NASKAH PUBLIKASI REZA DWI PRASTIA I

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006). Kateterisasi urin ini dilakukan dengan cara memasukkan selang plastik

EFEKTIVITAS PEMASANGAN KATETER DENGAN MENGGUNAKAN JELLY YANG DIMASUKKAN URETRA DAN JELLY YANG DIOLESKAN DI KATETER TERHADAP RESPON NYERI PASIEN

STUDI KOMPARASI NYERI PADA PASIEN YANG DIPASANG KATETER MENGGUNAKAN JELLY DENGAN LUBRICATION ADEKUAT DI IGD RSUD

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

TINGKAT NYERI PEMASANGAN KATETER MENGGUNAKAN JELI OLES DAN JELI YANG DIMASUKKAN URETHRA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN orang dan sekitar kasus SCI terjadi karena kasus. kecelakaan bermotor. Sekitar kasus baru muncul setiap tahun

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. keluar kandung kemih melalui kateter urin secara terus menerus. kemih yang disebut dengan bladder training.

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL.

Abstrak. Kata kunci: nyeri pinggang bawah, kompres hangat, lansia. Abstract

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN KEMIH AKIBAT KATETER Diane K. Newman, Robyn Strauss

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BLADDER TRAINING MODIFIKASI CARA KOZIER PADA PASIEN PASCABEDAH ORTOPEDI YANG TERPASANG KATETER URIN

Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Nyeri Pasien Post Seksio Sesaria Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudus Tahun 2016

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN. asli ke perifer dan menjadi kaspul bedah (Rahardjo, 1995). Benigna Prostat

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

EFEKTIVITAS PEMBERIAN AROMATERAPI LEMON DAN LAVENDER TERHADAP TINGKAT NYERI PADA SAAT PEMASANGAN INFUS DI IGD RSUD

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUDZA BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi, yang diperoleh

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS.

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB III METODE PENELITIAN. experiment menggunakan pendekatan pre-post test design with control group.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

Efektivitas Bladder Training Terhadap Retensi Urin Pada Pasien Post Operasi BPH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Complication of Foley Catheter Is Infection the Greatest Risk. Oleh : dr. M. Gunthar A. Rangkuti

Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

TINGKAT NYERI ANAK USIA 7-13 TAHUN SAAT DILAKUKAN PEMASANGAN INFUS DI RSUD KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

*) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Disusun Oleh : AFNI DWI WIJAYANTI

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experimental design dengan

PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN FRAKTUR DI RUANGAN BEDAH RSUD PROF.

KARAKTERISTIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT NYERI PADA PASIEN FRAKTUR DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM GMIM BETHESDA TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa yang sama secara berulang dan membuat komitmen untuk. merekomendasikannya secara positif kepada orang terdekatnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN RESPON NYERI PADA PROSEDUR KATETERISASI URIN PRIA DENGAN TEKNIK PENGOLESAN JELLY PADA KATETER DAN PENYEMPROTAN JELLY LANGSUNG KE DALAM URETHRA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD DR. SOEDARSO REZA DWI PRASTIA I31110029 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2015

