"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawamu?" Matius 16:26 ) ( Saya katakan sekali di dalam judul di atas, karena kalau tidak salah beberapa bulan yang lalu saya sudah pernah bermimpi seperti itu. Namun yang namanya mimipi ya tetap mimpi, tidak menjadi kenyataan. Memang benar sih pepatah yang mengatakan Lebih baik berada di dalam gubuk di dalam kenyataan daripada ber a da di dalam istana di dalam impian Kemarin siang setelah saya memilah-milah surat-surat yang masuk di kotak surat saya, yakni dengan membuang junk mail, lalu saya mulai membuka amplop surat saya satu per satu. Seperti biasalah, surat-surat itu kebanyakan adalah rekening tagihan telepon, asuransi dan juga kartu kredit dan yang lain-lain. Saya sempat kaget juga tiba-tiba ada sebuah amplop yang agak asing covernya, pelan-pelan saya buka, karena isinya cukup tebal. Lebih kaget lagi lagi karena secara sekilas saya melihat di dalam amplop itu sepertinya berisi uang dollar beberapa lembar yang masih baru. Maklumlah karena uang dollar di sini warnanya sama-sama hijau dan ukurannya juga sama, sehingga membuat hati ini berdebar-debar. Saya pikir pastilah ini hadiah Th anksgiving dari seseorang yang mengasihi saya, apalagi sudah lama saya tidak pernah menerima hadiah yang seperti itu. Sekali lagi dengan dag dig dug dan dalam waktu yang singkat pula saya berpikir untuk beli ini dan itu, setelah itu terpikir pula makan-makan yang enak. Lalu dengan tenang pelan namun pasti, saya buka amplop itu, benar isinya ada lima lembaran uang dollar yang masih baru sama sekali dan masih wangi, belum terpakai atau terlipat, Cuma agak disayangkan, angkanya masing-masing satu tanpa nol dibelakangnya. Jadi jumlah yang diterima lima dollar, jujur saja saya agak angan-angan tadi, kecewa juga sih mengingat namun saya tidak menyesal, wong menerima uang tanpa hasil keringat apapun, tidak perlu disesalkanlah, kalau orang lain untuk terima lima dolar barangkali dia harus kerja setengah jam. Saya justru perlu bersyukur, mendapat uang ini secara gratis. 1 / 5
Kemudian teringat beberapa tahun yang lalu mantan menteri kita di Indonesia bapak Kwik Kian Gie pernah menulis artikel yang berjudul Say a Bermimpi Jadi Konglomera t. Artikel ini cukup menarik perhatian saya, karena untuk menjadi konglomerat itu terdiri dari berbagai cara. Bagi saya cara pertama yang paling gampang adalah menikah dengan orang kaya, pilih yang sebatang kara, bila perlu anak tunggal, agak kejam memang kalau kita katakan lagi cari yang sakit-sakitan, supaya kalau sesuatu terjadi otomatis seluruh harta kekayaannya jatuh ke tangan kita. Luar biasa gampang bukan! Lalu ada cara lain yakni korupsi, ciak uang orang, ya semua itu tujuannya supaya kaya mendadak. Siapa yang berani bilang kekayaan itu tidak penting sih? Wow, pasti penting dong! Buktinya banyak orang berjuang mati-matian kerja pagi, siang dan malam, sekolahkan anak-anak ke luar negeri, semua ini untuk memperbaiki kesejahteraan supaya hari depan kita lebih baik. Kalau seandainya kita kaya, kita bisa terbang ke mana-mana. Makan pagi di Jakarta, makan siang di Singapore dan nginapnya di hotel mewah di Hongkong. Belum lagi kita boleh keluar masuk toko-toko, bukan hanya keluar masuk sih, tetapi juga beli ini dan itu. Tinggal gesek saja kartu kreditnya. Siapa yang tidak senang sih kondisi demikian? Kehidupannya pasti penuh tawa dan kegembiraan, apalagi di dalam pergaulannya sudah pastilah dikerumuni teman-teman yang banyak, kalau dia cowok maka cewek-cewek cantiknya pasti banyak dan kalau dia cewek pasti cowoknya juga banyak selain itu perhiasannya juga banyak, dari mulai telinga, hidung, leher sampai pada jari kelingking. Maafkan, saya tidak katakan semua orang kaya itu jelek loh, jangan salah paham, ntar saya dibenci ama orang-orang kaya. Ada banyak orang-orang kaya yang sangat mengasihi Tuhan, sehingga boleh dibilang harta kekayaannya sebagian disalurkan untuk pekerjaan Tuhan. Dan saya melihat orang-orang yang demikian sangat diberkati Tuhan, kekayaannya makin bertambah. Sekali lagi jangan salah lagi, bukan berarti, kalau uangnya dipakai untuk pekerjaan Tuhan pasti hartanya bakal bertambah banyak, sekali lagi saya tidak berkata demikian, dan Alkitab kita juga tidak mengajarnya demikian. Bisa saja tatkala kita memakai segala kekayaan kita untuk pekerjaan Tuhan, ada saja pencobaan yang kita hadapi. Contoh yang paling dekat di dalam Alkitab adalah salah seorang konglomerat yang bernama Ayub. Alkitab mencatat ia kaya raya, hartanya banyak. Dibalik itu Ayub juga seorang yang saleh, taat pada Tuhan. Namun apa lacur, melalui iblis Tuhan ijinkan Ayub menderita, badannya penuh dengan penyakit kulit yang kritis, gatal sekali, untuk menggaruknya ia memakaai pecahan beling. Saya tidak bisa 2 / 5
