapat diberikan maksimal sebesar Rp. 20.000.000.000,- (dua puluh milyar rupiah). (4) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d dapat diberikan maksimal sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah). Pasal 10 (1) Besaran penyaluran penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) dilaksanakan secara bertahap dan diatur dengan Peraturan Bupati. (2) Penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah ditetapkan dalam APBK tahun berkenaan. BAB V HASIL USAHA Pasal 11 (1) Bagian laba dari pelaksanaan penyertaan modal daerah pada pihak ketiga yang menjadi hak Pemerintah Kabupaten disetorkan ke rekening Kas umum Daerah. (2) Laba hak pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi penerimaan daerah pada tahun anggaran berikutnya. BAB VI AKUNTANSI,PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 12 Akuntansi pengelolaan, pelaporan dan pertanggungjawaban penyertaan modal daerah dilaksanakan oleh pihak ketiga sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 13 (1) Pelaporan dan pertanggungjawaban pada penyertaan modal harus disampaikan pihak ketiga kepada Bupati secara periodik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pelaporan dan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain memuat dana penyertaan modal juga memuat dana-dana lainnya yang dikelola pihak ketiga. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN Pasal 14 (1) Bupati melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan penyertaan modal. (2)Dalam

(2) Dalam melakukan pembinaan dan pengendalian sebagimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dibantu oleh Sekretaris Daerah dan dinas teknis terkait (3) Ketentuan mengenai pembinaan dan pengendalian terhadap penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai ketentuan perundang-undangan. Pasal 14 Bupati dapat menunjuk pejabat yang akan mewakili Pemerintah Kabupaten untuk mengikuti pelaksanaan kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi hasil tempat usaha. Pasal 15 Pejabat yang ditunjuk mewakili Pemerintah Daerah, sehubungan dengan penyertaan modal daerah pada pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada bupati setiap (enam) bulan sekali. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 16 Semua penyertaan modal daerah pada pihak ketiga yang telah ada sebelum qanun ini berlaku, tetap dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan qanun ini. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Hal-hal yang belum diatur dalam qanun ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 18 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan qanun ini dengan penempatannya dalam lembaran daerah. Diundangkan di Takengon pada tanggal Desember 2012 Sekretaris Daerah, Dto Drs.H.TAUFIK,MM Pembina Utama Madya Nip. 19550812 197512 1 001 Disahkan di Takengon pada tanggal Desember 2013 BUPATI ACEH TENGAH, Dto NASARUDDIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2013 NOMOR 64 Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum Dto MURSIDI.M.SALEH,S.H,MM Nip.19681209 199403 1 006

PENJELASAN ATAS QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA I. UMUM Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab serta untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah, diperlukan upaya-upaya dan usaha-usaha untuk memupuk sumber pendapatan daerah. Berdasarkan Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, dinyatakan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari : a. hasil pajak daerah; b. hasil retribusi daerah; c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,dan d. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Oleh karena itu pemerintah kabupaten menganggap perlu mengadakan usaha-usaha guna menambah sumber-sumber pendapatan daerah. Sesuai perkembangan saat ini, usaha-usaha yang lebih tepat dan memungkinkan serta dapat diandalkan untuk menambah sumber pendapatan asli daerah tersebut bila pengusahaannya dikelola dengan prinsip ekonomi, salah satu alternatif usaha tersebut antara lain dengan penyertaan modal daerah pada pihak ketiga dimana dalam kerjasama tersebut pemerintah daerah harus melakukan penelitian secara seksama terhadap pihak-pihak yang diikutsertakan dalam penyertaan modal daerah tersebut. Usaha peyertaan modal daerah tersebut dapat dilakukan dengan cara : a. pembelian saham dari Perseroan Terbatas (PT) yang telah berbadan hukum; b. penyertaan modal daerah pada Badan Usaha milik Daerah; c. Kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha. Sehingga perlu diatur tatacara pelaksanaan, pengelolaan, pembinaan dan pengawasan dengan qanun yang berlandaskan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, sekaligus merupakan landasan hukum bagi setiap usaha penyertaan modal daerah pada pihak ketiga. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu membentuk qanun tentang penyertaan modal pada pihak ketiga. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3...

