BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

ISSN : E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 5.6 (2016):

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memberikan ciri-ciri negara dengan taraf hidup

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

Katalog BPS :

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BPS PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, mendorong sektor riil, memperluas kesempatan kerja, menurunkan disparitas, dan mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) Provinsi Bali selama lima tahun terakhir menunjukkan kenaikan. Semakin meningkatnya PDRB Provinsi Bali menunjukkan peningkatan output yang dihasilkan Provinsi Bali. PDRB sektoral Bali menunjukkan pariwisata tetap menjadi primadona penyumbang PDRB. Berdasarkan data BPS tahun 2013, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang memiliki keterkaitan tinggi dengan pariwisata merupakan penyumbang terbesar PDRB Provinsi Bali. Selama lima tahun terakhir persentase kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap PDRB Bali cenderung menunjukkan peningkatan. Sektor Pertanian menempati posisi ke dua sebagai penyumbang utama PDRB Bali namun dari tahun ke tahun persentasenya mengalami penurunan. Sektor Industri sebagai sektor utama sektor sekunder memiliki persentase kontribusi PDRB yang perkembangannya cenderung sama dari tahun 2009 sampai dengan 2013, dan nilai persentase 1

2 kontribusi PDRB sektor ini di bawah Sektor Pertanian. Hal tersebut menunjukkan dominasi Sektor Indutri berada di bawah Sektor Pertanian sebagai sektor utama sektor primer dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebagai sektor utama sektor tersier. Peningkatan PDRB sektor tersier dan penurunan PDRB sektor primer mengindikasikan bahwa di Bali terjadi pergeseran struktur perekonomian dari primer ke tersier. Profil PDRB sektoral Bali tahun 2009 2013 dapat dilihat pada Gambar 1.1. 35,00 30,00 25,00 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 20,00 15,00 10,00 5,00 Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa - Jasa 0,00 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : BPS, 2009-2013 Gambar 1.1 Persentase PDRB Sektoral terhadap PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013

3 Pergeseran struktur perekonomian dari primer ke sekunder dan atau tersier akan lebih ideal apabila disertai dengan pergeseran tenaga kerja pada sektor tersebut karena berkaitan dengan produktivitas. Perbandingan nilai PDRB suatu sektor ekonomi dengan jumlah tenaga kerjanya menunjukkan produktivitas tenaga kerja sektor tersebut. Apabila suatu sektor ekonomi memiliki PDRB cukup besar dengan jumlah tenaga kerja sedikit (asumsi teknologi belum menggantikan tenaga kerja manusia) dapat dikatakan produktivitas tenaga kerja sektor tersebut cukup tinggi. Kondisi sektor ekonomi yang demikian cenderung mengisyaratkan bahwa sektor tersebut masih mampu menyerap tenaga kerja dan diharapkan tenaga kerja baru dapat meningkatkan pertumbuhan PDRB sektor tersebut. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja menjadi pusat perhatian karena tidak hanya berkaitan dengan upah dan gaya hidup tetapi juga menjadi suatu ukuran persaingan antar negara (Baurer, P. dan Yoonsoo L, 2005). Gambar 1.1 dan 1.2 memberikan gambaran kondisi Sektor Pertanian saat ini. Sektor Pertanian memiliki proporsi tenaga kerja dan PDRB terbesar ke dua diantara sektor lainnya namun persentase PDRB dan tenaga kerjanya terus mengalami penurunan. Di sisi lain, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terus mengalami kenaikan baik persentase PDRB maupun proporsi tenaga kerjanya. Kondisi sektor ekonomi demikian pada dasarnya sesuai dengan model pembangunan dua sektor Lewis (1954) pada negara berkembang seperti yang ditulis pada Todaro (2006). Model dua sektor Lewis memusatkan perhatian pada

4 sektor subsisten tradisional (Sektor Pertanian) dan sektor modern (Sektor Industri). Lewis menyatakan bahwa pada Sektor Pertanian tradisional di perdesaan, karena pertumbuhan penduduknya yang tinggi maka terjadi surplus (over supply) tenaga kerja yang dapat ditransfer ke Sektor Industri. Asumsi dasar Lewis selanjutnya adalah transfer tenaga kerja dari Sektor Pertanian ke Sektor Industri terjadi tanpa mengakibatkan penurunan output Sektor Pertanian. 40,00 35,00 Pertanian 30,00 25,00 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih 20,00 Konstruksi 15,00 10,00 5,00 Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa - Jasa 0,00 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : BPS, 2009-2013 Gambar 1.2 Proporsi Tenaga Kerja Sektoral Provinsi Bali Tahun 2009-2013

