HUBUNGAN JENIS PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM

HUBUNGAN JENIS PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN BAYI DENGAN ASFIKSIA DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

Prevalensi Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Lahir Prematur di Kamar Bayi Rumah Sakit Immanuel Periode Juli 2005-Juni 2006

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

Primigravida. Relationship With Birth Weight Normal On Labor Perineal Rupture Primigravida

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN UMUR KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA. Asmawahyunita, Ita Rahmawati, Sri Sundarsih Pasni

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. AKB sejak tahun Pada tahun 1991, diestimasikan AKB sebesar 68 per

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

The Relationship of Postterm Pregnancies dnd Premature Infants With Neonatal Asphyxia

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia.

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO SANTI WANTI NIM

FAKTOR-FAKTOR RESIKO KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

HUBUNGAN KEHAMILAN LEWAT WAKTU DENGAN KEJADIAN BAYI LAHIR ASFIKSIADI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG MEDICAL RECORD RSUD PARIAMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28) kematian maternal (maternal mortality) (Prawirohardjo, 2014; h.7).

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal. kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN EKSTRAKSI VAKUM DI CAMAR II RSUD ARIFIN AHMAD PEKANBARU

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM MEURAXA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN PERVAGINAM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARULAHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPLIKASI PASSENGER PADA IBU BERSALIN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. Yayuk Norazizah, Ristitiati, Ummu Latifah

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I LATAR BELAKANG. nifas, bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28).

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN NILAI APGAR BAYI BARU LAHIR DI RSUD SUKOHARJO

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. dhihitung dari hari perama haid terakhir. Masalah kematian ibu adalah

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA PADA BERAT BADAN LAHIR RENDAH CAUSE FACTORS OF ASPHYXIA IN LOW BIRTH WEIGHT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2016

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN PARITAS DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN SPONTAN DI RSIA BUNDA ARIF PURWOKERTO TAHUN 2010

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

Transkripsi:

HUBUNGAN JENIS PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA Oleh: Mulastin 1 Dosen Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara, Jl. Raya Mayong KM.24 Mayong Jepara; Email: mulastin@gmail.com ABSTRACT Asphyxia neonatorum is a condition where the baby can not breathe spontaneously and regularly soon after the baby is born. Where asphyxia is influenced by factors - among other factors: maternal factors, factors uterine, umbilical cord factor, factor fetal, placental factors.penelitian aims to determine the type of delivery, the incidence of neonatal asphyxia and determine the relationship between the type of delivery with neonatal asphyxia. This study uses an analytical survey with retrospective approach. The subjects of this study was asphyxia and neonatal asphyxia in RSIA Kumala not Siwi Pecangaan Jepara with 1,150 respondents taken as a whole with a total sampling technique. The instruments used in the form of medical records. Techniques of data analysis using univariate analysis and analysis of data bivariat.analisa menggunakaan chi square test and its processing using SPSS 19.0 for windows. Research shows known from 1,150 respondents that the majority of labor artificially, infants with asphyxia were of 119 respondents (10.4%), and severe asphyxia as much as 40 respondents (3.5%). While minority spontaneous delivery, infants with asphyxia being counted 123 respondents (10.7%), whereas severe asphyxia as many as 12 respondents (1.0%). Which is expected to improve the quality of hospital care and caution pregnant women against neonatal emergencies such as emergency treatment of neonatal asphyxia. Keywords: Type of Delivery, asphyxia neonatorum PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian ibu yang cukup tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Diperkirakan 10.500 ibu di Indonesia meninggal saat melahirkan setiap tahunnya. Pada MDGs 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) ditargetkan turun menjadi 102 kasus per 100.000 kelahiran hidup. Diperkirakan setiap tahun 300.000 ibu di Dunia meninggal saat melahirkan. Sebanyak 99% kasus kematian ibu terjadi di Negara Berkembang,ini berdasarkan laporan terbaru dari United Nations Population Found (UNFPA) sampel study dari 58 negara di Dunia termasuk Indonesia. (Pudiastuti, 2012)

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal, setiap lima menit terdapat satu neonatus yang meninggal. Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang merupakan penyebab ke- 2 kematian bayi baru lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Depkes. RI, 2008). Hal ini masih sangat jauh dengan angka dari pemerintah yang menargetkan penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 seperti yang tercantum dan ditargetkan pada Millenium Development Goals (MDGs) (PONEK JPNK-KR, 2008; h. 108). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,01/ 100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2010 sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup. AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 10,34/1000 kelahiran hidup, menurun jika dibandingkan dengan tahun 2010, sebesar 10,62/1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target MDGs ke-4 tahun 2011 sebesar 17/1000 kelahiran hidup, maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah cukup baik karena telah melampaui target. AKB di Kabupaten Demak mencapai 6,66/ 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKI di Kabupaten Demak mencapai 26/ 100.000 kelahiran hidup (Dinkes jatengprov, 2011). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuma Ardilla, diketahui bahwa faktor resiko terjadinya asfiksia salah satunya karena jenis persalinan. Pada tahun 2011 pernah dilakukan penelitian di RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto terdapat 61 bayi yang mengalami asfiksia karena jenis persalinan. (Ardilla,Yuma, 2011) Adakalanya asfiksia terjadi tanpa didahului gejala dan tanda gawat janin, umumnya hal ini disebabkan oleh: bayi prematur, persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep), kelainan bawaan, air ketuban bercampur mekonium. (JNPK KR, 2008) Asfiksia termasuk dalam bayi baru lahir dengan risiko tinggi karena memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kematian bayi atau menjadi sakit berat dalam masa neonatal. Oleh karena itu asfiksia memerlukan intervensi dan tindakan yang tepat untuk meminimalkan terjadinya kematian bayi, yaitu dengan pelaksanaan manajemen asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa berupa kelainan

