BAB I PENDAHULUAN. (Darmawi, 2006). Menurut Bank Indonesia, manajemen risiko merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
Manajemen Resiko. Profil Resiko

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Bank di dalam menjalankan fungsi menawarkan jasa-jasa keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia, khususnya perbankan syariah, terus mengalami

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan praktek tata kelola lembaga keuangan yang sehat (Good

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting dari sebuah lembaga keuangan seperti peran perbankan sebagai lembaga

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara umum, bank yang sehat adalah bank yang menjalankan fungsifungsinya

BAB I PENDAHULUAN. secara mikro maupun secara makro. Indonesia merupakan salah satu negara

BAB I PEDAHULUAN. sistem perekonomian. Bank umum syariah maupun bank konvensional memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan banyaknya pendirian bank-bank. Baik itu bank milik pemerintah

No. 14/37/DPNP Jakarta, 27 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 65 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. faktor RGEC (Risk profile, Good Corporate Governance, Earnigs, Capital).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus

BAB I PENDAHULUAN. kantor, 24 Unit Usaha syariah (UUS) denga n 554 kantor, dan 160 Bank

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran. penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah

TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO DAN PEMENUHAN CAPITAL EQUIVALENCY MAINTAINED ASSETS

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I. Pendahuluan. Bank Syariah menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Darmawi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. pada tahun Pulihnya kondisi perbankan nasional dicirikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bank umum syari ah merupakan salah satu bank umum selain bank umum

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

I. PENDAHULUAN. Perjalanan perbankan yang diawali dari kemelut moneter sejak. pertengahan tahun 1997 lalu telah mengakibatkan terjadinya perubahan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan teori yang perkembangannya dimulai sejak tahun 1950-an,

Risk Based Bank Rating (RBBR) Tantangan Perbankan Menangani Krisis Global

BAB I PENDAHULUAN. terlihat semakin meningkat dengan pesat. Hal itu ditandai dengan berdirinya

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem keuangan yang sehat dan stabil. Perkembangan perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB 1 PENDAHULUAN. berlandasan pada Al-Qur an dan Hadist Nabi SAW. Atau dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah sesuai dengan prinsip syariah mengedepankan

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang. bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. xii 2 Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah, Februari 2017, h. 4.

BAB 1. dengan sifat bank sebagai lembaga yang highly geared. berfungsi sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja tetapi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen resiko yang merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi (Darmawi, 2006). Menurut Bank Indonesia, manajemen risiko merupakan serangkaian prosedur atau metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko-risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Penerapan manajemen risiko akan memberikan manfaat yang lebih baik kepada perbankan. Bagi perbankan, penerapan manajemen risiko ini dapat meningkatkan shareholder value, serta memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan terjadinya kerugian pada pihak bank dimasa yang akan datang. Meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis, yang digunakan sebagai dasar pengukuran yang tepat mengenai kinerja dalam dunia perbankan. Selain itu, manajemen resiko ditemukan untuk menjadi salah satu penentu pengembalian dari saham bank (Sensarma dan Jayadev, 2009 dalam Ajmi, 2012). 1

2 Sebagaimana diadopsi oleh Bank Indonesia melalui peraturan Nomor 5/8/PBI/2003 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum agar perbankan Indonesia dapat beroperasi secara lebih berhati-hati dan penerapannya disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank dalam hal keuangan, infrastruktur pendukung maupun sumber daya manusia. Dengan ketentuan ini, bank diharapkan mampu melaksanakan seluruh aktivitasnya secara terintegrasi dalam suatu sistem pengelolaan risiko yang akurat dan komprehensif. Menurut Idroes (2011: 22), bank sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas, memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan (income/return). Dalam menjalankan aktivitas, untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu dihadapkan pada risiko. Pada dasarnya risiko melekat pada seluruh aktivitas bank. Menurut Lawai (2005) dalam Bashori (2008) keberadaan perbankan syariah dalam sistem keuangan dunia saat ini adalah suatu fenomena baru yang mengejutkan bagi banyak pemerhati. Kemunculannya telah dipandang sebagai suatu alternatif sistem keuangan perekonomian dunia. Sebagai sistem alternatif, bank-bank syariah dirancang untuk menyediakan berbagai layanan sistem keuangan dan perbankan kepada masyarakat sebagaimana yang telah dilakukan perbankan. Kegiatan usaha bank syariah senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Perkembangan lingkungan eksternal dan internal perbankan syariah yang semakin