Perbandingan Respon Nyeri Pada Prosedur Kateterisasi Urin Pria Dengan Teknik Pengolesan Jelly Pada Kateter Dan Penyemprotan Jelly Langsung Ke Dalam Urethra Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soedarso Reza Dwi Prastia 1, Suriadi 2, Berthy Adiningsih 3 ( 1 Mahasiswa Program Studi Keperawatan, 2 Staf Pengajar Program Studi Keperawatan, 3 Staf Pengajar Program Studi Keperawatan) ABSTRAK Universitas Tanjungpura Pontianak Latar belakang: Eliminasi merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan fisologis manusia. Terganggunya eliminasi menandakan terjadinya gangguan pada bagian sistem perkemihan sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari hari dan dapat mengganggu aktivitas. Pemasangan kateter urin merupakan suatu tindakan invasif dengan memasukkan selang ke dalam kandung kemih yang mana bertujuan untuk membantu dalam mengeluarkan urin. Tindakan ini dapat menyelamatkan kehidupan, khususnya bila saluran kemih tersumbat atau pasien tidak dapat melakukan pengeluaran urin. Objektif: penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan respon nyeri pada prosedur kateterisasi urin pria dengan teknik pengolesan jelly pada kateter dan penyemprotan jelly langsung ke dalam urethra. Metode: jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan desain quasi eksperimen. Jumlah sampel 20 responden yang dilakukan dengan accidental sampling. Analisa penelitian ini menggunakan uji independent t test. Hasil: dari analisa mengetahui perbandingan respon nyeri pada prosedur kateterisasi urin pria dengan teknik pengolesan jelly pada kateter dan penyemprotan jelly langsung ke dalam urethra dengan menggunakan uji independen t test didapatkan hasil nilai p = 0,001 dimana nilai p < 0,05. Kesimpulan: ada perbandingan respon nyeri pada prosedur kateterisasi urin pria dengan teknik pengolesan jelly pada kateter dan penyemprotan jelly langsung ke dalam urethra yang dimana kateterisasi urin dengan teknik penyemprotan jelly langsung ke dalam urethra menunjukan hasil yang lebih baik dalam mengurangi nyeri dibandingkan dengan teknik pengolesan jelly pada kateter. Kata kunci: kateterisasi, jelly, respon nyeri Referensi: 31 (1999-2014)

Comparison Of Pain Response In Male Urinary Catheterization Procedures With Applicating The Jelly On The Catheter Technique And Spraying Directly Into The Urethra In Emergency Unit Dr. Soedarso Reza Dwi Prastia 1, Suriadi 2, Berthy Adiningsih 3 ( 1 Student of Nursing Program, 2 Lecturer of Nursing Program, 3 Lecturer of Nursing Program) Tanjungpura University Pontianak ABSTRACT Background: Elimination is one of the fulfillment of human physiological needs. Disruption of elimination indicates the occurrence of interference on the part of the urinary system, causing an inconvenience in daily life and can interfere the activity. Urinary catheter is an invasive procedure that putting a tube into the bladder which aims to help out the urine. This action can save lives, especially when the urinary tract is blocked or the patient is unable to urinate. Objective: This study was conducted to determine the comparison of pain response in male urinary catheterization procedures with applicating the jelly on the catheter technique and spraying directly into the urethra Methods: This study is a kind of experiment using quasi-experimental design. Total sample of 20 respondents conducted by accidental sampling. Analyzed using independent t test test. Results: analysis compare the comparison of pain response in male urinary catheterization procedures with applicating the jelly on the catheter technique and spraying jelly directly into the urethra using a t-test of independent test results obtained p value = 0.001 where the value of p <0.05. Conclusion: there is a comparison of pain response in male urinary catheterization procedures with applicating the jelly on the catheter technique and spraying directly into the urethra. where the urine catheterization technique of spraying jelly directly into the urethra showed a better results in reducing pain compared with applicating the jelly on the catheter technique. keywords: catheterization, jelly, pain response References: 31 (1999-2014)

