TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERIKSAAN VISUS MATA

BAB II TUNANETRA (LOW VISION)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Standar Operasional Prosedur Untuk Kader Katarak

Dari pengertian WHO diatas tentang Low Vision dapat ditangkap hal sebagai berikut:

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

Bagian-bagian yang melindungi mata: 1. Alis mata, berguna untuk menghindarkan masuknya keringat ke mata kita.

Sistem Saraf Tepi (perifer)

KESEHATAN MATA DAN TELINGA

BAB IV USAHA KESEHATAN SEKOLAH, GIGI, MATA DAN JIWA

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

Alat optik adalah suatu alat yang bekerja berdasarkan prinsip cahaya yang. menggunakan cermin, lensa atau gabungan keduanya untuk melihat benda

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

BAB II PEMBAHASAN. aspek lebih penting dari lainnya, tetapi lebih tetapi lebih mencoba melihat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada efeknya (akibatnya,pengaruhnya) dapat diartikan dapat membawa hasil,

SKRIPSI. Oleh : Nama : S I Y E M NIM : X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP OFTALMOLOGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Strategi Pemecahan Masalah Akademis. 1. Pengertian Strategi Pemecahan masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,

INDERA PENGLIHATAN (MATA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1. Apa Itu Mata? 2. Jelaskan Bagian-Bagian dari Mata beserta fungsinya! 3. Bagaimana Mata Bisa Bekerja?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SLB-A PEMBINA TINGKAT NASIONAL JAKARTA

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

PEMAHAMAN TENTANG KAPSUL VITAMIN A SERTA AKIBAT KEKURANGANNYA OLEH: ELVI ZULIANI, SKM

KETERAMPILAN DASAR DALAM PENANGANAN PENYANDANG LOW VISION. Irham Hosni PLB FIP UPI PUSAT PELAYANAN TERPADU LOW VISION BANDUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Batasan dan karakteristik Ketunanetraan

BAB I PENDAHULUAN. Terminologi kebutaan didefenisikan berbeda beda di setiap negara seperti

BAB I PENDAHULUAN. vision di dunia. Data dari VISION 2020, suatu program kerjasama antara

BAGIAN-BAGIAN MATA DAN SISTEM VISUAL KELENJAR LACRIMAL, AIR MATA, SISTEM PENGERINGAN LACRIMAL DENGAN PEMBULUH NASOLACRIMAL

BAB II MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA LOW VISION DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGINYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kornea merupakan lapisan depan bola mata, transparan, merupakan

PERANCANGAN ULANG BED TERAPI PIJAT SHIATSU DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI (Studi Kasus: Panti Tuna Netra dan Tuna Rungu Bhakti Candrasa Surakarta)

Anita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani

ENTROPION PADA KUCING

ALAT - ALAT OPTIK. Bintik Kuning. Pupil Lensa. Syaraf Optik

KLINIK MATA PANGKALAN BUN Dr.AGUS ARIYANTO,SpM

BAB II PENERAPAN JARIMATIKA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PERKALIAN DASAR SISWA TUNANETRA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rika Saptaningrum, 2013

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia terlahir di dunia dengan kekurangan dan kelebihan yang berbedabeda.

10/6/2011 INDERA MATA. Paryono

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENCAHAYAAN DAN WARNA RUANG UNTUK PENYANDANG LOW VISION USIA SEKOLAH DI SLB-A DAN MTSLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA JURNAL TUGAS AKHIR PENGKAJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes dan Penyakit Mata

1. STRABISMUS (MATA JULING)

ANAK DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN. Juang Sunanto (Dosen di Jurusan Pendidikan Luar Biasa, UPI)

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

Analisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan Pengembangannya bagi Individu Tunanetra

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANCANGAN ALAT BANTU PENGENALAN DAN PEMBUATAN BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNANETRA DI SLBN A KOTA BANDUNG

Dua minggu setelah operasi Jangan menggosok mata Pakai kacamata gelap (sunglasses) Lindungi mata dari debu dan kotoran

PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:

Perluasan Orde Matriks 3 x 3 untuk Huruf Braille ber-kharokat. Bambang Sumarno HM Jurdik Matematika FMIPA UNY. abstrak

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB III CARA PEMERIKSAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berumur 60 tahun ke atas. Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dekat sehingga menyebabkan kelelahan pada mata (astenopia) dan radiasi

BAB III METODE PENELITIAN. yang terjadi antara kondisi ideal dengan kenyataan yang ada di lapangan. Kondisi

PENYESUAIAN DIRI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH (STUDI KASUS DI SMP EKAKAPTI KARANGMOJO DAN SLB BAKTIPUTRA NGAWIS) SKRIPSI

Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara)

Retina. Apakah RETINA itu?