5 Pada penelitian ini teori Lewis diterapkan untuk Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, karena Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menjadi sektor modern dengan pertumbuhan PDRB yang mendominasi di Bali dan tenaga kerja Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran diasumsikan menyerap over supply tenaga kerja Sektor Pertanian. Asumsi Lewis menyatakan transfer kelebihan tenaga kerja dari Sektor Pertanian tidak akan mengurangi output Sektor Pertanian. Gambar 1.3 menunjukkan produktivitas Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dari tahun 2009 sampai dengan 2013 terus mengalami peningkatan. Gambar tersebut menunjukkan bahwa memang di Sektor Pertanian mengalami over supply tenaga kerja yang walaupun proporsi tenaga kerjanya berkurang, produktivitasnya terus meningkat. Pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, penambahan jumlah tenaga kerja mendukung pertumbuhan PDRB sektor tersebut. Gambar 1.3 akhirnya menunjukkan bahwa penurunan persentase kontribusi PDRB Sektor Pertanian bukan merupakan suatu masalah jika dilihat dari sisi produktivitasnya. Pertumbuhan PDRB sektoral dan perubahan jumlah tenaga kerja sektoral mendorong dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik sektor ekonomi Bali jika dilihat dari sisi sifat produksinya. Sifat produksi sektor ekonomi ada dua, yakni sektor yang bersifat padat modal dan sektor yang bersifat padat karya. Berkurangnya proporsi tenaga kerja Sektor Pertanian yang justru meningkatkan produktivitasnya memberikan dua pertimbangan pemikiran, apakah berkurangnya

6 tenaga kerja karena bergeser ke sektor lain kemudian meningkatkan produktivitas sektor tersebut (murni karena over supply tenaga kerja) atau berkurangnya tenaga kerja tersebut kemudian digantikan oleh alat-alat modern pertanian sehingga mampu meningkatkan produktivitas sektor tersebut. 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0,000 17,702 17,788 16,911 16,779 16,120 11,277 10,551 10,601 8,547 8,016 2009 2010 2011 2012 2013 Pertanian Perdagangan, Hotel dan Restoran Sumber : BPS, 2009-2013 (data diolah) Gambar 1.3 Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bali Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah/Tenaga Kerja) Fokus pada persentase kontribusi PDRB dan tenaga kerja Sektor Pertanian yang menurun, terdapat berbagai asumsi penyebabnya. Seperti yang kita ketahui bahwa PDRB merupakan seluruh produk yang dihasilkan di suatu wilayah, dan produktivitas sangat berkaitan dengan tenaga kerja. Penurunan konstribusi PDRB Sektor Pertanian juga dapat disebabkan semakin tidak populernya produk sektor ini yang menyebabkan turunnya permintaan komoditas pertanian selanjutnya

7 menurunkan produksi pertanian yang diikuti penurunan tenaga kerjanya untuk berpindah ke sektor lain yang lebih produktif. Hal tersebut berlaku sebaliknya pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, penambahan tenaga kerja mendorong peningkatan produksi sektor tersebut, atau dapat juga sebaliknya produksi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang semakin meningkat memberikan dampak positif pada sektor tersebut sehingga mendorong terciptanya kesempatan kerja baru. Sebelumnya, Sektor Pertanian diasumsikan bersifat padat karya sedangkan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran diasumsikan bersifat padat modal. Namun Gambar 1.2 menunjukkan sejak tahun 2011 proporsi tenaga kerja didominasi pekerja Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang sebelumnya dianggap bersifat padat modal. Hal tersebut juga terjadi pada Sektor Transportasi dan Komunikasi dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sebelumnya Sektor Transportasi dan Komunikasi bersifat padat karya sedangkan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan bersifat padat modal. Namun pada tahun 2013 proporsi tenaga kerja Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan lebih tinggi daripada Sektor Transportasi dan Komunikasi. Kondisi ini mendorong dilakukan penelitian mengenai bagaimana sifat produksi seluruh sektor ekonomi Bali, apakah telah terjadi pergeseran sifat produksinya. Berkaitan dengan pergeseran struktur perekonomian, terdapat beberapa penjelasan mengenai faktor-faktor pendukung terjadinya fenomena tersebut. Pada

8 produktivitas Sektor Pertanian, luas lahan memegang peranan penting. Terdapat beberapa faktor pendorong semakin berkurangnya lahan pertanian di Bali. Sebagai contoh, pertumbuhan jumlah penduduk meningkatkan kebutuhan akan lahan terutama untuk tempat tinggal. Disamping itu pesatnya perkembangan pariwisata Bali tentunya ikut andil pada alih fungsi lahan seperti untuk pembangunan hotel, restoran, dan sebagainya. Keadaan perekonomian yang tidak mencukupi suatu saat akan memaksa petani untuk beralih pada sektor yang lebih dapat diandalkan. Beberapa petani mungkin akan beralih pada kegiatan perdagangan yang cenderung tidak menuntut pendidikan atau keterampilan tinggi. Beberapa tenaga kerja usia muda dari rumah tangga pertanian yang mungkin pada awalnya akan melanjutkan pekerjaan orang tua sebagai petani, dengan tidak adanya lahan pertanian akan cenderung beralih pada Sektor Industri, Sektor Jasa-jasa, atau Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Bali lebih menarik terutama bagi tenaga kerja usia muda karena menawarkan pemasukan yang lebih rutin apabila dibandingkan dengan Sektor Pertanian, terlebih lagi sektor ini menyediakan banyak lapangan pekerjaan dilihat dari terus berkembangnya pariwisata di Bali. Berkurangnya lahan pertanian dan pergeseran tenaga kerja sektoral pada akhirnya menjadikan teknologi sebagai harapan utama meningkatkan produktivitas Sektor Pertanian.