PENDAHULUAN Eliminasi merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan fisologis manusia. Terganggunya eliminasi menandakan terjadinya gangguan pada bagian sistem perkemihan baik karena cidera ataupun penyakit seperti retensi urin, batu ginjal, inkonentsia urin, atau BPH (benigna prostat hipertropi) sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari hari dan dapat mengganggu aktivitas. Pentingnya eliminasi atau pengeluaran urin dengan lancar, salah satu tindakan keperawatan kolaborasi yang sering dilakukan perawat di rumah sakit yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan eliminasi adalah pemasangan kateter. Pemasangan kateter urin merupakan suatu tindakan invasif dengan memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih yang mana bertujuan untuk membantu pengeluaran urin. Pemasangan kateter urin dapat menjadi suatu tindakan yang dapat menyelamatkan keselamatan jiwa khususnya bila ada masalah pada saluran kencing dikarenakan tersumbat atau pasien tidak dapat melakukan urinasi. Tindakan pemasangan kateter urin juga dapat dilakukan pada pasien dengan indikasi lain, seperti: untuk menentukan jumlah urin sisa di dalam kandung kemih, untuk melancarkan suatu obstruksi yang menyumbat aliran urin, atau untuk memantau hasil pengeluaran urin setiap jam pada pasien (Smelzter, 2001). Smith (2003) melaporkan dalam pemasangan kateter yang dilakukan lebih dari 5000 pasien setiap tahunnya di Amerika, yang mana sebanyak 4% penggunaan kateter dilakukan pada perawatan rumah, dan sebanyak 25% pada perawatan akut. Sebanyak 15-25% pasien yang berada di rumah sakit menggunakan selang kateter menetap untuk mengukur haluaran urin dan membantu dalam pengosongan kandung kemih (Joanna Briggs Institute, 2000). Berdasarkan data bulanan rekam medis di rumah sakit rsud dr. Soedarso tahun 2014 kurang lebih ada 742 kunjungan di instalasi gawat darurat (IGD) dalam waktu satu bulan baik yang rujukan maupun non rujukan. Untuk data laporan igd dalam waktu satu bulan pasien yang dilakukan kateterisasi urin terdapat kurang lebih 34 pasien. Studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap dua orang pasien pria yang dipasang kateter di ruang rawat inap, keduanya mengeluh mengatakan nyeri saat dilakukan pemasangan kateter urin. Nyeri adalah suatu sensasi yang menjadi keluhan utama pada pasien yang mengalami kateterisasi urin, karena prosedur ini ialah dengan memasukkan selang kateter dalam kandung kemih yang mana mempunyai resiko terjadinya infeksi atau trauma pada dinding urethra. Resiko terjadi trauma dapat berupa iritasi pada dinding urethra lebih sering dialami pada pria dikarenakan anatomi urethranya yang lebih panjang dan berliku - liku dibandingkan dengan urethra wanita, serta kondisi membran mukosa yang melapisi dinding urethra mudah sekali rusak oleh pergesekan akibat dari pemasukkan selang kateter (Kozier & Erb, 2009). Untuk mengurangi nyeri saat pemasangan kateter urin adalah dengan menggunakan jelly pelumas. Ada dua alternatif dalam penggunaan jelly pelumas. Yang pertama dengan

mengolesi jelly pada selang kateter di sepanjang selang yang akan dimasukkan ke dalam urethra setelah diukur, dan yang kedua dengan memasukkan jelly pada urethra dengan menggunakan spuit (Roe, 2003). Dari kedua alternatif tersebut, tampaknya alternatif pertama masih menjadi primadona dalam prosedur pemasangan kateter di rumah sakit. Berbeda dengan Ferdinan.dkk (2003), bahwa cara memasukkan jelly langsung ke dalam urethra dapat memengaruhi kecepatan dalam pemasangan selang kateter sehingga dapat mengurangi iritasi pada dinding urethra akibat dari pergesekan dengan selang kateter dibandingkan dengan cara pelumasan jelly pada kateter. Melihat fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada perbandingan respon nyeri pada prosedur kateterisasi urin pria dengan teknik pengolesan jelly pada kateter dan penyemprotan jelly langsung ke dalam urethra. TUJUAN Untuk mengetahui perbandingan respon nyeri pada prosedur kateterisasi urin pria dengan teknik pengolesan jelly pada kateter dan penyemprotan jelly langsung ke dalam urethra di instalasi gawat darurat RSUD dr. Soedarso METODE Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain penelitian quasi eksperimental dengan rancangan posttest only with control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pria yang akan dilakukan pemasangan kateter urin di instalasi gawat darurat RSUD dr. Soedarso. Dalam usaha penarikan sampel dari populasi yang tersedia dengan menggunakan cara non probability sampling dengan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 20 orang. HASIL Dari hasil analisa univariat, diperoleh data sebagaimana yang disajikan oleh tabel berikut ini: Tabel 1 Karakreristik responden No Karakteristik Demografi 1 Usia 17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-55 tahun 2 Agama Islam Katolik buddha 3 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA S1 4 Pekerjaan PNS Wiraswasta Tani Buruh Tidak bekerja Frekuensi % 1 3 4 11 1 17 2 1 2 2 5 9 2 3 8 6 2 1 5% 15% 20% 55% 5% 85% 10% 5% 10% 10% 25% 45% 10% 15% 40% 30% 10% 5% Berdasarkan tabel di atas pada sektor usia, rata-rata sebagian besar yang menjadi responden penelitian berada pada rentang usia 46-55 tahun (55%). Ada sebanyak 1 responden yang berusia pada rentang 17-25 tahun (5%), 3 responden yang berusia pada rentang

