C. Model-model Konseptual

dokumen-dokumen yang mirip
D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai

KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) KABUPATEN WAKATOBI MILAWATI ODE, S.KEL

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dari ketiga

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

2.0 TIM PROYEK DAN PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI

Mengembalikan Teluk Penyu sebagai Icon Wisata Cilacap

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan konservasi di Indonesia baik darat maupun laut memiliki luas

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

BAB I PENDAHULUAN. ( 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

EKOSISTEM. Yuni wibowo

BAB I PENDAHULUAN. Perburuan satwa liar merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

B. Lokasi Proyek 1.0 Ringkasan Lokasi 2.0 Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. hewan langka di Indonesia yang masuk dalam daftar merah kelompok critically

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

RENCANA PROYEK PULAU SERENA. Jacob Parker, Departemen Kehutanan & Hidupan Liar, April 2008

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan hutan dalam. pemenuhan bahan pangan langsung dari dalam hutan seperti berburu hewan,

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari

I. PENDAHULUAN. sepanjang khatulistiwa dan km dari utara ke selatan. Luas negara Indonesia

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

TINJAUAN PUSTAKA. didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban yang tersedia!

BIODIVERSITAS 3/31/2014. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) "Ragam spesies yang berbeda (species diversity),

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1

SMP NEGERI 3 MENGGALA

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA IKAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

ADAPTASI NELAYAN DI PERMUKIMAN NELAYAN MUARA KARANG ADITIANATA

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

PEMERINTAH DESA KUCUR

Transkripsi:

C. Model-model Konseptual Semua kampanye Pride Rare dimulai dengan membangun suatu model konseptual, yang merupakan alat untuk menggambarkan secara visual situasi di lokasi proyek. Pada bagian intinya, suatu model konseptual yang baik menggambarkan seperangkat hubungan kausal secara grafis antar faktor yang dipercaya memberikan dampak kepada satu atau lebih sasaran keanekaragaman hayati. Suatu model yang baik harus secara jelas menghubungkan sasaran keanekaragaman hayati dengan ancaman langsung yang memberikan dampak padanya dan faktor yang berkontribusi (termasuk ancaman tidak langsung dan kesempatan) mempengaruhi ancaman langsung. Model itu juga harus menyediakan dasar untuk menentukan dimana kita dapat melakukan intervensi dengan strategi kita dan dimana kita perlu mengembangkan indikator untuk mengawasi keefektifan strategi tersebut. Seksi ini akan menunjukkan elemen model konseptual yang diidentifikasi oleh kelompok pemangku kepentingan sebagai faktor yang memberikan kontribusi terhadap hilangnya kesehatan keanekaragaman hayati Pulau Serena: 3.0 Mengembangkan Suatu Model Konsep 3.1 Model Konseptual dengan Miradi 3.2 Model Konseptual Naratif Awal 39