neurologi yang mungkin muncul, dengan kegiatan yang difokuskan pada persiapan resusitasi, keputusan resusitasi bayi baru lahir, tindakan resusitasi, asuhan pasca resusitasi, asuhan tindak lanjut pasca resusitasi dan pencegahan infeksi. (Depkes. RI, 2008) Berdasarkan hasil dari study pendahuluan pada tanggal 23 September 2013, yang dilakukan di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara, diperoleh data persalinan Oktober 2012 - Desember 2012, Jumlah semua jenis persalinan sebanyak 336 persalinan, yang terdiri dari Persalinan spontan sebanyak 253 persalinan, yang mengalami asfiksia ringan sebanyak 217 responden, asfiksia sedang sebanyak 28 dan mengalami asfiksia berat sebanyak 8 responden. Persalinan buatan sebanyak 78, yang mengalami asfiksia ringan sebanyak 40 respnden, asfiksia sedang sebanyak 29 responden dan mengalami asfiksia berat sebanyak 9 responden IUFD sebanyak 5. Hal ini menunjukkan sampel jenis persalinan yang mengalami asfiksia di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara dalam kurun waktu 3 bulan. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah, Apakah Ada Hubungan antara Jenis Persalinan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara?. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan Studi Retrospektif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua jenis persalinan, baik spontan maupun buatan (vacum, forsep dan SC) pada kurun waktu Januari 2012 - Desember 2012 yang ada di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara sebanyak 1.150. Tekhnik sampling dalam penelitian ini adalah total sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah dengan dokumentasi rekam medik dan analisis data secara univariat dengan distribusi frekuensi dan Analisa Bivariate menggunakan Chi Squere. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat a. Jenis Persalinan Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis persalinan di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara pada Bulan Januari 2012 - Desember 2012. Jenis Persalinan Spontan Buatan Frekuensi 787 363 Presentase 68,4 31,6 Total 1.150 100 Sumber : Data Sekunder, 2012. Mayoritas bersalin secara spontan sebanyak 787 responden (68,4%). Hal itu disebabkan karena kebanyakan responden beranggapan

ingin mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan dengan keadaan yang memungkinkan responden bersalin secara spontan di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara yang juga merupakan rumah sakit yang mencanangkan program Jampersal (Jaminan Persalinan). Pada persalinan spontan terdapat mekanisme serta tahapan persalinan yang meliputi kala I, kala II, kala III, dan kala IV dengan batas waktu maksimal 18 jam, selebihnya harus ditolong dengan persalinan buatan agar tidak terjadi gawat janin yang dapat berlanjut pada asfiksia bayi. Sedangkan persalinan buatan menggunakan alat alat sehingga memungkinkan terjadinya asfiksia b. Kejadian Asfiksia Neonatorum Tabel 4.2 Distribusi frekuensi asfiksia di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara pada bulan Januari 2012 - Desember 2012. Asfiksia Frekuensi % Vigorous baby Asfiksia Sedang Asfiksia Berat 856 242 52 74,4 21,0 4,5 Total 1.150 100 Sumber : Data Sekunder, 2012. Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 1.150 responden, mayoritas bayi baru lahir mengalami vigorous baby sebanyak 856 responden (74,4%). Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 1.150 responden yang diteliti, mayoritas ibu bersalin secara spontan sebanyak 787 responden (68,4%). Kejadian Asfiksia Neonatorum Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 1.150 responden, mayoritas persalinan buatan menyebabkan bayi mengalami asfiksia sedang, sebesar 119 responden (10,4%), dan asfiksia berat sebanyak 40 responden (3,5%), sedangkan persalinan spontan menyebabkan bayi mengalami asfiksia sedang sebanyak 123 responden (10,7%), sedangkan asfiksia berat sebanyak 12 responden (1,0%). Menurut Wiknjosastro (2008), asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran gas dan pengangkutan O 2 dari ibu ke janin, sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O 2 dan dalam menghilangkan CO 2 dan dapat berakibat O 2 tidak cukup dalam darah disebut hipoksia dan CO 2 tertimbun dalam darah disebut hiperapnea. Akibatnya dapat menyebabkan asidosis tipe respiratorik atau campuran dengan asidosis metabolik karena mengalami metabolisme yang