26-35 tahun (15%), 4 responden yang berusia pada rentang 36-45 tahun (20%), 11 responden yang berusia pada rentang 46-55 tahun (55%), dan 1 responden yang berusia pada rentang 56-65 tahun (5%). Pada sektor agama sebagian besar responden menganut agama islam. Ada sebanyak 17 responden (85%) yang beragama islam, 2 responden (10%) yang beragama katolik, dan 1 orang responden (5%) yang beragama buddha. Pada sektor pendidikan ada sebanyak 2 responden (10%) yang tingkat pendidikan terakhirnya hingga jenjang SD, 5 responden (25%) yang tingkat pendidikan terakhirnya SMP, 9 responden (45%) yang tingkat pendidikan terakhirnya SMA, 2 responden (10%) yang tingkat pendidikan terakhirnya S1, dan 2 responden (10%) yang tidak bersekolah. Pada sektor pekerjaan ada sebanyak 3 orang responden (15%) yang bekerja sebagai PNS, 8 orang responden (40%) bekerja sebagai wiraswasta, 6 orang responden (30%) bekerja sebagai petani, 2 orang responden (10%) bekerja sebagai buruh, dan 1 orang responden (5%) yang tidak bekerja. Tabel 2 Respon nyeri pada pemasangan kateter urin dengan teknik pengolesan jelly nyeri f % Nyeri sedang 5 50% Nyeri berat 5 50% pada kateter. Respon nyeri yang didapat pada teknik oles adalah 5 responden (50%) berada pada kategori nyeri sedang, dan 5 responden (50%) berada pada kategori nyeri berat. Tabel 3 Frekuensi distribusi rata-rata skor nyeri dengan menggunakan teknik oles pada prosedur pemasangan kateter urin di IGD RSUD dr. soedarso Variable Mean St. Min Max Devi asi Skor 6.50 1.434 5 9 nyeri pada teknik oles Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil rata-rata skor nyeri dengan menggunakan teknik oles yaitu 6.50 dengan standar deviasi 1.434, skor minimum 5, dan maksimum 9. Rata-rata skor yang menggunakan teknik oles menunjukkan respon nyeri pada kategori sedang-berat. Tabel 4 Respon nyeri pada pemasangan kateter urin dengan teknik penyemprotan jelly nyeri f % Nyeri ringan 2 20% Nyeri sedang 8 80% langsung ke dalam urethra Respon nyeri yang didapat pada teknik semprot adalah 2 responden (20%) berada pada kategori nyeri ringan, dan 8 responden (80%) berada pada kategori nyeri sedang.