3.0 MENGEMBANGKAN SUATU MODEL KONSEPTUAL C. Model-model Konseptual Pertemuan pemangku kepentingan pada bulan Januari 2008 mempertemukan 21 peserta yang mengidentifikasi faktor langsung dan berkontribusi dan membuat suatu Model Konseptual untuk Pulau Serena. Lingkup proyek (lingkungan daratan Serena) membentuk konteks untuk pembahasan tersebut. Ancaman langsung diidentifkasi, kemudian dituliskan pada kartu-kartu yang lalu ditempelkan ke dinding dan dihubungkan dengan sasaran yang sesuai dengan menggunakan tanda panah. Peserta kemudian membahas faktor yang berkontribusi (ancaman tak langsung) yang mengarah kepada, atau memperburuk, faktor langsung. Contohnya, anjing domestik mungkin tidak akan ada di Pulau Serena jika Wisatawan tidak membawa mereka. Faktor yang berkontribusi memperburuk populasi binatang pengerat invasif yang membunuh merpati adalah kurangnya predator alami dan adanya tambahan tikus yang dibawa ke pulau oleh nelayan (dalam palka perahu). Angin Topan mungkin berakibat langsung terhadap flora dan fauna di Pulau Serena, tetapi mungkin pemanasan global berada di balik ancaman ini. Faktor yang berkontribusi kemudian ditempelkan pada dinding dan dihubungkan ke ancaman langsung dengan tanda panah. Hasilnya berupa peta sederhana mengenai apa yang memberi dampak terhadap sasaran. Catatan penting: pemangku kepentingan menggunakan penamaan mereka sendiri (istilah awam) untuk memberi nama ancaman dan membuat model. Fasilitator pertemuan pemangku kepentingan tidak ingin merusak partisipasi atau pemahaman model dengan mensyaratkan peserta (yang beberapa diantaranya hanya memiliki tingkat pendidikan sedang) untuk menggunakan kategori ancaman IUCN. 3.1 Model Konseptual dengan Miradi Setelah pertemuan pemangku kepentingan, perangkat lunak Miradi digunakan untuk mengembangkan dan memasukkan model ke dalam tatanama standar menggunakan taksonomi ancaman yang dikembangkan oleh IUCN. Grafik berikut ini merupakan bentuk model konseptual Pulau Serena setelah semua faktor langsung dan berkontribusi di Pulau Serena dimasukkan. Miradi dikembangkan untuk membantu praktisi konservasi dalam melalui proses pengelolaan adaptif yang diringkas dalam Standar Terbuka untuk Praktik Konservasi yang dikembangkan oleh Conservation Measures Partnership's (www.miradi.org). 40

C. Model-model Konseptual Ini merupakan model konseptual Pulau Serena pertama setelah semua ancaman langsung dimasukkan, dan faktor yang berkontribusi (termasuk ancaman tidak langsung), dari pertemuan pemangku kepentingan. Panah penghubung menandakan hubungan antar faktor dan bagaimana mereka memberikan dampak pada sasaran yang berbeda di Pulau Serena. Faktor yg berkontribusi/ancaman tak langsung [kotak kuning] Ancaman langsung [kotak merah] Sasaran [lingkaran hijau] 41

C. Model-model Konseptual Untuk membantu mencerna gambar di atas, berikut adalah gambaran singkat dari ancaman langsung dan faktor yang berpengaruh yang diambil dari pertemuan pemangku kepentingan. Ruang lingkup dan sasaran proyek Ancaman langsung Faktor yang berpengaruh (termasuk ancaman tak langsung) Ekosistem Daratan (fauna dan flora) Pulau Serena, Andrea Hutan Pesisir (Ara berbulu) Merpati Andrea Semak Berduri Pesisir Vegetasi Pantai & Pasir/Burungburung laut Kebakaran Perburuan burung Angin Topan Sampah (perangkap botol/membunuh kadal) Tikus invasif (memasang sarang & burung muda) Anjing (mengganggu/membunuh hidupan liar) Pertambangan pasir Pemanenan Mangrove Ara Galvin yang Invasif Perkemahan, nelayan yang bermalam, petir Rekreasi, (kurangnya) kepedulian, (kurangnya) penegakan aturan Perubahan Iklim Piknik, pengguna sarana rekreasi, (kurangnya ) kepedulian (akan dampak) Perahu penangkap ikan, nelayan yang bermalam, Wisatawan, (kurangnya ) kepedulian (akan dampak) Rekreasi, (kurangnya) penegakan aturan, (kurangnya ) kepedulian (akan aturan) Industri konstruksi, pengumpulan, ijin dari pemerintah, (kurangnya) penegakan aturan (Kebutuhan) kayu bakar, nelayan yang bermalam Angin Catatan: Dalam tabel ini dan Model Konseptual lingkup proyek didefinisikan sebagai ekosistem daratan Andrea. Karena ancaman yang berbeda berdampak pada segi yang berbeda dari sistem ini, empat sasaran prioritas telah diidentifikasi (Hutan Pesisir, Merpati Andrea, Semak Berduri Pesisir, Vegetasi Pantai & Pasir/Burung-burung Laut). 42