anaerob serta juga dapat terjadi hipoglikemia. Pada saat bayi dilahirkan, alveoli bayi diisi dengan cairan paru paru janin. Cairan Paru paru janin harus dibersihkan terlebih dahulu apabila udara harus masuk ke dalam paru paru bayi baru lahir. Dalam kondisi demikian, paru paru, upaya pernapasan pertama memerlukan tekanan 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari pada tekanan untuk pernapasan berikutnya berhasil. (Prawirohardjo, 2009) 2. Analisa Bivariat Analisa hubungan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia neonatorum didapatkan bahwa jenis persalinan spontan sebanyak 787 persalianan, mayoritas mengalami vigorous baby sebesar 652 responden (56,7%), minoritas mengalami asfiksia berat sebesar 12 responden (1,0%), sedangkan jenis persalinan buatan sebanyak 363 persalinan, mayoritas mengalami vigorous baby sebesar 204 responden, minoritas mengalami asfiksia berat sebanyak 40 responden (3,5%). Hasil uji chi square dengan hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square yaitu 0,000 pada ɑ=0,05, sehingga pvalue < 0,05. Hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara cara persalinan dengan asfiksia neonatorum. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada yaitu pada kehamilan spontan dapat terjadi asfiksia karena ada penekanan saat terjadi mekanisme persalinan berlangsung, meliputi : engagement, penurunan kepala, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar dan ekspulsi (Sumarah, 2009). Asfiksia pada persalinan spontan disebabkan karena adanya dari faktor maternal (hipotensi, syok maternal, malnutrisi), faktor uterus (kontraksi memanjang, gangguan vaskuler), faktor tali pusat (prolapsus dan penumbungan tali pusat), dan faktor plasenta (degenerasi vaskuler, solusio plasenta). (JNPK-KR, 2008) Penyebab terjadinya asfiksia karena adanya persalinan dengan tindakan, dimana digunakan alat dan adanya penggunaan obat bius dalam operasi. Salah satu faktor penyebab terjadinya asfiksia adalah perdarahan intracranial yang menyebabkan terganggunya proses sirkulasi oksigen ke otak. (Prawirohardjo, 2009)

Pada kondisi yang sangat ekstrim, anestesi umum dapat dilakukan jauh lebih cepat dari pada anestesi spinal dan juga mempunyai efek yang menguntungkan apabila ibu mengalami syok. Pada kondisi dimana anestesi tidak perlu diberikan secara tergesa gesa (waktu untuk melahirkan bayi 30 menit), dapat dilakukan anestesi spinal oleh tenaga anaesthetis yang kompeten untuk meminimalisasi resiko pada ibu dan bayi (JNPK KR PONEK, 2008). Menurut peneliti, jenis persalinan berpengaruh besar terhadap angka kejadian asfiksia neonatorum karena pada persalinan spontan memungkinkan adanya prolapsus tali pusat, kompresi tali pusat juga adanya partus lama yang menyebabkan terjadinya hipoksia pada janin yang menyebabkan tidak ada saluran udara yang akhirnya menyebabkan asfiksia neonatorum. Sedangkan pada persalinan buatan, memungkinkan adanya penggunaan alat-alat medis yang dapat menyebabkan trauma dan perdarahan intra kranial pada bayi dan menghambat sirkulasi oksigen, sesuai dengan teori yang sebelumnya. SIMPULAN DAN SARAN Dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar ibu bersalin di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara melahirkan secara spontan yaitu sebanyak 787 ibu bersalin (68,4%). 2. Sebagian besar bayi baru lahir di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara mengalami vigorous baby sebanyak 856 bayi baru lahir (74,4%), asfiksia sedang 242 bayi baru lahir (21%) dan yang mengalami asfiksia berat 52 bayi baru lahir (4,6%). 3. Ada hubungan yang signifikan antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Diharapkan institusi kesehatan lebih meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya pada penanganan gawat darurat seperti asfiksia neononatorum dengan penyediaan alat resusitasi pada setiap persalinan termasuk jenis persalinan spontan. DAFTAR PUSTAKA 1. DEPKES-RI. Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta: DEPKES-RI; 2007. 2. DINKESJATENGPROV.2011.Didapat dari : http://dinkesjatengprov2011/ (Diakses tanggal 15 November 2012, jam: 19. 15 WIB). 3. Hassan, Ruspeno. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI; 2007.

4. JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta:JNPK-KR; 2008. 5. JNPK-KR. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). Jakarta: JNPK-KR; 2008. 6. Manuaba. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC, 2007. 7. Notoatmojo, Soekidjo. Metodologil Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005. 8. Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka 9. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2011. 10. Tatang, N. Hubungan Jenis Perrsalinan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum. 2007. Didapat dari http://jenispersalinanasfiksianeonatorum. (Diakses tanggal 24 November 2012, jam:15.20 WIB).