kateter urin di igd rsud dr. Soedarso Tabel 5 Frekuensi distribusi skor rata-rata nyeri dengan menggunakan teknik semprot pada prosedur pemasangan kateter urin di igd Variable Mean St. Min Max Deviasi Skor 4.30 1.160 2 6 nyeri pada teknik semprot rsud dr. Soedarso Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil rata-rata skor nyeri dengan menggunakan teknik oles yaitu 4,30 dengan standar deviasi 1,160, skor minimum 2, dan maksimum 6. Rata-rata skor yang menggunakan teknik semprot menunjukkan respon nyeri pada kategori ringan-sedang. Tabel 6 Frekuensi distribusi skor rata-rata nyeri dengan menggunakan teknik oles dan semprot pada prosedur pemasangan Variable Mean Std. Deviasi Skor 6.50 1.434 nyeri pada teknik oles Skor nyeri pada teknik semprot 4.30 1.160 t p 3.773 0.001 Berdasarkan tabel di atas, hasil rata-rata skor nyeri dengan menggunakan teknik oles yaitu 6.50 dengan standar deviasi 1.434, dan hasil rata-rata skor nyeri dengan menggunakan teknik oles yaitu 4.30 dengan standar deviasi 1.160. Setelah diolah dengan spss didapatkan nilai t = 3.773, serta didapatkan nilai p = 0.001. Dilihat bahwa hasil uji statistik dalam penelitian ini menggunakan independent t test yang berarti nilai p < 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak jadi ada perbandingan respon nyeri pada prosedur pemasangan kateter urin dengan teknik oles dan semprot. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka dapat dilihat bahwa ada perbandingan respon nyeri pada prosedur kateterisasi urin pria dengan teknik pengolesan jelly pada kateter dan penyemprotan jelly langsung ke dalam urethra di instalasi gawat darurat RSUD dr. Soedarso, pengukuran respon nyeri pada teknik oles dengan menggunakan instrumen skala nyeri NRS (numeric rating scale), maka didapatkan respon nyeri menunjukan rata-rata 6,50 sedangkan pada teknik semprot didapatkan respon nyeri rata-rata 4,30. Perbedaan respon tingkat nyeri yang dirasakan bermakna, artinya para responden merasa lebih nyeri jika dipasangkan kateter dengan teknik oles dibandingkan dengan memasukkan jelly langsung ke dalam urethra. Teknik pelumasan pada kateter dengan menggunakan jelly merupakan salah satu teknik dalam prosedur kateterisasi sebelum dilakukan pemasangan kateter agar mempermudah memasukkan selang kedalam urethra.

Teknik pemasangan kateter dengan menggunakan jelly baik dengan teknik oles maupun langsung dimasukkan ke dalam urethra menimbulkan efek nyeri dengan tingkat nyeri yang berbeda. Sensasi nyeri yang dirasakan responden lebih bersifat fisik. Jika dilihat dari klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi, maka nyeri yang dirasakan oleh responden yang dipasang kateter lebih ke arah nyeri supervisial. Hal ini disebabkan karena terjadinya sensasi nyeri hanya berlangsung sebentar dan terlokalisasi (Potter & Perry, 2005) Respon nyeri saat pemasangan kateter urin dengan teknik penyemprotan jelly pada urethra Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter & Perry, 2005). Adapun tingkat nyeri yang dialami responden, responden yang dilakukan pemasangan kateter dengan teknik memasukkan jelly langsung ke dalam urethra mendapatkan respon nyeri yang lebih rendah. Studi yang dilakukan oleh Borch et al. (2013) dalam jurnal a randomized trial of 2% lidocaine gel versus plain lubricating gel for minimizing pain in men undergoing flexible cystoscopy, dimana hasil perbandingan skor nyeri yang diukur dengan penilaian nyeri dengan instrumen VAS (visual analogue scale) mendapatkan skor selisih yang tidak terlalu jauh pada prosedur pemasangan sistoskopi. Prosedur yang hampir sama dengan kateterisasi urin ini dimana pemeriksaan sistoskopi prosedurnya dengan memasukan sebuah tabung fleksibel berlensa yang dimasukkan melalui urethra ke dalam kandung kemih (Baradero, 2005). Pada prosedur dalam penelitian tersebut mengunakan pelumas jelly ditambah lidokain 2% yang didapatkan skor rata-rata 2.04, sedangkan dengan penggunaan pelumas biasa tanpa lidokain dengan teknik memasukkan jelly ke dalam urethra, didapatkan skor rata-rata 3,38. Perbedaan yang tidak terlalu jauh dengan selisih 1,34 poin ini menunjukan bahwa pelumasan dengan metode memasukkan jelly ke dalam urethra cenderung lebih baik dalam meminimalisir rasa nyeri ketika akan melakukan pemasangan kateter urin. Metode pelumasan ini lebih direkomendasikan dikarenakan jelly yang langsung dimasukkan ke dalam urethra akan melumasi daerah mukosa urethra lebih maksimal dikarenakan semua jelly dapat bekerja di dalam urethra untuk mengurangi gesekan dengan mukosa jaringan di dalam urethra sehingga sensasi nyeri yang dirasakan berkurang. Metode ini juga didukung oleh Rei et al. (2009) dalam jurnalnya yang berjudul glidewireassisted foley catheter placement: a simple and safe technique for difficult male catheterization, yang dimana metode pelumasan jelly yang dimasukkan langsung lebih efektif mengatasi masalah kesulitan dalam pemasangan kateter urin sehingga meminimalisir nyeri. Respon nyeri saat pemasangan kateter urin dengan teknik pengolesan jelly pada kateter Tingkatan nyeri yang dirasakan oleh para responden yang menggunakan jelly dengan teknik oles cenderung berada di rentang tingkat sedang-berat. Hal ini dikarenakan jumlah jelly yang digunakan cenderung lebih sedikit karena hanya sebatas pada area selang kateter yang akan dimasukkan, dan juga pada saat proses pemasangan kateter, jelly biasanya tertinggal di area mulut meatus urethra sehingga jelly yang