3 pesat mengakibatkan risiko kegiatan usaha perbankan syariah semakin kompleks. Oleh karena itu, bank syariah dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan mengenai penerapan manajemen risiko yang sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip-prinsip manajemen risiko yang diterapkan pada perbankan syariah di Indonesia diarahkan sejalan dengan aturan baku yang dikeluarkan oleh Islamic Financial Service Board (IFSB). Penerapan manajemen risiko pada perbankan syariah disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank. Bank Indonesia menetapkan aturan manajemen risiko ini sebagai standart minimal yang harus dipenuhi oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) sehingga perbankan syariah dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi, namun tetap dilakukan secara sehat, istiqomah, dan sesuai dengan Prinsip Syariah. Ketentuan umum tentang pelaksanaan maanjemen risiko perbankan syariah tertuang dalam ketentuan BI Nomor 13/23/PBI/2011 tanggal 2 November 2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi BUS dan UUS (Rustam, 2013:35). Salah satu fungsi utama lembaga keuangan, termasuk bank syariah, adalah untuk mengelola secara efektif risiko yang ditimbulkannya dalam transaksi keuangan. Untuk menyediakan layanan yang berisiko rendah, lembaga keuangan konvensional telah membangun berbagai kontrak, proses, instrumen, serta kelembagaan yang diperlukan dalam meringankan beban risikonya. Masa depan lembaga-lembaga keuangan syariah, termasuk bank-bank syariah, akan ditentukan oleh besarnya perhatian dan bagaimana mereka akan mengelola berbagai macam

4 risiko yang timbul dari kegiatan operasional mereka. Dalam operasional perbankan syariah hari ini, suatu kenyataan berbeda antara formulasi teoritis dan praktek aktualnya di lapangan dapat diobservasi dengan jelas. Sampai saat ini industri perbankan Indonesia masih dihadapkan pada risiko yang semakin kompleks akibat kegiatan usaha bank yang beragam. Yang akhirnya perbankan Indonesia mengalami perkembangan pesat sehingga mewajibkan bank untuk meningkatkan kebutuhan akan penerapan manajemen risiko guna untuk meminimalisasi risiko yang terkait dengan kegiatan usaha perbankan. Implementasi manajemen risiko pada bank di Indonesia diarahkan sejalan dengan standar baru secara global yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS) dengan konsep permodalan baru dimana kerangka perhitungan modal lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas manajemen risiko di bank atau yang lebih disebut dengan Basel II (Sari, 2012). Melalui implementasi Basel II pula, Bank Indonesia diharapkan dapat meningkatkan aspek manajemen risiko agar bank semakin resisten terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik di dalam negeri, regional maupun internasional (Bank Indonesia, 2003). Bank Indonesia juga menuntut dewan komisaris dan direksi setiap bank harus memahami rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Hal ini agar perbankan Indonesia terhindar dari risiko likuiditas yang berlebihan atau krisis pada bank yang dapat mengakibatkan sistem perekonomian dan perbankan

5 Indonesia menjadi tidak stabil. Praktik manajemen risiko di perbankan dapat menggunakan berbagai alternatif penilaian profil risiko. Risiko perbankan adalah risiko yang dialami oleh sektor bisnis perbankan sebagai bentuk dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang seperti keputusan penyaluran kredit, penerbitan kartu kredit, valuta asing, inkaso dan berbagai bentuk keputusan financial lainnya dimana itu telah menimbulkan kerugian terbesar dalam bentuk financial. Risiko perbankan berfokus pada masalah financial karena bisnis perbankan adalah bisnis yang bergerak dibidang jasa keuangan. Karena fungsinya sebagai mediasi, bank harus mampu menyediakan atau memberikan kemudahan itu seperti kemanan simpanan, kemudahan dalam menarik kembali dana dalam jumlah yang disesuaikan, kemudahan dalam mencairkan kredit termasuk rendahnya biaya administrasi yang ditanggung suku bunga kredit yang rendah dan perhitungan yang dilakukan secara tepat, cepat, dan akurat (Oktaviana, 2012:187-188). Risiko tersebut diakibatkan terjadinya sebuah atau serangkaian peristiwa bersifat negatif dan tidak diinginkan terjadi yang dapat mengakibatkan kegagalan atau kerugian dan bukannya menguntungkan bank. Risiko terkait dengan aktivitas perbankan, tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi. Namun kegiatan berisiko tersebut harus diambil untuk mendapatkan peluang bank untuk mendapatkan keuntungan, dengan cara meminimalkan risiko yang akan timbul dengan manajemen risiko. Kegagalan sebuah bank akan berdampak kepada sistem perbankan dan bahkan sistem perekonomian, hal ini juga terjadi pada saat krisis moneter tahun 1997 yang menjatuhkan ratusan bank nasional di Indonesia.

