Azas Kebebasan Berkontrak & Perjanjian Baku

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. setelah dikirim barang tersebut mengalami kerusakan. Kalimat yang biasanya

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

Pedoman Klausula Baku Bagi Perlindungan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI. (Studi Terhadap Profil Perjanjian Jasa Laundry Di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB I PENDAHULUAN. dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan kemudian dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar berlakunya perjanjian sewa beli adalah Pasal 1338 ayat (1) KUH

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

BAB V PENUTUP. terhadap turis asing sebagai konsumen, sehingga perjanjian sewamenyewa. sepeda motor, kepada turis asing sebagai penyewa.

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM KAITANNYA DENGAN PERJANJIAN BAKU OLEH : MUKHIDIN, SH.,MH

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB II RUANG LINGKUP LARANGAN PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN YANG DIATUR DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN STANDAR DI BANDAR LAMPUNG

Faktor Pendorong Berkembangnya Perjanjian Standar. Oleh. Delfina Gusman, S.H, M.H, Dosen Fakltas Hukum Universitas Andalas ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERJANJIAN PADA PROGRAM INVESTASI

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit

PANDANGAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN BAKU

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

Sistematika Siaran Radio

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB II KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN DENGAN PT. TELKOM. A. Bentuk Perjanjian Antara Pelanggan dengan PT. Telkom

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang menghimpun

PENGATURAN KLAUSULA BAKU DALAM HUKUM PERJANJIAN UNTUK MENCAPAI KEADILAN BERKONTRAK

BAB II TINJAUAN TENTANG KLAUSULA EKSONERASI SERTA HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB II PERJANJIAN PENGELOLAAN SEWA BANGUNAN HOTEL CAMBRIDGE CONDOMINIUM & SHOPPING MALL

SKRIPSI. iyah Surakarta. Oleh : NIM

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

EXONERATION CLAUSE PADA PERJANJIAN STANDAR PEMBIAYAAN KONSUMEN. Oleh : Putu Eka Trisna Dewi, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Ngurah Rai

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

Oleh George Edward Pangkey ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting. Bank sebagai sarana dalam bertransaksi terutama transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, PERJANJIAN BAKU DAN KREDIT BANK Pengertian Perjanjian dan Dasar Hukumnya

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat materiil maupun immateriil. Dari

BAB I PENDAHULUAN. meluas dipergunakannya perjanjian baku/perjanjian standar (standard

PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN 10/9/2013 BISNIS SYARIAH/WP/TM 6 1

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

BAB 1 PENDAHULUAN. barang dan jasa, serta fasilitas pendukung lainnya sebagai pelengkap yang dibutuhkan

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KLAUSULA BAKU. yang menggunakan klausula baku ini disebut dengan perjanjian baku. Didalam

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Hukum tentang Perjanjian diatur dalam buku III Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhannya. prinsipnya mengutamakan itikad baik (goodwill) sebagai dasar dari perjanjian.

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak krisis melanda Indonesia, perekonomian Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM, NASABAH, PERJANJIAN BAKU (STANDAR) DAN KLAUSULA EKSONERASI

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

MAKALAH KONTRAK. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis DosenPengampu :Andy Kridasusila, SE, MM.

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Transkripsi:

Azas Kebebasan Berkontrak & Perjanjian Baku

Azas Hukum Kontrak sebagaimana ditetapkan oleh BPHN tahun 1989 menyatakan beberapa azas yaitu: - konsensualisme - Keseimbangan - Moral - Kepatutan - Kebiasaan - Manfaat - Kepastian hukum Azas kebebasan berkontrak sebagai salah satu azas tidak dapat berdiri sendiri

Klausula Eksonerasi & Perjanjian Baku Standard Contract & Standard Voorwaarden Dikatakan take it or leave it contract karena kedudukannya yang tidak seimbang Defenisi Klausula Eksonerasi adalah: klausul yang dicantumkan di dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya dengan membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melawan hukum