seharusnya melumasi daerah dinding mukosa urethra menjadi kurang maksimal. Kurang maksimalnya pelumasan cenderung mengakibatkan sensasi nyeri akibat gesekan selang kateter dan mukosa urethra. Perbandingan respon nyeri pada prosedur kateterisasi urin pria dengan teknik pengolesan jelly pada kateter dan penyemprotan jelly langsung ke dalam urethra Penggunaan teknik semprot yang mana melakukkan penyemprotan jelly langsung ke dalam urethra rata-rata mendapatkan hasil respon nyeri yang lebih baik dibandingkan dengan responden yang menggunakan teknik oles. Keadaan ini berbeda ketika jelly hanya dioleskan dipermukaan kateter. Hal ini diakibatkan karena jumlah jelly yang melapisi katater tidak maksimal, karena banyak jelly yang tertinggal diluar meatus uretha ketika selang kateter akan dimasukkan, sehingga mengakibatkan sensasi nyeri akibat gesekan selang kateter dan mukosa urethra karena tidak sepenuhnya dilapisi oleh jelly secara maksimal. Studi yang dilakukan oleh Lundgren et al. (2000) dalam jurnal yang berjudul the importance of osmolality for intermittent catheterization of the urethra, yang mana peneliti melakukan penelitian terhadap kelinci untuk melihat kondisi jaringan epitel urethra. Terlihat bahwa pelumasan yang adekuat akan membuat jaringan epitel disekitar urethra tidak terlalu mengalami gesekan yang membuat jaringan disekitar menjadi rusak dibandingkan dengan pelumasan yang tidak adekuat. Namun kembali lagi karena nyeri itu sifatnya subjektif maka sulit menilai tingkatan nyeri yang pasti, tergantung dari gaya koping individu masing-masing yang mempersepsikan masalah nyeri tersebut. Terapi farmakologis merupakan metode yang menggunakan obat-obatan dalam mengatasi nyeri (Perry & Potter, 2005). Namun dalam penelitian ini, mengurangi rasa nyeri pada prosedur kateterisasi yang menggunaan jelly tidak sepenuhnya dapat menghilangkan sensasi nyeri pada pemasangan kateter. Beberapa pasien yang masih merespon terhadap sensasi nyeri akibat insersi kateter akan mendorong perawat untuk melakukan upaya yang bersifat non farmakologis. Alternatif manajemen nyeri non farmakologis yang mungkin dapat dilakukan oleh perawat antara lain berupa bimbingan antisipasi, distraksi, dan stimulus kutaneus. Pada bimbingan antisipasi, perawat memberikan informasi kepada pasien tentang kemungkinan nyeri, dan penyebab nyeri yang mungkin akan terjadi sebelum dilakukan prosedur kateterisasi. Alternatif kedua adalah dengan melakukan teknik distraksi untuk mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri. Sedangkan pada teknik stimulasi kutaneus, perawat dapat melakukan pemijatan. Meek (1993) menyatakan bahwa sentuhan merupakan suatu teknik integrasi sensori yang dapat memengaruhi aktivitas sistem saraf otonom. Pasien mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respon relaksasi (Perry & Potter, 2005). KESIMPULAN