3.2 Model Konseptual Naratif Awal C. Model-model Konsep Beberapa orang dapat lebih mudah memahami suatu konsep jika dituliskan perbedaan antara membaca peta dengan membaca instruksi tentang bagaimana mencapai lokasi anda. Latihan ini dapat juga digunakan untuk menerjemahkan ancaman yang digambarkan oleh pemangku kepentingan dalam istilah-istilah awam ke dalam istilah yang digunakan dalam tatanama ancaman IUCN standar. Naratif Fauna dan flora lingkungan daratan Pulau Serena dapat dibagi kedalam empat sasaran kunci (Hutan Pesisir [Ara berbulu yang endemik]; Merpati Andrea; Semak Berduri Pesisir; dan Vegetasi Pantai & Pasir/Burung Laut). Setiap sasaran ini diancam oleh satu faktor atau lebih yang kompleks. Tujuh dari sembilan ancaman yang diidentifikasi oleh pemangku kepentingan utama pada pertemuan perencanaan merupakan hasil dari kegiatan manusia, sementara sisanya (Angin Topan dan Ara Galvin yang invasif [disebarkan oleh angin] merupakan peristiwa alami. Tujuh ancaman utama yang diakibatkan oleh manusia yang dihadapi Pulau Serena sebagaimana telah diidentifikasi oleh para peserta pada pertemuan pemangku kepentingan utama yang baru saja diadakan terdiri dari: Sampah IUCN: 9 (Polusi): 9.4 Sampah & Limbah Padat Perburuan IUCN: 5 (Penggunaan Sumberdaya Alam Hayati): 5.1 Perburuan dan pengambilan hewan daratan Anjing IUCN: 6 (campur tangan Manusia & Gangguan): 6.1 kegiatan rekreasi Binatang pengerat invasive (Tikus perahu) IUCN: 8 (Spesies invasive dan bermasalah lainnya): 8.1 Spesies bukan asli yang invasif Kebakaran IUCN: 7 (Modifikasi Sistem Alami): 7.1 Kebakaran & Pemadaman Kebakaran Pertambangan pasir IUCN: 3 (Produksi Energi & Pertambangan): 3.2 Pertambangan & Penggalian Penebangan mangrove IUCN: 5 (Penggunaan Sumberdaya Alam Hayati): 5.3 Penebangan & Pemanenan Kayu Banyak ancaman berasal dari fakta bahwa Nelayan dan Wisatawan bermalam di pulau atau menggunakannya untuk piknik. Kedua kegiatan ini menghasilkan sampah. Ancaman tambahan yang tejadi akibat Wisatawan di pulau adalah anjing yang dilepas, yang dapat menggali pasir untuk mendapatkan telur penyu atau mengganggu burung yang bersarang, juga sejumlah peristiwa perburuan. Kegiatan nelayan lebih berbahaya lagi. Mereka tidak sengaja membawa binatang-binatang kecil dalam palka kargo perahu penangkap ikan mereka (khususnya tikus) yang dikeluarkan bersama dengan jaring dan peralatan mereka. Mereka juga secara ilegal menebang cabang mangrove kering untuk 43

C. Model-model Konsep memasak dan menghangatkan diri di waktu malam. Nelayan menggunakan pulau saat mereka mencoba menjaring lobster di karang terdekat (yang juga merupakan ancaman terhadap ekosistem laut). Miskin dan biasanya buta huruf, mereka menangkap ikan untuk memberi makan keluarga mereka dan untuk menghasilkan penghasilan ala kadarnya. Binatang pengerat invasif diketahui memakan telur dan burung muda yang bersarang di atas tanah dan memberikan ancaman yang nyata pada populasi kecil yang masih tersisa dari Merpati Andrea yang terancam punah dan endemik, yang telah punah dari daratan utama. Kebijakan pemerintah dan alokasi pertambangan pasir yang menguntungkan kontraktor telah mengarah ke kehancuran pantai dan kerusakan vegetasi pantai. Saling pengaruh-mempengaruhi antara flora dan fauna berarti kerusakan terhadap yang satu memberikan resiko terhadap yang lain. Ancaman yang memperburuk seperti kerusakan mangrove (menebang mangrove itu ilegal) adalah kurangnya penegakan hukum, sementara kurangnya kepedulian (akan dampak) di antara sebagian pengguna sumber daya menjadi sebab ancaman oleh sampah, tikus invasif dan anjing. 44