BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan di segala bidang, maka konsekuensinya Pemerintah

BAB I PE DAHULUA. sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang. kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kewenangan untuk mengelola potensi daerah dalam rangka menggali

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan. setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut dengan UU Pemda) yang selanjutnya mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan Otonomi Daerah membuat Pemerintah menggantungkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

I. PENDAHULUAN. pemerintahan dengan kewenangan otonomi daerah beserta perangkat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap daerah memiliki kebebasan untuk membentuk sumber

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang Indonesia memiliki pendapatan dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

diungkapkan Riduansyah (2003: 49), yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama ikut melaksanakan kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PARKIR INSIDENTAL DI KABUPATEN SIDOARJO. (Studi Kasus di GOR Gelora Delta Sidoarjo) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan stabilitas politik dan kesatuan bangsa, maka pemberian otonomi

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. untuk membiayai kegiatannya, maka pemerintah daerah juga menarik pajak

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab. sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 15 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH DENPASAR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan Negara seperti menjaga keamanan Negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai dan lain sebagainya. Namun setelah terbentuknya suatu Negara, pajak merupakan iuran wajib rakyat kepada negara. Dari pajak ini yang mana akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan, pelaksanaan tugas-tugas rutin pemerintahan dan pembangunan daerah. Pembagian pajak menurut wewenang pemungutan pajak dipisahkan menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Sedang Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Daerah. Dasar dilakukan pemungutan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan 33 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah mengatakan bahwa Pemerintah dan masyarakat di daerah dipersilahkan mengurus rumah tangganya sendiri secara bertanggung jawab. 1

2 Peran Pemerintah Pusat ini adalah melakukan supervisi, memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan Otonomi Daerah. Dengan adanya Otonomi Daerah, maka Pemerintah Daerah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya. Dengan cara menggali segala kemungkinan sumber keuangannya sendiri sesuai dengan dan dalam batas-batas peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk merealisasikan pelaksanaan Otonomi Daerah maka sumber pembiayaan Pemerintah Daerah tergantung pada peranan Pendapatan Asli Daerah. Hal ini diharapkan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah. Oleh karena itu Pemerintah Daerah harus dapat mengupayakan peningkatan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri sehingga akan memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan. Dengan ini akan semakin memperbesar keleluasaan daerah untuk mengarahkan penggunaan keuangan daerah sesuai dengan rencana, skala prioritas dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

3 Melihat sektor di atas, maka salah satu sektor yang perlu ditingkatkan untuk menunjang penerimaan daerah adalah Retribusi Daerah yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau di berikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pungutan Pajak dan Retribusi Daerah masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh daerah sebagai sumber pembiayaan desentralisasi. Keadaan ini diperlihatkan bahwa banyak permasalahan yang terjadi di daerah berkaitan dengan penggalian dan peningkatan PAD, terutama hal ini disebabkan oleh perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah, kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah dan kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah. Kondisi yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi dengan potensi Sumber Daya Alam yang sangat minim memaksa Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi untuk lebih kreatif mengoptimalkan potensi yang lain. Salah satu potensi yang memerlukan perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi adalah penyelenggaraan Retribusi Parkir. Untuk mendukung kegiatan tersebut Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi telah mengeluarkan Perda yang khusus mengatur sektor perparkiran ini, yaitu Perda Nomor 6 Tahun 2012 tentang Retribusi pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum. Kabupaten Kuantan Singingi sebagai bagian dari Provinsi Riau tentunya memerlukan dana yang cukup besar dalam menyelenggarakan kegiatan pembangunan daerah di berbagai sektor. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kuantan Singingi adalah Retribusi Parkir.