Pasal 3 Pasal 4 Huruf a Yang dimaksud dengan prinsip ekonomis adalah pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah. Huruf b Yang dimaksud dengan prinsip transparan adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. Huruf c Yang dimaksud dengan prinsip akuntabel adalah perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pasal 5 Ayat (1) Huruf a Perseroan Terbatas (PT) disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama dalam bentuk perusahaan dengan modal yang terbagi atas beberapa saham yang dapat dimiliki oleh Pemerintah atau pihak ketiga sebanyak satu saham atau lebih. Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Ayat (2) Huruf a Kontrak manajemen yaitu daerah mempunyai modal dalam bentuk barang untuk usaha komersil sedang pengelolaannya dilakukan oleh pihak ketiga, dengan ketentuan bahwa pihak ketiga akan menerima imbalan atas jasanya yang diperhitungkan dari hasil usaha dimaksud dan hal itu dituangkan dalam naskah perjanjian. Huruf b Kontrak produksi yaitu daerah mempunyai modal dalam bentuk barang untuk suatu usaha komersil sedang pengelolaannya oleh pihak ketiga dengan ketentuan antara lain : a. pihak ketiga menyediakan modal investasi dan/atau modal kerja; b. pihak ketiga diwajibkan membayar sejumlah uang (royalty) kepada Pemerintah Kabupaten sesuai dengan perjanjian; c. untuk rugi dalam berusaha menjadi tanggung jawab pihak ketiga. Huruf c

Huruf c Kontrak bagi keuntungan yaitu daerah mempunyai modal dalam bentuk barang dan/atau hak atas barang usaha komersil sedang pengelolaannya dilakukan oleh pihak ketiga, dengan ketentuan antara lain : a. pihak ketiga harus menyediakan modal investasi dan/atau modal kerja; b. kelancaran jalannya usaha menjadi tanggung jawab pihak ketiga; c. hasil usaha dan/atau keuntungan antara pihak Pemerintah Kabupaten dengan pihak ketiga sesuai dengan prosentasi yang ditetapkan dalam perjanjian. Huruf d Kontrak bagi hasil usaha pihak ketiga menginvestasikan terlebih dahulu modal/peralatan dan lain-lain sarana yang diperlukan, sehingga usaha yang dimaksud mampu berproduksi dan beroperasi dengan ketentuan : a. pengelolaan usaha dilakukan oleh pihak Pemerintah Kabupaten; b. hasil usaha yang berupa barang-barang produksi dibagi antara pihak Pemerintah Kabupaten dan Pihak ketiga dengan prosentasi yang ditetapkan dalam perjanjian. Huruf e Kontrak bagi tempat usaha yaitu daerah mempunyai sebidang tanah yang berstatus Hak Pengelolaan (HPL) dan memungkinkan untuk mendirikan tempat usaha, sedang untuk membangun diserahkan kepada pihak ketiga dengan persyaratan yang saling menguntungkan dengan ketentuan: a. semua biaya penyelesaian bangunan tempat usaha dimaksud menjadi tanggungjawab pihak ketiga; b. sebagian dari tempat usaha yang sudah dibangun dimanfaatkan atau dikelola oleh pihak ketiga sedang yang sebagian lainnya dimanfaatkan dan/atau ditentukan statusnya oleh Pemerintah Kabupaten; c. atas bangunan yang dibangun oleh pihak ketiga tersebut diberikan sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) diatas tanah HPL; d. bangunan yang dibangun tersebut masuk dalam investasi daerah; e. kepada pihak ketiga diberikan wewenang penuh untuk mengelola bagian gedung tersebut seumur Hak Guna Bangunan yang diberikan; f. seluruh bangunan tersebut menjadi milik daerah setelah berakhirnya Hak Guna Bangunan yang bersangkut. Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8.

Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Pasal 18 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2013 NOMOR 13