TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT UNTUK SUAMI ATAU ISTRI YANG HIDUP TERLAMA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan masalah kepengurusan dan kelanjutan hak-hak serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. rasional dan matematis baik kondisi ekonomi, kelayakan pengetahuan

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

TINJAUAN YURIDIS ATAS AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Pasal 1600 KUH Perdata. Sewa-menyewa dalam bahasa Belanda disebut dengan huurenverhuur

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB II HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM PEWARISAN MENURUT HUKUM ADAT BALI

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhuk pribadi sekaligus makhluk

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Hakim merupakan pelaku inti yang secara fungsional melaksanakan. kekuasaan kehakiman. Hakim harus memahami ruang lingkup tugas dan

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. sebaik-baiknya dan merupakan tunas-tunas bangsa yang akan meneruskan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM HUKUM WARIS ADAT (Studi Kasus Di Kecamatan Pasar Kliwon)

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB II TINJAUAN UMUM. rakyat bukan dalam pengertian di jalankan oleh rakyat. 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK. A. Pengertian Anak Angkat dan Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123).

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB V PARA AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, matipun manusia masih memerlukan tanah. berbagai persoalan dibidang pertanahan khususnya dalam hal kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia

TINJAUAN HUKUM TENTANG HADLANAH (HAK ASUH ANAK) AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta )

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Transkripsi:

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT UNTUK SUAMI ATAU ISTRI YANG HIDUP TERLAMA (Study Kasus Masyarakat Desa Sruwen Kec. Tengaran Kab. Semarang) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Nama Oleh : : ADHI PRASOJO NIM : C 100010268 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya di dunia mengalami 3 peristiwa yang amat penting, yaitu waktu ia dilahirkan, waktu ia menikah, dan waktu ia meninggal dunia. Pada waktu orang dilahirkan ia akan mengemban tugas baru di dalam keluarganya, dalam hal tanggung jawab dan hak. Setelah dewasa ia akan menikah bertemu dengan teman hidupnya. Kemudian manusia pada suatu saat akan meninggalkan dunia. Peristiwa ini adalah peristiwa yang penting, karena diliputi oleh suasana yang penuh rahasia dan menimbulkan kesedihan. Timbul persoalan, setelah seseorang meninggal dunia apakah yang akan terjadi dengan segala sesuatu yang ia tinggalkan? Perkembangan zaman telah merubah tentang hal yang berhubungan dengan segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal. Dahulu orang yang meninggal dunia akan dikuburkan bersama-sama dengan harta benda yang ia miliki. Sekarang harta yang dimiliki oleh orang yang sudah meninggal tidak ikut dikubur, sebab harta yang ditinggalkan tersebut masih dapat dimanfaatkan atau dipergunakan oleh bagi orang yang ditinggalkan. Anak, isteri, suami, orang tua, atau saudara-saudara orang yang meninggal adalah orang-orang yang berhak atas harta peninggalan pewaris yang telah meninggal dunia. Harta peninggalan tersebut disebut harta warisan.

Secara umum bahwa warisan adalah semua hal yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia. Di Indonesia dikenal tiga sistem hukum waris, yaitu Hukum waris Perdata, Hukum waris Islam, dan Hukum waris Adat. Hukum waris Perdata berlaku bagi orang-orang Eropa dan orang-orang Tionghoa atau orang-orang Indonesia yang tidak menggunakan hukum waris Islam dan hukum waris Adat 1. Hukum waris Islam berlaku untuk orang-orang yang beragama Islam di Indonesia dan hukum waris Adat berlaku hanya untuk orang Indonesia asli yang tiap daerah berbeda sesuai dengan masing-masing adatnya 2. Hukum Adat adalah hukum non statuair yang sebagian besar adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil adalah Hukum Islam, selama bukan sebaliknya dapat dibuktikan menurut ajaran agama, hukum pribumi ikut hukum agama yang dianutnya, karena jika memeluk agama harus juga mengikuti hukum-hukum agama itu dengan setia 3. Jadi, suatu masyarakat memeluk agama tertentu, maka Hukum Adat masyarakat yang bersangkutan juga hukum agama yang dipeluknya. Berdasarkan statistik jumlah penduduk Indonesia sekitar 90% beragama Islam 4, maka hukum ada yang berlaku pada masyarakat Indonesia lebih besar dipengaruhi oleh agama Islam. Untuk Hukum Adat di Indonesia di tiap-tiap daerah ada perbedaan, hal ini sesuai dengan kebiasaan dari masing-masing daerah. 1 Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum keluarga dan Hukum Pembuktian, Rineka Cipta, Bandung, 1997, hal. 13. 2 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, Rineka Cipta, Bandung, 1998, hal. 12. 3 Muderis Zaini, Suatu Tinjauan Tiga Sistem Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, halaman 27. 4 Ibid Muderis Zaini, halaman 30.

