PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PADA PIHAK KETIGA

dokumen-dokumen yang mirip
TENTANG. c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b diatas, maka perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN LANDAK PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 1993 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 31 TAHUN 2000 SERI B NOMOR SERI 10

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 12 TAHUN 2001

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 1993 SERI D NO. 2

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

TAHUN 2003 NOMOR 18 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

KABUPATEN BUTON UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 10 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 06 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 5 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DAN DEPOSITO PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 2

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 3 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016

BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 2 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 11 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 14 TAHUN 2005 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROPINSI RIAU NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

- 2 - Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BANK JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PENYERTAAN MODAL DAERAH BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN INDRAMAYU. Salinan NO : 2/LD/2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR : 19 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BUPATI NGANJUK NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU

RARANCANGAN) (Disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan Perekonomian Daerah dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab, diperlukan upaya dan usaha untuk meningkatkan dan menambah sumber Pendapatan Daerah; b. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986 tentang Pernyertaan Modal Pemerintah Daerah pada pihak ketiga dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, dimungkinkan Pemerintah Daerah melakukan pengembangan usaha sebagai salah satu Sumber Pendapatan Daerah; c. bahwa untuk memenuhi maksud huruf a dan b perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Daerah Daerah Kabupaten Pasaman Barat Pada Pihak Ketiga ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat di Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 153, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4348); 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) 5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal dan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonomi; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyertaan Modal Daerah Kepada Pihak Ketiga; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT dan BUPATI PASAMAN BARAT MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT KEPADA PIHAK KETIGA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pasaman Barat ; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai penyelenggara Pemerintahan. 3. Bupati adalah Bupati Pasaman Barat; 4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Pasaman Barat; 5. Sekretariat adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Pasaman Barat; 6. Modal Pemerintah Daerah adalah Kekayaan Daerah yang belum dipindahkan baik berwujud uang maupun barang yang dapat dinilai dengan uang seperti tanah, bangunan, mesin-mesin, inventaris, surat-surat berharga, jasa dan fasilitas serta hak-hak lainnya; 7. Penyertaan Modal adalah setiap usaha dalam Penyertaan Modal Pemerintah Daerah kepada pihak ketiga dengan suatu imbalan tertentu; 8. Pihak ketiga adalah Instansi atau Badan Usaha dan atau perseorangan yang berada di luar Organisasi Pemerintah, antara lain Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lainnya, BUMN, BUMD, Usaha Koperasi, Swasta Nasional dan atau Swasta Asing yang tidak berada pada wilayah hukum internasional; 9. Badan Pengelola adalah pengelola Penyertaan Modal Pemerintah pada pihak ketiga; BAB II TUJUAN Pasal 2 Tujuan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah : a. Meningkatkan Sumber Pendapatan Daerah, Pertambahan dan pengembangan Sumber Pendapatan Daerah dan terciptanya peluang kesempatan kerja; b. Menggali dan meningkatkan pendapatan Asli Daerah;

Pasal 3 Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pasal 2 Peraturan Daerah ini dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip Ekonomi Perusahaan dengan tidak mengabaikan prinsip dan ekonomi kerakyatan. BAB III TATA CARA PENYERTAAN MODAL Pasal 4 Penyertaan Modal Pemeritah Daerah pada pihak ketiga dilaksanakan dengan cara : a. Pembelian Saham dari Perseroan Terbatas (PT) yang telah berbadan hukum dan mempunyai prospek yang baik; b. Kerja sama atau sebagai pendiri dalam pembentukan Perseroan Terbatas ( PT ); c. Kontrak Manajement, Kontrak Produksi, Kontrak Bagi Keuntungan, Kontrak Bagi Hasil dan Kontrak Tempat Usaha. Pasal 5 (1) Untuk melakukan Pembelian Saham pada Perseroan Terbatas berdasarkan Peraturan Daerah ini, agar disediakan dananya terlebih dahulu dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ). (2) Setelah tersedianya dana untuk pembelian saham sebagaimana dimaksud ayat (1), agar diadakan penjajakan terhadap Perseroan Terbatas yang memiliki kualifikasi yang dikeluarkan Bank Indonesia akan menjual saham untuk mendapatkan data informasi lebih lanjut mengenai jenis dan harga saham dimaksud. (3) Apabila Bupati menyetujui jenis dan harga saham sebagaimana dimaksud ayat (2), maka untuk pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati.. (4) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat bertindak mewakili Pemerintah Daerah dalam Pembelian Saham. Pasal 6 (1) Terhadap Penyertaan Modal Pemerintah Daerah sebagai pendiri dalam pembentukan Perseroan Terbatas, sebagaimana dimaksud pasal (4) huruf b, ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Sebelum ditetapkan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terlebih dahulu diadakan perjajian dasar kerjasama antara Bupati dengan pihak ketiga yang ikut dalam pendirian Perseroan Terbatas. (3) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini memuat materi pokok : a. Identitas masing-masing pihak; b. Bidang Usaha; c. Jenis dan nilai modal para pihak, serta perbandingan modal; d. Hak kewajiban dan sanksi; e. Lain-lain dirasa perlu. (4) Berdasarkan Peraturan Daerah dan perjanjian dasar kerjasama sebagaimana dimaksud ayat (1), (2) dan (3), didirikan Perseroan Terbatas dengan Akta Notaris. (5) Bupati dapat menunjuk pejabat yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah bersama-sama dengan pihak ketiga mendirikan Perseroan Terbatas.