Klausula eksonerasi ini dapat terjadi atas kehendak satu pihak yang dituangkan dalam perjanjian secara individual atau secara masal. Yang bersifat masal ini telah dipersiapkan lebih dahulu dalam bentuk formulir yang dinamakan dengan Perjanjian Baku Perjanjian Baku adalah konsep perjanjian tertulis yang disusun tanpa membicarakan isinya dan lazimnya dituangkan dalam sejumlah perjanjinan tidak terbatas yang sifatnya tertentu Drooglever Fortuijin: Perjanjian yang bagian pentingnya dituangkan dalam sususan perjanjian Contohnya: Perjanjian asuransi, penerbangan, developer rumah, perbankan dll

Klausula Eksonerasi & Azas Kebebasan Berkontrak Dibedakan atas 3 jenis: 1. Perjanjian baku sepihak: isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya dalam perjanjian tsb, mis: kreditur kedudukan kuat seperti dalam Perjanjian buruh kolektif 2. Perjanjian baku yang ditetapkan pemerintah: mempunyai objek hak hak atas tanah, misalnya formulir dalam SK Mendagri ttg akta jual beli, akta hipotik dll 3. Perjanjian baku yang ditentukan dilingkungan notaris atau advokat: konsepnya sejak semula sudah disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masy yang minta bantuan notaris atau advokat, disebut: contract model

Ciri perjanjian baku meniadakan dan membatasi kewajiban salah satu pihak (kreditur) membayar ganti rugi kepada debitur adalah: Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif lebih kuat dari debitur Debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian Terdorong oleh kebutuhannya terpaksa menerima isi perjanjian tsb Bentuknya tertulis Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual

Kaitannya dengan azas kebebasan berkontrak: Dikaitkan dengan Pasal 1320 BW yang menunjukkan bahwa azas ini dikenal secara universal Ada 2 paham mengenai perjanjian baku: Sluijter: perjanjian baku bukan perjanjian, sebab kedudukan pengusaha didalam perjanjian itu adalah seperti pembentuk uu swasta karena syaratnya ditentukan oleh pengusaha swasta tsb Pitlo: perjanjian paksa (dwang) walaupun secara teoritis yuridis, ttp tidak memenuhi ketentuan UU dan ditolak, tetapi kebutuhan masyarakat ternyata berlawanan dengan ketentuan hukum

Stein: perjanjian baku dapat diterima sebagai perjanjian, berdasarkan kemauan dan kepercayaan pihak mengikatkan diri pada perjanjian tsb, jika debitur menerima dokumen maka ia sukarela setuju pada isi perjanjian tsb Asser Ruten: setiap orang yang menandatangani perjanjian, bertanggung jawab pada isi dan apa yang ditandatanganinya. Hondius: perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat berdasarkan kebiasaan (gebruik) yang berada dilingkukan masyarakat dan lalu lintas perdagangan

Walaupun klausula eksonerasi bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak dalam system hukum, tetapi kebutuhan masyarakat didahulukan Bagaimana jalan keluarnya? Melalui pembentukan UU: seperti di Belanda, perjanjian baku diatur dalam KUHPerd baru

Isinya KUHPerd baru: - bidang usaha untuk memberlakukan aturan baku ditentukan dengan peraturan - aturan baku dapat ditetapkan diubah dicabut jika disetujui Menteri Kehakiman melalui panitia yang ditentukan untuk itu, cara kerjanya diatur oleh UU - penetepan, perubahan dan pencabutan aturan baku hanya mempunyai kekuatan setelah ada persetujuan raja mengenai hal itudiletakkan dalam Berita Negara - Seorang yang menandatangani atau dengan cara lain mengetahui isi janji baku, atau menerima penghunjukan terhadap syarat umu, terikat kepada janji - Janji baku dapat dibatalkan, jika pihak kreditur mengetahui atau seharusnya mengetahui pihak debitur tidak akan menerima perjanjian baku jika ia mengetahui isinya

Pengawasan melalui pemerintah (diumumkan melalui Berita Negara) Pengadilan: menggunakan lembaga itikad baik, kepatutan, kebiasaan, menyalahgunakan keadaan dan perubahan keadaan sebagai tolak ukur mengawasi perjanjian baku Konsultan hukum dan Notaris: memberi masukan dan penerangan kepada debitur yang akan menandatangani perjanjian baku tsb

UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab V, Ketentuan Pencatuman Klausula Baku, Pasal 18: (1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila: a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen; c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen; d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran; e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen; f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan *9396 konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa; g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. (3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum. (4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan Undang-undang ini.