PENGGUNAAN MEDIA BLOCK CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMBUAT DENAH PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati, S.

Diagnosa banding MATA MERAH

upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat dan keamanan suatu tanaman obat (Wijayakusuma et al,1992). Pengalaman empiris di

Alat Optik dalam Kehidupan

sistemik seperti steroid dan fenotiazin serta dapat disebabkan karena radiasi (Olver and Cassidy,2011). Pengobatan penyakit katarak pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAGAIMANA MENGAJAR ANAK TUNANETRA (DI SEKOLAH INKLUSI)

kacamata lup mikroskop teropong 2. menerapkan prnsip kerja lup dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Guangzhou, China, dengan pasar ekspor terbesar ke Amerika dan sebagian

BAB II LANDASAN TEORI. Dari segi bahasa kata tunanetra terdiri dari kata tuna dan netra. Dalam

ALAT - ALAT OPTIK MATA

Transkripsi:

TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI

TUNANETRA Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.

Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas / low vision).

KLASIFIKASI TUNA NETRA A. Berdasarkan Tingkat Ketajaman Pengelihatan Tingkat ketajaman penglihatan dihasilkan dari TES SNELLEN, yang dikelompokan menjadi berbagai tingkatan. Subjek duduk dengan jarak 20 kaki (1kaki = 12 inchi, 1 inchi = 2,5 cm) dari sejumlah deretan huruf-huruf balok. Smua huruf dalam satu deret berukuran sama dan ukuran huruf mengecil semakin kebawah deretannya. Hasil tes Snellen 20/20 feet atau 6/6 meter menunjukan bahwa penglihatannya normal. TIDAK ADA GANGGUAN

TES SNELLEN Tunanetra dengan ketajaman penglihatan 6/20 m - 6/60 m atau 20/70 feet -20/200 feet. Tingkat ketajaman penglihatan seperti ini pada umumnya dikatakan tunanetra (low vision). Pada taraf ini, para penderita masih mampu melihat dengan bantuan alat khusus. & Tunanetra dengan ketajaman penglihatan antara 6/60 m atau 20/200 feet atau kurang. Tingkat ketajaman seperti ini sudah dikatakan tunanetra berat atau secara umum dapat dikatakan buta (bind). Kelompok ini masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi berikut ini: 1) Kelompok tunanetra yang masih dapat melihat gerakan tangan. 2) Kelompok tunanetra yang hanya dapat membedakan terang dan gelap. & Tunanetra yang memiliki visus 0 Pada taraf yang terakhir ini, anak sudah tidak mampu lagi melihat rangsangan cahaya atau dapat dikatakan tidak dapat melihat apapun. Kelompok ini sering disebut buta total (totally blind).

TES SNELLEN Tunanetra yang memiliki visus 0 Pada taraf yang terakhir ini, anak sudah tidak mampu lagi melihat rangsangan cahaya atau dapat dikatakan tidak dapat melihat apapun. Kelompok ini sering disebut buta total (totally blind).

BERDASARKAN KEMAMPUAN DAYA PENGLIHATAN 1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan. 2. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal. 3. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.

BERDASARKAN SAAT TERJADINYA KETUNAAN a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir Kelompok ini terdiri dari orang yang mengalami ketunanetraan pada saat dalam kandungan atau sebelum usia satu tahun. b. Tunanetra batita Tunanetra batita yaitu orang yang mengalami ketunanetraan pada saat ia berusia dibawah tiga tahun. c. Tunanetra balita Tunanetra balita yaitu orang yang mengalami ketunanetraan pada saat ia berusia antara 3-5 tahun.

BERDASARKAN SAAT TERJADINYA KETUNAAN d. Tunanetra pada usia sekolah Kelompok ini meliputi anak yang mengalami ketunanetraan pada usia anak 6-12 tahun. e. Tunanetra remaja Tunanetra remaja adalah orang yang mengalami ketunanetraan pada saat usia remaja atau antara usia 13-19 tahun. f. Tunanetra dewasa Tunanetra dewasa yaitu orang yang mengalami ketunanetraan pada usia dewasa atau usia 19 tahun keatas.

