BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Fonem Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi. Misalkan dalam bahasa indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata pagar dan pakar. Tetapi dalam bahasa arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/. Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja. Menurut Sudaryat (2003: 45), fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Menurut Masnur Muslich, (2008: 49) fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Fonem mengandung fungsi pembeda. Menurut Jamaris (2006:31), fonem adalah satuan bunyi terkecil yang membedakan kata. 10 Anak di taman kanak-kanak sudah memiliki kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu kata yang mengandung arti misalnya: r,u,m,a,h menjadi rumah. Pengertian fonem menurut Soejono Dardjowidjojo dkk, (2000:38) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi pertama, fonem didefinisikan sebagai bunyi bahasa yang berbeda atau mirip. Sedangkan 9 pada edisi ketiga fonem didefinisikan sebagai bunyi bahasa minimal yang membedakan bentuk dan makna kata. Dalam ilmu bahasa fonem ditulis di
antara dua garis miring [/../]. Jadi, dalam bahasa Indonesia /p/ dan /b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi tersebut membedakan bentuk dan makna kata. Pengertian fonem pada edisi pertama dan ketiga buku tata bahasa baku bahasa Indonesia jelas mengalami perubahan. Pada edisi pertama disebutkan bahwa fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip, sedangkan pada edisi ketiga mengalami perubahan menjadi bunyi bahasa minimal yang membedakan bentuk dan makna kata. Edisi pertama menyebutkan bahwa fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip. Hal ini tidak sesuai, fonem bukan hanya bunyi-bunyi bahasa yang berbeda atau mirip,tetapi di samping itu, bunyi bahasa juga mempunyai fungsi,yaitu sebagai pembeda makna atau arti. Fonem adalah kesatuan terkecil bunyi bahasa yang berfungsi sebagai berbeda makna dan bentuknya. Fonem mempunyai fungsi pembeda dalam fonologi, bunyi bahasa (fon) dibedakan menjadi dua, yaitu fonem dan fona. Pembedaan ini didasarkan atas ciri fungsional bunyi bahasa itu sendiri. Ciri fungsional bunyi bahasa yang dimaksud adalah ciri 11 pembeda makna. Bunyi bahasa tersebut dinamakan fonem. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fonem adalah kesatuan terkecil bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna dan bentuknya. Dengan demikian fonem perlu dikuasai oleh anak-anak sejak dini dalam hal menyusun kata. 2.1.2 Perkembangan Fonem Pada Anak Perkembangan kata dan kalimat Kata-kata pertama adalah kata-kata lisan pertama yang diucapkan oleh seorang anak setelah mampu bicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Katakata pertama merupakan cara seorang anak untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, dan biasanya dianggap sebagai proses perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh kematangan kognitif. Kematangan kognitif tersebut biasanya ditandai dengan kemampuan anak untuk
merangkai susunan kata dalam berbicara baik dengan orang tua atau orang lain. Kemampuan ini akan terus berkembang jika anak sering berkomunikasi ataupun berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, menurut Schaerlaekesns (2002:54) yang dikutip dariyo, psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama terhadap tiga tahap perkembangan kalimat pada anak usia lima tahun pertama yaitu: 1. Periode prelingual (usia 0-1 thn): di tandai dengan kemampuan bayi untuk mengoceh sebagai cara berkomunikasi dengan orang tua. Pada saat itu bayi tampak pasif menerima stimulus eksternal yang diberikan oleh orang tuanya, tetapi bayi memberikan respon yang berbedabeda terhadap orang yang dianggapnya ramah dan akan menangis dan menjerit kepada orang 12 yang dianggap tidak ramah atau ditakutinya. 2. Periode lingual dini (usia 1-2,5 thn): ditandai dengan kemampuan anak dalam membuat kalimat satu kata maupun dua kata dalam suatu percakapan dengan orang lain. 3. Periode Diferensiasi (usia 2-5 thn) ditandai untuk kemampuan anak untuk menguasai bahasa yang baik dan sempurna yaitu kalimatnya terdiri dari subjek, predikat dan obyek. Jadi kemampuan bahasa ini akan terus berkembang jika anak sering berkomunikasi ataupun berinteraksi dengan orang lain. 2.1.3 Penggunaan Pias-pias Huruf Dalam Mengucap Fonem Pada Anak TK Adapun langkah-langkah yang di lakukan adalah: 1. Huruf kapital dan huruf kecil Banyak huruf kapital (besar) sangat berbeda dengan huruf kecil pandangannya untuk mudahnya, pusatkan usaha hanya pada huruf kecil saja. Hurup menyebabkan kata berbentuk beragam, tetapi gunakan huruf kapital bila wajar, misalnya huruf pertama nama.