Pasal 7 (1) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah yang berbentuk uang, dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan dilaksanakan dengan Keputusan Bupati. (2) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah yang berbentuk barang ditetapkan dengan Peraturan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD. (3) Untuk barang yang tidak bergerak, Peraturan Bupati dimaksud pada ayat (2) pasal ini berlaku setelah mendapatkan pengesahan Menteri Dalam Negeri. (4) Kekayaan Daerah yang tertanam dalam Perseroan Terbatas, merupakan kekayaan Daerah yang terpisahkan. Pasal 8 (1) Bupati meminta persetujan terlebih dahulu dari DPRD untuk mengadakan Kontrak Manajement, Kontrak Produksi, Kontrak Bagi Keuntungan, Kontrak Bagi Hasil Usaha, dan Kontrak Bagi Tempat Usaha. (2) Setelah mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diadakan perjanjian bersama antara Bupati dengan pihak ketiga yang bersangkutan yang memuat materi pokok : a. Indentitas masing-masing pihak; b. Bidang Usaha; c. Jenis dan nilai modal para pihak serta perbandingan modal; d. Hak, kewajiban dan sanksi; e. Dan lain-lain yang dirasa perlu. (3) Pelaksanaan Kontrak Manajement, Kontrak Produksi, Kontrak Bagi Keuntungan, Kontrak Bagi Hasil Usaha atau Kontrak Tempat Usaha sebagaimana dimaksud dalam perjanjian tersebut pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 9 (1) Untuk melakukan penilaian dan penelitian barang serta imbalan yang disertakan sebagai modal daerah dalam mempersiapkan perjanjian kontrak sebagaimana dimaksud pasal 7 dan 8, Bupati membentuk panitia yang terdiri dari unsur-unsur : a. Dinas Pendapatan Daerah; b. Bagian Perekonomian; c. Bagian Hukum; d. Bagian Umum; e. Bagian Keuangan; f. Bagian Pemerintahan; g. Unsur Tenaga Ahli / Konsultan. (2) Dalam pelaksanaannya Panitia tersebut dikoordinasikan oleh Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah. (3) Dinas Pendapatan Daerah atau Instansi / Lembaga yang mengelola Pendapatan Daerah berkewajiban merencanakan penyertaan modal Pemerintah Daerah pada pihak ketiga dalam rangka meningkatkan Pendapatan Daerah. BAB IV HASIL USAHA Pasal 10 (1) Bagian laba atau hasil usaha penyertaan modal pada pihak ketiga selama tahun buku menjadi hak Pemerintah Daerah dan harus disetorkan ke Kas Daerah.