Adanya suatu perbandingan antara teknik pengolesan jelly dan penyemprotan jelly ke dalam urethra pada prosedur kateterisasi urin pria di IGD dr. Soedarso yang mana teknik penyemprotan jelly langsung ke dalam urethra dinilai lebih efektif dalam mengurangi rasa nyeri dibandingkan drngan hanya mengolesi jelly pada kateter dalam prosedur kateterisasi. Dibuktikan dengan perbandingan ratarata skor oles dan semprot yaitu 6,50 : 3,40. SARAN Bagi rumah sakit hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah variasi SOP (standar operasi prosedur) khususnya dalam prosedur kateterisasi di rumah sakit sehingga meningkatkan kenyamanan pasien dalam mengatasi masalah nyeri ketika akan dilakukan kateterisasi. Bagi Institusi Keperawatan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan tentang teknik pengurangan nyeri pada kateterisasi dengan mengaplikasikan tindakan keperawatan mandiri dalam manajemen nyeri seperti teknik relaksasi tertentu dalam pengaruhnya mengatasi nyeri pada insersi kateter. Bagi Penelitian Selanjutnya hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan inspirasi untuk penelitian lain agar dapat mengembangkan penelitian selanjutnya dalam menangani masalah nyeri kateteterisasi urin. DAFTAR PUSTAKA Borch, M., Scosyrev, E., Baron, B., Encarnacion, J., Smith, E.M., & Messing, E. (2013). A randomized trial of 2% lidocaine gel versus plain lubricating gel for minimizing pain in men undergoing flexible cystoscopy. Urologic Nursing, 33(4), 187-193 Baradero, M dan Dayrit, M. 2007. Seri Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan. Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC Kozier, B Glenora, E 2009, Buku ajar praktik keperawatan klinis, trans. E Meiliya, E, Wahyuningsih, D Yulianti, EGC, Jakarta Lundgren. J., Bengtsson, O., Israelsson A., Jönsson AC., Lindh AS., Utas J.. (2000). The importance of osmolality for intermittent catheterization of the urethra. International medical society of paraplegia Spinal Cord.Jan;38(1):45-50. National institutes of health warren grant magnuson clinical center (2003). Pain intensity instrument diakses melalui www.mvltca.net/presentations/m vltca.pdf 12 mei 2014 Potter, P.A, dan Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan,konsep proses dan praktek edisi 4. Jakarta. EGC. Rei K. Chiou, MD., Himanshu Aggarwal, MD., Wen Chen (2009).glidewire-assisted foley catheter placement: a simple and safe technique for difficult male catheterization. Canadian Urological Association. Roe, et al. (2003). Procedures checklist to accompany delmar s: clinical

nursing and concepts. USA: Delmar learning Smeltzer, Susan C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner & suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC Smith, J. M. (2003). Indwelling catheter management: from habit-based to evidence-based practice. Diakses dari http://www.owm.com/content/indwellingcatheter-management-fromhabit-based-evidence-basedpractice pada tanggal 10 mei 2014 The joanna briggs institute. (2000). Management of short term indwelling urethral catheters to prevent urinary tract infections. Diakses dari www.joannabriggs.edu.au pada tanggal 10 mei 2014