2. Mengenali pias huruf. Buatlah kelas menjadi kaya akan tulisan huruf. Huruf-huruf Aa sampai dengan Zz di buat dalam ukuran besar dan berbagai warna dan di tempel di dinding kelas. Setiap bagian kelas di beri nama dan di tulis dengan ukuran cukup besar. Misalnya pada rak 13 buku di tulis buku cerita, buku gambar, buku tulis. Demikian pula bagian kelas lain. 3. Bunyi dan makna huruf Guru perlu mengajari anak bunyi yang dibuat oleh tiap huruf. Namun biasanya tidak sukar dalam mengajari sesuatu huruf dan bunyinya sekaligus 4. Alfabet Permainan alfabet dapat membantu anak-anak untuk mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf. 5. Menyentuh Huruf a. Siapkan 2 set mainan huruf berukuran besar. Ambil satu huruf, minta anak mengambil huruf yang sama dengan yang kita ambil. b. Sebutkan nama hurufnya. Misalnya kita mengambil huruf R, sebutkan huruf R. Minta anak mengangkat huruf R. c. Katakan pada anak, huruf R adalah awal dari namanya. Misal, R. Ridho. e. Lakukan untuk huruf lain, bahwa huruf yang dia pegang merupakan huruf awal dari nama orang yang dia kenal. Anak belajar Merasai bentuk huruf dan mengenal bunyi huruf. 6. Merangkai Huruf Plastik a. Siapkan huruf A sampai Z ukuran besar b. Rangkai beberapa huruf menjadi kata atau nama. Misalnya, b-o-l-a
c. Minta anak mengucapkan setiap huruf sesuai bunyinya. Anak belajar kata dibentuk dari rangkaian huruf dan setiap huruf punya 14 bunyi yang berbeda. 7. Membaca huruf a. Sediakan huruf b. Minta anak memilih satu huruf c. Sebutkan nama huruf tersebut, lalu anak menyebutkan misalnya A, B Bola. C dan seterusnya. d. Ajarkan anak tentang urutan alfabet. Anak belajar: Melihat bentuk huruf, mengenal bunyi huruf, dan urutan huruf. Pengalaman guru yang mengajarkan pengenalan huruf adalah dari bunyinya. Jadi kalau dinyanyikan A, B, C, D, E, F, G (yang dilagukan seperti twinkle-twinkle little star). Menurut pengalaman dengan belajar lewat pengenalan bunyi akan lebih cepat ditangkap dari pada dikenalkan huruf A, B, C. Kemudian dari bukunya Peggy Kaye (Games for Learning) bisa juga diajarkan huruf-huruf lewat permainan. Kalau anak sudah cukup mengenal huruf-huruf, dicoba dengan cara kita tuliskan huruf-huruf tersebut besar-besar di kertas (satu kertas satu huruf) kemudian kita minta anak untuk menaruh huruf tersebut di benda yang ada di kelas. Kegiatan ini menyenangkan sekali sehingga anak tidak terasa sedang belajar huruf. 2.1.4 Hakekat Pendekatan individual 2.1.4.1 Pengertian Pendekatan Individual Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan motivasi belajar dari anak. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap anak. Dalam sebuah pembelajaran yang baik guru berperan
sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan. Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada anak ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter pembelajaran. Menurut Djamarah (2005;5-9): ada beberapa pendekatan yang diharapkan dari guru yaitu: 1) pendekatan individual, 2) pendekatan kelompok, 3) pendekatan bevariasi, 4) pendekatan edukatif. Pendekatan individual adalah pendekatan yang dilakukan oleh guru terhadap anak yang bertujuan untuk membimbing dan membantu siswa secara individual. Dalam pendekatan ini perbedaan karakter anak merupakan hal penting yang harus diperhatikan, agar tercapainya ketuntasan dalam belajar anak. 2.1.4.2 Pendekatan Pembelajaran Individual. Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan anak sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing anak secara optimal. Dasar pemikiran dari pendekatan individual ini ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual 16 masingmasing anak. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik maupun kebutuan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan juga sebgai makhluk sosial, anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya. Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu anak membelajarkan anak, membantu merencanakan kegiatan belajar anak sesuai dengan kemampuan
dan daya dukung yang dimiliki anak. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan anak, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan anak dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, menurut Djamarah (2005;165) guru harus melakukan hal berikut ini; 1. Mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat hubungan saling percaya. 2. Membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal. 3. Membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas. 4. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh perhatian. 5. Menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan. Berdasarkan penjelasan di atas maka antara guru dengan anak didik harus ada hubungan agar pembelajaran dengan pendekatan individual berjalan dengan baik tampa ada paksaan dari anak ataupun guru tersebut. 17 2.1.5 Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa
begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan. Menurut Djamarah (2006:54) Pendekatan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal. Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar, dapat diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya, untuk menghentikan anak didik yang 18 suka bicara. Caranya dengan memisahkan/memindahkan salah satu anak didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang suka bicara ditempatkan pada anak kelompok anak didik didik yang pendiam. Dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru sering melihat peserta didiknya belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam, cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan dan sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memponyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya. Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa setrategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini.
Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik denagan tingkat penguasaan optimal. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengolahan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual ini, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajr anak lebih muda dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan. 19 2.1.6 Ciri-ciri Pendekatan Individual Perbedaan individual peserta didik yang beragam memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus mamperhatikan perbedaan peserta didik secara individual. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam implementasi strategi belajar mengajarnya. Bila tidak dilakukan, maka strategi belajar tuntas yang menuntut penguasaan penuh kepada peserta didik tidak pernah menjadi kenyataan. Dengan pendekatan individual diharapkan peserta didik memiliki tingkat penguasaan optimal. Adapun ciri-ciri pendekatan individual menurut Syaiful Bahri Jamarah (2005;226) 1. Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap anak di kelas dan memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk akatif, kreatif, dan mandiri dalam belajar. 2. Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara individual.
3. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari. 4. Guru harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. 20 Menarik dalam pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan anak. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka seorang guru harus memperhatikan anak didik secara individual dan harus mengetahui sifat-sifat dari anak didik tersebut agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik. 2.1.7 Keuntungan Pendekatan Individual Menurut Hamalik (2008;187) ada beberapa keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu: 1. Memungkin anak yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing secara penuh dan tepat. 2 Mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi kelompok 3. Mengarahkan perhatian anak terhadap hasil belajar perorangan. 4 Memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru, 5. Memberi peluang pada anak untuk maju secara optimal dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, 6 Latihan-latihan tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat menimbulkan kebiasaan dan merasa puas dengan hasil belajar yang ada. 7 Menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan anak dan guru. 8 Memberi kesempatan bagi para anak yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat yang lebih baik.
21 9 Mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap anak yang tergolong lambat. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu anak dalam menuntaskan belajar mereka. Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar, interaksi guru dan anak berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang menyenangkan antara anak dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual 2.1.8 Kelemahan Pendekatan Individual Kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut dapat dilihat secara umum dan khusus. Kelemahan secara umum. 1. Proses pembelajaran relatif memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan yang dihadapi dan jumlah peserta didik. 2. Motivasi anak mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa anak rendah diri/minder dalam pembelajaran. 3. Adanya penggunaan pasangan guru dan anak dalam manajemen kelas regular secara perorangan, sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak dapat dikelola dengan baik. 4 Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan penguasaan materi secara lebih luas dan menyeluruh.
22 Kelemahan secara Khusus 1. Guru harus berwawasan luas. 2. Memiliki kreatifitas. 3. Memiliki keterampilan metodologis yang handal 4. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. 5. Pendekatan individual mengedepankan pada minat, bakat, motivasi, cara belajar, kecepatan daya tangkap, dan keunikan kebutuhan yang berbeda pada masing-masing peserta didik sehingga guru harus sabar dalam membimbing dan memotivasi anak agar berpartisipasi dalam aktivitas belajar. 6. Pendekatan individual memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. 7. Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik. 8. Membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh, yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait. 2.2 Kajian Yang Relevan Sarwan Amay, tahun 2010 dengan judul meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf melalui permainan Lotto huruf di RA AL Muhawarah Desa Dutohe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah Apakah kemampuan anak mengenal huruf di RA Al Munahara Desa Dutohe Barat dapat ditingkatkan melalui permainan Lotto huruf Dan tujuan peneliti dalam meningkatkan kemampuan anak
mengenal huruf sudah sesuai dengan yang diharapkan. Secara khusus peneliti bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf melalui permainan lotto huruf. Dari hasil penelitian, baik melalui pengamatan dan menilaian yang dilaksanakan dalan dua siklus dimana pada siklus I belum sesuai dengan yang diharapkan sehingga dilanjutkan lagi pada siklus II dengan langkah-langkah yang sama, setelah dilanjutkan pada siklus II maka peneliti sudah mencapai target yang diharapkan oleh peneliti. Nurmawan Djafar, tahun 2011 dengan judul mengenalkan huruf hijaiyah pada anak melalui teknik bermain pias huruf di TK Aisyiyah Bustanul Atfal IX Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini Apakah kemampuan anak mengenal huruf hijaiyah di TK Aisyiyah Bustanul Atfal IX Kecamatan Kota Barat dapat ditingkatkan dengan teknik bermain pias huruf dan tujuan penelitian dalam meningkatkan kemampuan mengenal huruf hijaiyah sudah sesuai dengan yang diharapkan. Secara khusus peneliti bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf hijaiyah. Dari hasil penelitian, baik melalui pengamatan dalam penilaian yang dilaksanakan dalam dua siklus dimana pada siklus I belum sesuai dengan yang diharapkan sehingga dilanjutkan lagi pada siklus II dengan langkah-langkah yang sama, setelah dilanjutkan pada siklus II maka peneliti sudah mencapai target yang diharapkan oleh peneliti. 24 2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, jelas bahwa kemampuan anak dalam mengucap fonem perlu ditingkatkan dengan menggunakan metode permainan huruf oleh karena itu hipotesis tindakan penelitian adalah Jika digunakan pendekatan individual maka kemampuan anak dalam mengucap fonem menggunakan pias huruf akan meningkat.
2.3 Indikator Kinerja Indikator keberhasilan dalam penelitian adalah jika kegiatan pembelajaran mengucap fonem melalui pendekatan individual pada anak kelompok B TK Indria Helbat Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo dari 40 % meningkat menjadi 85%.