BERDASARKAN ADAPTASI PENDIDIKAN Klasifikasi tunanetra ini tidak didasarkan pada hasil tes ketajaman tetapi didasarkan adaptasi/penyesuaian pendidikan khusus yang sangat penting dalam membantu mereka belajar atau diperlukan dalam menentukan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan penglihatannya. Klasifikasi ini dikemukakan oleh Kirk, yaitu sebagai berikut: Ketidakmampuan melihat taraf sedang Ketidakmampuan melihat taraf berat Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat

PENYEBAB TERJADINYA FAKTOR INTERNAL Faktor internal merupakan penyebab ketunanetraan yang timbul dari dalam diri individu, yang sering disebut juga faktor keturunan. Faktor ini kemungkinan besar terjadi pada perkawinan antarkeluarga dekat dan perkawinan antartunanetra.

FAKTOR EKSTERNAL Penyakit rubella dan syphilis Merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering berbahaya dan sulit di diagnosa secara klinis. Glaukoma Merupakan suatu kondisi dimana terjadi tekanan yang berlebihan pada bola mata. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran pada bola mata, kornea menjadi keruh, banyak mengeluarkan air mata, dan merasa silau. Diabetik Retinopathy gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluhdarah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan Retinoblastoma Merupakan tumor ganas yang terjadi pada retina dan sering ditemukan pada anak-anak.

Trachoma penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis. Catarac penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih. Macular Degeneration adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk.anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.

Kekurangan vitamin A (Xeropthalmia) Vitamin A berperan dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi. Kekurangan vitamin A akan menyebabkan kerusakan pada matanya, yaitu kerusakan pada sensitivitas retina terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadi kekeringan pada konjungtiva bulbi yang terdapat pada celah kelopak mata, disertai pengerasan dan penebalan pada epitel. Terkena zat kimia Zat-zat kimia juga dapat merusak apabila penggunaannya tidak hati-hati. Kecelakaan Benturan keras mengenai syaraf mata atau tekanan yang keras terhadap bola mata, dapat menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan ketunanetraan.

GEJALA TINGKAH LAKU YANG TAMPAK DALAM MENGENAL ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN PENGLIHATAN SECARA DINI : Menggosok mata secara berlebihan. Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau mencondongkan kepala ke depan. Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan mata. Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila mengerjakan suatu pekerjaan. Membawa bukunya ke dekat mata. Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.

Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi. Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas yang memerlukan penglihatan seperti melihat gambar atau membaca. Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata. Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau memerlukan penglihatan jarak jauh

BEBERAPA CIRI YANG TAMPAK PADA ANAK LOW VISION ANTARA LAIN: 1) Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat. 2) Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar. 3) Mata tampak lain; terlihat putih di tengah mata (katarak) atau kornea (bagian bening di depan mata) terlihat berkabut. 4) Terlihat tidak menatap lurus ke depan. 5) Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba melihat sesuatu. 6) Lebih sulit melihat pada malam hari daripada siang hari. 7) Pernah menjalani operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal tetapi masih tidak dapat melihat dengan jelas.

prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS.

ORIENTASI DAN MOBILITAS Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium) dengan garis merah disamping.

KARAKTERISTIK ANAK TUNA NETRA Curiga pada orang lain Keterbatasan rangsangan visual/penglihatan, menyebabkan anak tunanetra kurang mampu untuk berorientasi pada lingkungannya sehingga kemampuan mobilitasnya pun terganggu. Mudah tersinggung Pengalaman sehari-hari yang sering menimbulkan rasa kecewa dapat mempengaruhi tunanetra sehingga tekanantekanan suara tertentu atau singgungan fisik yang tidak sengaja dari orang lain dapat menyinggung perasaannya. Ketergantungan pada orang lain Sifat ketergantungan pada orang lain mungkin saja terjadi pada tunanetra. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena ia belum berusaha sepenuhnya dalam mengatasi kesulitannya sehingga selalu mengharapkan pertolongan orang lain.

Keseimbangan dibawah normal Memiliki kelebihan berat badan Kurang percaya diri Kurang inisiatif mengikuti aktivitas gerak otot besar Perkembangan sosialisasi cenderung melambat Takut bergerak, bergantung ke orang lain Sangat verbal Bangga atas keterampilan yang dikuasainya

STRATEGI PELATIHAN a) Upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak (di satu sisi). b) Upaya pemanfaatan secara optimal inderaindera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan (di sisi lain).