4 Retribusi Parkir Ditepi Jalan Umum merupakan jenis retribusi jasa umum yaitu pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan Pemerintah Daerah. Dalam hal ini yang termasuk parkir di tepi jalan umum adalah tempat pakir kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor di sisi jalan, baik pada badan jalan maupun bahu jalan yang merupakan jalan umum. Jalan umum yang dimaksud adalah jalan yang ramai dilintasi atau digunakan untuk umum, baik jalan Nasional, jalan Daerah Provinsi, jalan Daerah Kabupaten dan jalan Kecamatan. Selain dari kriteria yang disebutkan diatas maka tidak termasuk dalam retribusi parkir di tepi jalan umum, seperti taman parkir, gedung parkir dan tempat parkir yang di sediakan oleh swalayan, minimarket dan toko-toko. Meski pun letak swalayan, minimarket dan toko-toko tersebut berada di lintasan jalan umum. Hal ini termasuk dalam jenis retribusi parkir khusus. Karena parkir yang di sediakan oleh swalayan, minimarket dan toko-toko terletak di halaman atau pelataran yang bersangkutan atau disebut juga tempat parkir khusus. Permasalahan retribusi atau retribusi daerah lebih tepatnya diatur dalam Undangundang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Masalah yang terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi Tentang Retribusi Parkir di tepi jalan umum ini adalah tata cara pemungutan nya, dimana kurangnya pengawasan dari pihak terkait. Petugas Dinas Perhubungan yang turun kelapangan hanya untuk membantu kelancaran lalu lintas bukan untuk mengawasi pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum.

5 Sebagaimana yang diungkapkan bapak Sukardi selalu Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Kuantan Singingi tanggal 02 Januari 2014, bahwa pada hari-hari tertentu ada pegawai yang turun kelapangan, namun pegawai yang turun kelapangan bukan mengawasi pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum, akan tetapi untuk mengatur lalu lintasnya saja. Kemudian sistem penggajian juru parkir yang tidak kunjung menemukan titik terang. Dimana juru parkir hanya menerima upah dari sisa target perminggu yang telah di tentukan pemborong, jika tidak ada sisa atau lebih maka dalam satu minggu tidak ada upah atau gaji bagi juru parkir. Sebagaimana yang diungkapkan bapak Andi selaku juru parkir di Jalan Jend. Sudirman berdasarkan wawancara peneliti pada tanggal 22 Desember 2013, bahwa target yang harus di capai perminggunya sebesar Rp. 140.000,- dan disetorkan kepada pihak ke III (Tiga) seminggu sekali, jika jumlah pungutan yang diperoleh lebih dari Rp. 140.000,-, maka sisa dari target pungutan merupakan gaji atau upah bapak Andi selaku juru parkir. Kemudian jika pungutan dalam waktu seminggu tidak mencapai Rp. 140.000,-, maka bapak Andi yang harus menutupi kekurangan setoran kepada pihak ke III (Tiga). serta sistem pengawasan yang kurang mengakibatkan timbulnya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh juru parkir seperti karcis yang digunakan dalam pemungutan retribusi tidak sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat atau tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Serta sarana dan prasarana parkir yang belum memadai, dan jumlah pengguna parkir di tepi jalan umum yang belum diketahui jumlahnya.

6 Sehingga hal ini menyebabkan penerimaan Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum tidak terealisasikan sesuai dengan target yang telah di tentukan. Hal ini dapat di lihat pada tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1.1. Target dan Relisasi Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum Pada Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2009 s/d 2012. No Tahun Target Realisasi Persentase 1 2009 Rp 85.000.000 Rp 49.700.000 58,47 2 2010 Rp 85.000.000 Rp 84.990.000 99,99 3 2011 Rp 102.000.000 Rp 55.150.000 54,07 4 2012 Rp 102.000.000 Rp 72.955.500 71,53 Sumber: Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2013 Jika dilihat dari tahun ke tahun perkembangan yang terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi cukup pesat, khususnya di kota Teluk Kuantan. Seperti banyaknya rumah toko (ruko), minimarket, swalayan, dan pusat perbelanjaan lainya, juga semakin banyaknya pengguna sepeda motor yang pada umumnya sebagai pengguna pelayanan parkir yang disediakan pemerintah daerah Kabupaten Kuantan Singingi. Titik parkir yang ada di Kecamatan Kuantan Tengah berjumlah 7 (tujuh) titik. Dimana hampir disemua titik lokasi parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah, juru parkir yang ada di titik tersebut tidak menggunakan karcis yang sebagai mana telah ditetapkan. Karcis parkir yang seharusnya digunakan adalah karcis yang berasal dan di peroleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, yang mana karcis tersebut harus