(2) Hasil usaha penyertaan modal Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. BAB V PEMBINAAN Pasal 11 (1) Bupati melakukan pembinaan terhadap penyertaan modal Pemerintah Daerah kepada pihak ketiga. (2) Didalam pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) Bupati dibantu oleh Sekretariat Daerah. Pasal 12 (1) Dalam hal penyertaan modal Pemerintah Daerah pada suatu Perseroran Terbatas (PT) maka untuk mewakili Pemerintah Daerah, Bupati dapat menunjuk pejabat yang akan duduk sebagai anggota Dewan Komisaris, jika berdasarkan jumlah satuan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah ada hak untuk duduk dalam Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (2) Bupati dapat menunjuk pejabat yang akan mewakili Pemerintah Daerah secara berkelanjutan untuk mengikuti pelaksanaan Kontrak Manajemen, Kontrak Produksi, Kontrak Bagi Keuntungan, Kontrak Bagi Hasil Usaha dan Kontrak Bagi Tempat Usaha. (3) Para pejabat yang di tunjuk mewakili Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2), seyogyanya memahami seluk beluk kewiraswastaan secara profesional dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Badan Pengelola atau yang membidangi Penyertaan Modal. BAB VI PENGAWASAN Pasal 13 (1) Bupati berwenang melakukan Pengawasan sehubungan dengan Penyertaan Modal Daerah kepada pihak ketiga. (2) Para pejabat yang di tunjuk mewakili Pemerintah Daerah sehubungan dengan Penyertaan Modal Daerah pada pihak ketiga sebagaimana dimaksud pasal 12 ayat (1) dan (2) menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati secara berkala sekali 4 bulan. (3) Bupati menyampaikan laporan pelaksanaan dan hasil Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada pihak ketiga, kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur 1 kali dalam 1 Tahun. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 14 (1) Semua Penyertaan Modal Daerah yang telah ada sebelum diberlakukan Peraturan Daerah ini, pengelolaan, pembinaan, pengawasan dan lain-lain. selanjutnya disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. (2) Bupati membentuk Tim untuk melakukan inventarisasi terhadap semua Penyertaan Modal Daerah pada pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini. (3) Penyesuaian pemberlakuan sebagaimana dimaksud ayat (1)

adalah selambatnya-lambatnya 2 (dua) tahun setelah Peraturan Daerah ini di tetapkan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Sejak saat berlakunya Peraturan Daerah ini maka ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 16 Ketentuan lebih lanjut tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah ini akan diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 17 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pasaman Barat. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pasaman Barat. Ditetapkan di : Simpang Empat Pada Tanggal : 7 November 2007 BUPATI PASAMAN BARAT Dto Diundangkan di : Simpang Empat Pada Tanggal : 7 November 2007 H. S Y A H I R A N SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT Dto Drs. H. HELMI ERWADI Pembina Utama Muda NIP. 010081584 Lembaran Daerah Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2007 Nomor 8 seri D

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN PASAMAN PASAMAN BARAT PADA PIHAK KETIGA I. PENJELASAN UMUM : Peraturan Daerah ini merupakan Pelaksanaan lebih lanjut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga serta landasan hukum penyetoran Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat kepada Pihak Ketiga baik yang sudah ada maupun yang akan datang. : Tujuan diaturnya Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga tersebut adalah untuk a. Dalam upaya peningkatan pertumbuhan Perekonomian Daerah dan penambahan Pendapatan Daerah sebagai wujud Pembangunan Daerah yang diperlukan untuk mengolah potensi dan kekayaan sumber daya alam se optimal mungkin agar menghasilkan dan bermanfaat bagi Daerah. b. Terciptanya iklim yang sehat dalam pertumbuhan usaha usaha Daerah dan sebagai sumber pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 176 Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Adapun Penyertaan Modal Daerah kepada Pihak Ketiga dimaksud dapat dilaksanakan dengan : a. Pembelian Saham dari Perseroan Terbatas (PT) yang telah berbadan hukum dan mempunyai prospek baik. b. Sebagai pendiri dalam pembentukan Perusahaan / Badan Usaha. c. Kontrak Manajemen, Kontrak Produksi, Kontrak Bagi Keuntungan, Kontrak Bagi Hasil, Kontrak Bagi Tempat Usaha dan kontrak kontrak lainnya. Penyertaan Modal dalam Peraturan Daerah ini tidak hanya berwujud uang, tetapi meliputi kekayaan Daerah ( yang belum dipisahkan ) lainnya, khususnya barang yang dapat dimiliki dengan uang seperti tanah, bangunan, mesih mesin, inventaris, surat surat berharga, fasilitasi dan hak hak lainnya yang memungkinkan untuk dikelola dengan sistem Penyertaan Modal Daerah kepada Pihak Ketiga. Untuk tercapainya daya guna dan hasil guna dalam pengelolaan Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga dimaksud, dapat ditunjuk Badan Pengelola sebagai aparat teknis dan pelaksana yang membantu Pemerintah Daerah dalam menyusun, mengendalikan serta melakukan pengembangan terhadap Penyertaan Modal dimaksud. Dengan demikian pengelolaan Penyertaan Modal pada Pihak Ketiga dapat diikuti perkembangan secara berkelanjutan, di pertanggung jawabkan dengan jelas serta benar benar dalam satu wadah dan satu atap. Apabila pembentukan Badan Pengelola yang bertugas khusus sebagaimana tersebut diatas dirasakan tidak efisiensi, maka dapat diambil kebijaksanaan dengan menunjuk Institusi / Lembaga Daerah yang berkembang bidang tugasnya dan berkaitan dengan Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah atau yang menggunakan Perusahan pemasukan modal kerja Daerah. II. Penjelasan