6 Klasifikasi risiko yang sering dahadapi oleh bank diantaranya adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional (Setiawan, 2007). Secara umum, risiko yang dihadapi perbankan syariah diklasifikasikan menjadi dua bagian besar, yakni risiko yang sama dengan yang dihadapi bank konvensional dan risiko yang memiliki keunikan tersendiri karena harus mengikuti prinsip-prinsip syariah. Risiko kredit, risiko pasar, risiko benchmark, risiko operasional, risiko likuiditas, dan risiko hukum harus dihadapi bank syariah. Tetapi, karena harus mematuhi aturan syariah, risiko-risiko yang dihadapi bank syariah pun menjadi berbeda. Bank syariah juga harus menghadapi risiko-risiko lain yang unik (khas). Risiko unik ini muncul karena isi neraca bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional. Dalam hal ini pola bagi hasil (profit and loss sharing) yang dilakukan bank syariah menambah kemungkinan munculnya risikorisiko lain. Seperti withdrawal risk, fiduciary risk, dan displaced commercial risk merupakan contoh risiko unik yang harus dihadapi bank syariah. Karakteristik ini bersama-sama dengan variasi model pembiayaan dan kepatuhan pada prinsip syariah. Konsekuensinya, teknik-teknik yang digunakan untuk melakukan identifikasi, pengukuran, dan pengelolaan risiko pada bank syariah dibedakan menjadi dua jenis. Teknik-teknik standar yang digunakan bank konvesional, asalkan tidak bertentangan dengan prinsip syariah, bisa diterapkan pada bank syariah. Beberapa di antaranya yaitu GAP analysis, maturity matching, internal rating system, dan risk adjusted return on capital (RAROC). Di sisi lain bank syariah bisa mengembangkan teknik baru yang harus konsisten dengan prinsip-

7 prinsip syariah. Ini semua dilakukan dengan harapan bisa mengantisipasi risikorisiko lain yang sifatnya unik tersebut. Akan tetapi pada kenyataannya, risiko-risiko yang dihadapi perbankan syariah lebih serius mengancam kelangsungan usaha bank syariah dibandingkan dengan risiko yang dihadapi bank konvensional. Hal tersebut didukung dengan survey yang dilakukan Islamic Development Bank (2001) terhadap 17 lembaga keuangan syariah dari 10 negara mengimplikasikan bahwa nasabah bank syariah berpotensi menarik simpanan mereka jika bank syariah memberikan hasil yang lebih rendah daripada bank konvensional. Lebih jelasnya lagi, model pembiayaan bagi hasil, seperti diminishing musyarakah, musyarakah, mudharabah, dan model jual beli seperti salam dan istishna lebih berisiko ketimbang murabahah dan ijarah. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan manajemen risiko guna untuk mengelola jenis-jenis risiko yang ada pada perbankan syariah dan juga bank konvensional karena selama ini pedoman yang dijalankan dibuat hanya untuk bank-bank konvensional. Padahal pemain dalam bisnis perbankan dunia dan nasional tidak hanya bank konvensional, tetapi juga sudah diramaikan oleh bank dengan prinsip syariah yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebuah survey global eksekutif layanan finansial dilakukan pada bulan Maret 2009 oleh Economist Intelligence Unit (2010) atas nama SAS Inc, bertujuan untuk menguji bagaimana lembaga financial seluruh dunia memperkuat kemampuan manajemen risiko dalam menanggapi global krisis. Sekitar setengah dari responden survei melaporkan bahwa mereka telah melakukan, atau berencana untuk melakukan, pemeriksaan menyeluruh manajemen risiko, termasuk