7 di porporasi terlebih dahulu oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Kemudian ditemui pula juru parkir yang tidak menggunakan karcis yang seharusnya menjadi bukti pemungutan parkir, seperti yang terjadi di Jalan Imam Bonjol tepatnya di sekitar pinggir Sungai Kuantan, juru parkir yang bertugas di titik ini tidak menggunakan karcis dalam memungut retribusi parkir. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman yang peneliti dapat di Jalan Imam Bonjol pada tanggal 21 Desember 2013. Pada Jalan Imam Bonjol ini petugas pemungut tidak menggunakan karcis dalam memungut retribusi parkir di tepi jalan umum di karenakan sulitnya memperoleh karcis dari pihak terkait. Sebagaimana yang diungkapkan bapak Ali Usman selaku juru parkir yang bertugas di Jalan Imam Bonjol berdasarkan wawancara bahwa sangat sulit untuk memperoleh kacis dari pihak terkait sehingga bapak Ali Usman tidak menggunakan karcis dalam pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum. Serta petugas pemungut parkir/juru parkir tidak menggunakan atribut lengkap, dimana hal ini jelas melanggar Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi No. 6 Tahun 2012 yang telah mengatur tentang retribusi parkir ditepi jalan umum. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pemungutan Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum Oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Kuantan Singingi

8 1.2. Perumusan Masalah a. Bagaimana pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Kuantan Singingi? b. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Kuantan Singingi dalam meningkatkan penerimaan retribusi parkir di tepi jalan umum. 1.3. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pemungutan retribusi parkir ditepi jalan umum oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Kuantan Singingi b. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Kuantan Singingi dalam meningkatkan penerimaan retribusi parkir di tepi jalan umum. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : a. Sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran, informasi bagi instansi terkait, terutama Dinas Perhubungan Kabupaten Kuantan Singingi agar kedepannya lebih baik dalam pemungutan retribusi parkir tepi jalan umum di Kabupaten Kuantan Singingi b. Sebagai penambah ilmu pengetahuan bagi peneliti. c. Sebagai salah satu bahan referensi bagi para peneliti dimasa yang akan datang khususnya yang meneliti masalah yang sama

9 1.5. Batasan Penelitian Dari diidentifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi obyek penelitian dibatasi hanya pada retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi. Karena Ibukota Kabupaten, yang menjadi pusat keramaian masuk kedalam wilayah Kecamatan Kuantan Tengah, dan sebagai tempat yang menjadi pusat perbelanjaan bagi masyarakat Kabupaten Kuantan singingi dari berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi, yang ramai dikunjungi baik siang maupun malam hari. Jadi, peneliti hanya fokus pada pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum di kecamatan Kuantan Tengah. 1.6. Sistematika Penulisan Secara garis besar penulisan ini akan di bagi dalam VI ( enam ) pokok pembahasan atau 6 bab, masing-masing bab di bagi dalam beberapa sub-sub bagian sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan.

10 BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini berisikan, pengertian pajak, dasar pengaturan pajak, fungsi pajak, kedudukan hukum pajak, syarat pemungutan pajak, pengertian pajak daerah, retribusi daerah, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, pengertian pemungutan, kajian terdahulu, pandangan Islam dalam pemungutan pajak dan retribusi, kerangka pemikiran, konsep operasional, definisi konsep, dan variabel penelitian. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini berisikan tentang lokasi dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, populasi sampel dan metode analisa data. BAB IV : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pada bab ini berisikan tentang sejarah singkat Dinas Perhubungan, dasar hukum berdirinya Dinas Perhubungan. BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang diteliti. BAB VI : PENUTUP Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang di berikan peneliti bagi instansi atau dinas sebagai sumbangan pemikiran dari pemecahan masalah yang dihadapi.