9 Pendapatan perkapita masyarakat Bali yang semakin meningkat tentunya mendorong terjadinya pergeseran pola konsumsi dimana sebelumnya cenderung pada konsumsi makanan selanjutnya lebih mengarah pada konsumsi non makanan. Meningkatnya konsumsi non makanan baik secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong meningkatnya produksi baik sektor sekunder maupun tersier seperti misalnya bertambahnya kebutuhan masyarakat dalam hal sandang maupun papan yang merupakan hasil sektor sekunder yaitu Sektor Industri Pengolahan, begitu juga dengan kebutuhan akan rekreasi yang merupakan produk sektor tersier yaitu terutama Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Penelitian mengenai output, modal, dan ketenagakerjaan sektoral pernah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS dalam publikasinya yang berjudul Perubahan Struktur Ekonomi dan Kesempatan kerja pada tahun 2000 meneliti diantaranya mengenai perubahan struktur ekonomi Indonesia yang terjadi dalam kaitannya dengan perubahan struktur output (PDB) dan ketenagakerjaan sektoral. Penelitian ini mengamati perekonomian Indonesia menurut masingmasing sektor ekonomi selama kurun waktu tahun 1986-2009. Variabel yang diteliti yaitu PDB sebagai variabel terikat kemudian variabel tenaga kerja dan modal sebagai variabel bebas. Karakteristik tenaga kerja selanjutnya diduga mempengaruhi sektor tempat bekerjanya. Sektor ekonomi padat karya mendapatkan perhatian khusus karena produktivitas sektor ini tergantung pada jumlah tenaga kerja, sehingga sektor ini

10 menjadi target penyerapan tenaga kerja. Terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi peluang tenaga kerja bekerja di sektor padat karya. Davis dan Bezemer (2003) dan Davis (2003) mengkaji mengenai perkembangan ekonomi non-pertanian dan menyebutkan bahwa keputusan individu desa untuk bekerja di Sektor Pertanian disebabkan oleh beberapa faktor yakni umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis kelamin, dan jumlah anggota rumah tangga. Belser (1999) mengatakan bahwa pabrik industri misalnya sepatu dan pakaian di beberapa negara Asia yang sedang berkembang memperkerjakan wanita dengan tingkat pendidikan dasar. Stereotip penduduk tentang posisi dan kedudukan antara laki-laki dan perempuan yang berbeda menimbulkan pembagian pekerjaan yang turun temurun di masyarakat. Laki-laki melakukan kegiatan produktif dan istri melakukan kegiatan reproduktif. Menurut Sukesi (2001) kondisi perempuan yang terkadang lemah pada saat akan menstruasi, hamil bahkan melahirkan menjadi alasan perusahaan perkebunan negara maupun swasta mempertimbangkan pekerjaan yang akan mereka berikan kepada perempuan. Syam dan Khairina (2003) mengatakan bahwa Sektor Pertanian selama ini bersifat akomodatif terhadap penyerapan tenaga kerja karena tidak menuntut persyaratan kerja yang berlebihan, dan hal ini berakibat pada banyak pekerja pertanian yang bekerja di bawah jam kerja normal. Data Sakernas Provinsi Bali 2013 menunjukkan bahwa tenaga kerja yang memiliki tahun lama kerja lebih dari

11 15 tahun cenderung bekerja di Sektor Pertanian. Berdasarkan uraian tersebut, diduga kesempatan kerja pada berbagai sektor ekonomi secara umum dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah jam kerja, dan tahun lama kerja. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, berikut rumusan masalah yang diteliti: 1) Bagaimanakah sifat produksi sektor ekonomi Bali saat ini? 2) Bagaimanakah pengaruh usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah jam kerja, dan tahun lama kerja terhadap peluang tenaga kerja bekerja di sektor padat karya? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini yaitu: 1) Untuk menganalisis sifat produksi sektor ekonomi Bali saat ini 2) Untuk menganalisis pengaruh usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah jam kerja, dan tahun lama kerja terhadap peluang tenaga kerja bekerja di sektor padat karya

12 1.4 Manfaat Penelitian Beberapa manfaat teoritis dalam penelitian ini diantaranya: 1) Dapat menerapkan teori Cobb-Douglas dalam menganalisis kondisi sektor ekonomi Bali saat ini menurut sifat produksinya 2) Dapat menerapkan analisis regresi logistik biner untuk mengetahui pengaruh usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah jam kerja, dan tahun lama kerja terhadap peluang tenaga kerja bekerja di sektor padat karya Beberapa manfaat praktis yang dapat diperoleh diantaranya: 1) Pemerintah Provinsi Bali dapat mengetahui sifat produksi sektor perekonomian Bali saat ini, apakah padat modal atau padat karya, sehingga dapat mengambil kebijakan terutama berkaitan dengan efektifitas penyerapan tenaga kerja 2) Pemerintah Provinsi Bali dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peluang tenaga kerja bekerja di sektor padat karya