8 perbaikan kualitas dan ketersediaan data, memperkuat tata kelola risiko, bergerak menuju pendekatan melebar untuk risiko dan lebih integrasi resiko dalam bidang usaha. Namun, hanya 40 persen responden menyatakan bahwa pentingnya manajemen risiko secara luas dipahami seluruh perusahaan mereka, menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk menanamkan budaya yang kuat dari manajemen risiko di lembaga financial. Penelitian ini lebih difokuskan pada tingkat risiko yang sepenuhnya ada pada bank umum konvensional dan bank umum syariah yang masuk dalam dalam kaegori dual system banking di Indonesia. Menurut Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hussain dan Al-Ajmi (2012) tentang praktek manajemen resiko bank konvensional dan bank syariah di Bahrain memberikan hasil bahwa tingkat risiko yang terjadi di bank syariah lebih tinggi dibandingkan tingkat risiko yang terjadi di bank konvensional. Akan tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Islamic Development Bank (2011) terhadap 17 lembaga keuangan syariah dari 10 negara. Menunjukkan bahwa risiko-risiko unik yang harus dihadapi bank Syari ah lebih serius mengancam kelangsungan usaha bank Syari ah dibandingkan dengan risiko yang dihadapi bank konvesional. Survei tersebut juga mengimplikasikan bahwa para nasabah bank Syari ah berpotensi menarik simpanan mereka jika bank Syari ah memberikan hasil yang lebih rendah daripada bunga bank konvesional.22 Lebih jauh survei tersebut menyatakan, model pembiayaaan bagi hasil, seperti diminishing musyarakah, musyarakah, mudharabah, dan model jualbeli, seperti salam dan istishna, lebih berisiko ketimbang murabahah dan ijarah.

9 Bashori (2008) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa tingkat resiko yang dihadapi oleh bank-bank syariah meliputi resiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, hukum, reputasi, stratejik, kepatuhan. Resiko yang dihadapi bank syariah akan memiliki fitur khusus meskipun jenis resikonya sama dengan bank konvensional. Tamimi dan Al-Mazrooei (2007) dalam jurnal penelitian yang berjudul Perbandingan manajemen resiko bank-bank yang berbadan hukum dan bank asing di Arab Serikat Emirat Arab (UEA). Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa tiga jenis yang paling penting dari resiko yang dihadapi bankbank komersil UEA adalah resiko valuta asing, resiko kredit dan resiko operasional. Namun resiko utama yang dihadapi UEA bank umum adalah resiko kredit. Dwi rahmawati (2013) dalam skripsinya yang berjudul Unsystematic Risiko Kredit pada Bank Syariah di Indonesia memberikan hasil bahwa variabel ekspansi pembiayaan, kualitas pembiayaaan, modal penyangga, rasio modal, ukuran, secara bersama-sama berpengaruh terhadap risiko kredit sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Variabel-variabel tersebut dapat menjelaskan sebesar 68,7% sedangkan sisanya 31,36% dijelaskan variable lain yang mempunyai pengaruh namun tidak diamati dalam penelitian ini. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap risiko kredit adalah kualitas pembiayaan, yaitu dapat menjelaskan sebesar 31,36%. Dari kondisi diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengkomplikasi kembali mengenai risiko-risiko perbankan, lebih

10 khususnya pada bank umum konvensional dan bank umum syariah yang ada di Indonesia tentang ANALISIS PERBANDINGAN MANAJEMEN RISIKO BANK UMUM KONVENSIONAL (BUK) DAN BANK UMUM SYARIAH (BUS) DI INDONESIA PERIODE 2010-2012. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan tingkat resiko pada Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2012? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana perbedaan tingkat resiko pada Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia selama periode 2010-2012. 1.4 Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu melebar, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu pokok pembahasan pada penelitian ini hanya dibatasi pada masalah manajemen risiko yang ada pada perbankan syariah yang berbadan umum syariah bukan unit usaha syariah dan bank konvensional pada periode 2010-2012.

11 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti a. Untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk berfikir secara kritis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi. b. Pengaplikasikan dari ilmu yang diperoleh peneliti selama perkuliahan 1.5.2 Bagi Lembaga a. Hasil ini diharapkan dapat dijadikan tambahan literature untuk peneliti kedepan. 1.5.3 Bagi Perusahaan Hasil ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi untuk dapat mengurangi tingkat resiko perusahaan agar mampu bersaing dalam peningkatan labil ekonomi dan juga sebagai pengambilan keputusan.