membayangkan kondisi Ayub. Sesudah itu harta kekayaannya dirampas anak-anaknya meninggal, habis-habisan, teman-temannya mencela dia, dan istrinya meninggalkan dia. Inilah kondisi yang paling kritis dari Ayub, namun disaat-saat seperti ini, Alkitab mencatat Ayub masih bisa ngomong Tuhan yang Memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan Sangat heran bukan, apakah Ayub sudah GILA! Mengapa demikian? Karena Ayub sadar, bahwa Tuhan yang dia sembah adalah Tuhan yang tidak pernah merancang kejahatan buat anak-anak-nya. Ayub juga sadar bahwa segala harta kekayaannya itu adalah titipan Tuhan semata, nah kalau sekarang sudah waktunya diambil, ya sudah, serahkan saja kembali. Tidak perlu menggerutu dan PROTES. Kalau anda bertanya apakah kekayaan itu penting atau tidak, maka saya menjawab itu relatif sekali. Alkitab mencatat lagi, apa artinya engkau kaya raya, tetapi kehilangan nyawanya. Artinya nyawa itu lebih penting ketimbang harta dong. Coba tanya pada gelandangan yang meminta-minta itu, berikan padanya sejumlah uang yang buannyaak, lalu minta dia mati! Jelas sekali dia nggak mau bukan!! Seorang penulis Rusia, Leo Tolstoy dalam bukunya Tuan dan Hamba mengisahkan suatu cerita sebagai berikut : Ada seorang petani miskin yang bernama Pak Khom, ia merasa iri pada kakak iparnya yang sangat kaya di kota. Suatu hari Pak Khom mendengar bahwa ada seorang tuan tanah yang bernama Starshina hendak menjual tanahnya. Pak Khom merasa tertarik untuk membeli tanah itu, agar dapat diolah dan ditanam sehingga ia juga menjadi orang yang kaya. "Berapa harga tanah engkau?" tanya Pak Khom. "Harga tanah," jawab Starshina: "Hanya 1000 rubel sehari." Pak Khom merasa bingung akan harga yang ditawarkan. "Berapa harganya yang benar?" Pak Khom ulang bertanya dengan serius. "Saya tidak menghitung dengan cara itu kata Starrshina "Saya akan menjual menurut harinya, artinya sebanyak tanah yang 3 / 5
dapat engkau kelilingi selama 1000 rubel." satu hari; itulah ukuran yang engkau perlu bayar yakni Pak Khom terheran-heran dan dalam hatinya ia berkata : "Ah.. saya pasti dapat mengelilingi seluas-luasnya dan saya akan menjadi orang yang paling kaya di desa ini." Selama satu malam., Pak Khom tidak dapat tidur nyenyak. Ia hanya membayangkan bahwa sebentar lagi ia akan menjadi tuan tanah yang kaya raya. "Saya akan membuat tanda patokan" kata Starshina; "Disini saya memberi patokan kayu, tanda dimulai. Apabila matahari terbenam engkau sudah harus tiba kembali di sini. Itu berarti semua tanah yang engkau kelilingi itu mejadi milikmu." Pak Khom mulai berjalan, ia tidak berjalan dengan pelan-pelan, melainkan dengan penuh semangat dan tergesa-gesa. Ia tidak menghiraukan panas terik matahari, dalam benak pikirannya hanya satu yaitu sebentar lagi ia akan kaya. Satu jam, dua jam berlalu dengan cepatnya. Pak Khom berusaha dengan sekuat tenaga dan secepat mungkin untuk berjalan. Sampai-sampai makan dan minum harus dilakukan sambil berjalan. Walaupun makanan dan minumannya tinggal sedikit, ia tetap berjalan terus. Pak Khom hanya melihat tanah-tanah yang subur, sungai-sungai yang jernih airnya dan terus berjalan; sementara di atas gunung orang-orang melambai-lambaikan tangan padanya. Pak Khom sudah capek sekali, kakinya mulai lecet dan juga berdarah, rasanya ia seperti tidak sanggup lagi. 4 / 5
Melihat matahari sudah hampir terbenam, Pak Khom kembali memaksakan diri untuk berlari, dan terjatuhkanlah ia tepat pada patokan pertama; namun ia sudah tidak bernyawa lagi. "Ah anak muda." Starshina berseru, "engkau dapat memenangkan banyak tanah hari ini. "Teman-teman Pak Khom kemudian mengambil sebuah sekop dan mengorek lubang yang berukuran satu meter kali dua meter untuk menguburnya. Inilah kenyataan yang dihadapi umat manusia itu, kita datang dan pulang tidak membawa apa-apa. Tetapi kita juga tidak boleh terlalu ekstrem di dalam hal ini, sehingga mengatakan oh harta itu tidak perlu, ngapain kerja, ngapain usaha, toh semua itu tidak dibawa, sehingga bermalas-malasan TUHAN menuntut tanggung jawab kita di dunia ini, kita harus kerja, malah ada ayat Alkitab yang mengatakan kalau kita tidak bekerja jangan makan, tetapi bukan bermaksud pekerjaan dan harta kekayaan itu menggeser CINTA kita kepada TUHAN. Saya yakin anda setuju sama saya! Matius 6:21 "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Satu ayat jamiman yang mesti kita pedomani adalah Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu Saya tidak tahu posisi anda saat ini? Apa yang sedang anda cari? Saumiman Saud Campbell - San Jose, Thanksgiving, 2004 5 / 5