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Huruf a dan b Huruf c 1) Kontrak Manajemen, dimana Daerah mempunyai modal dalam bentuk barang untuk suatu usaha komersil, bidang pengelolaannya dilakukan oleh pihak ketiga dengan ketentuan bahwa pihak ketiga akan menerima imbalan atas jasanya yang diperhitungkan dari hasil usaha dimaksud dan hal itu dituangkan dalam naskah perjanjian. 2) Kontrak Produksi dimana daerah mempunyai modal dalam bentuk barang dalam untuk usaha - usaha komersil, sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh [pihak ketiga dengan ketentuan antara lain : a) Pihak ketiga menyediakan modal investasi atau modal kerja. b) Pihak ketiga diwajibkan membayar sejumlah uang ( royalty ) kepada pihak Pemerintah sesuai dengan perjanjian. c) Untung rugi dlam berusaha menjadi tanggung jawab pihak ketiga. 3) Kontrak Bagi Keuntungan dimana daerah mempunyai modal dalam bentuk barang untuk usaha komersil, sedang pengelolaannya dilakukan pihak ketiga dengan ketentuan antara lain : a) Pihak ketiga harus menyediakan investasi atau modal kerja. b) Kelancaran jalannya usaha menjadi tanggung jawab pihak ketiga. c) Hasil usaha atau keuntungan antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga sesuai dengan persentase yang ditetapkan dalam surat perjanjian. 4) Kontrak Bagi Hasil Usaha, dalam hal ini pihak ketiga menginventarisir terlebih dahulu modal atau peralatan dan lain - lain, sarana yang diperlukan sehingga usaha dimaksud mampu berproduksi dan beroperasi. Pengelolaan usaha dilakukan oleh pihak Pemerintah daerah dan hasil usaha yang berupa barang - barang produksi dibagi antara pihak pemerintah daerah dengan pihak ketiga sesuai dengan persentase yang ditetapkan dalam surat perjanjian. 5) Kontrak Bagi Tempat Usaha, dalam hal ini pemerintah mempunyai sebidang tanah yang berstatus hak pengelolaan ( HPL ) dan memungkinkan untuk mendirikan tempat usaha, sedangkan untuk pembangunannya diserahkan pada pihak ketiga dengan persyaratan yang saling menguntungkan : a) Semua biaya bangunan tempat usaha dimaksud menjadi tanggung jawab pihak ketiga. b) Sebagian dari tempat usaha yang sudah dibangun dimanfaatkan atau dikelola oleh pihak ketiga, sedangkan sebagian lainnya dimanfaatkan dan atau ditentukan statusnya oleh pihak pemerintah daerah. c) Atas bangunan yang dibangun oleh pihak ketiga tersebut diberikan sertifikat hak guna bangunan ( HGB ) diatas tanah HPL. d). Atas.

d) Atas bangunan yang dibangun oleh pihak ketiga tersebut masuk dalam inventaris daerah. e) Kepada pihak ketiga diberikan wewenang penuh untuk mengelola bagian gedung tersebut seumur Hak Guna Bangunan yang diberikan. f) Seluruh bangunan tersebut menjadi milik daerah setelah berakhir Hak Guna Bangunan yang bersangkutan. Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Cukup jelas.