Dengan berlakunya ketiga sistem hukum yang ada di Indonesia tersebut, maka dalam pembagian harta warisanpun dapat berdasarkan ketiga sistem hukum itu. Kedudukan janda atau duda dari seorang suami atau isteri yang meninggal dunia, pantas mendapat perhatian dan ternyata diperlakukan secara istimewa dalam tiga lingkungan hukum, yaitu Hukum Adat, Hukum Islam, dan Hukum KUH Perdata. Dalam hubungan dengan si wafat, sudah terang ada perbedaan antara isteri atau suami hidup terlama dengan anak-anak si wafat, dilihat dari sudut tali kekeluargaan berdasar atas persamaan darah. Pada hakekatnya tali persamaan darah antara janda atau duda dengan si wafat pada umumnya tidak ada. Apabila harta warisan dibagi berdasarkan pertalian darah sudah jelas janda atau duda tersebut bukan ahli waris dari yang meninggal. Tetapi sebaliknya ada kenyataan juga, bahwa pada umumnya dalam suatu perkawinan hubungan lahir dan batin antara isteri yang hidup terlama atau janda dengan suaminya yang telah meninggal dunia sangat erat, sehingga melebihi hubungan antara si wafat dengan para sesama asal darah (saudara). Oleh sebab itu untuk rasa keadilan terhadap sikap janda atau duda dengan suami atau isterinya yang telah meninggal dunia, maka isteri atau suami yang terlama hidupnya mendapat perhatian untuk kesejahteraan dari janda atau duda tersebut. Sebelum Keputusan MA tanggal 15 Nopember 1997 No. 130 K/SIP/19857 pada umumnya baik dalam Jurisprudensi atau doktrin, janda tidak dianggap sebagai ahli waris mendiang suaminya. Baru dalam keputusan

tersebut ditetapkan bahwa Anak-anak dan janda, sama-sama berhak atas warisan suaminya 5. Dari kutipan tersebut di atas jelaslah, bahwa kedudukan seorang janda dalam pembagian harta warisan suaminya mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Untuk melindungi hak seorang isteri yang hidup terlama (janda) dalam hal warisan yang pembagiannya menurut Hukum Adat, pemerintah telah mengeluarkan Keputusan MA tanggal 15 Nopember 1957 No.130 K/SIP/1957 tentang kedudukan seorang janda atau duda sama dengan anak, mereka berhak atas warisan suami/isteri/ayah. Besarnya pembagian harta warisan antara anak kandung dengan isteri/suami yang hidup terlama disesuaikan dengan keadaan masyarakat dimana hukum adat tersebut dipergunakan. Dengan tanpa meninggalkan kepentingan dari isteri yang hidup terlama, yang semua itu untuk demi rasa keadilan. Dalam penelitian ini pembagian harta warisan untuk isteri yang hidup terlama difokuskan pada Hukum Adat di Jawa Tengah, khususnya di daerah Kabupaten Semarang. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini dipilih judul : Tinjauan Tentang Penyelesaian Warisan Menurut Hukum Adat Untuk Suami Atau Isteri Yang Hidup Terlama (Study Kasus Masyarakat Desa Sruwen Kec. Tengaran Kab. Semarang). 5 R. Subekti, Hukum Adat di Indonesia dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung, Alumni, Bandung, 1991, halaman 18.

B. Alasan Pemilihan Judul Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka alasan-alasan dalam memilih judul dalam penulisan skripsi ini, adalah sebagai berikut : 1. Penulis beranggapan bahwa judul tersebut merupakan masslah yang penting dan amat menarik untuk diteliti, sebab judul tersebut berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama para isteri yang hidup terlama. 2. Dengan adanya Jurispridensi Keputusan dari MA tanggal 16 Nopember 1957 No. 130 K/SIP/1957 dan Hukum Adat di Jawa Tengah tentang pembagian harta warisan untuk isteri yang hidup terlama. Penulis menaruh perhatian terhadap judul tersebut di atas, karena hal ini sangat berguna untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam praktek di masyarakat. 3. Penulis tertarik dan ingin mengungkapkan permasalahan mengenai pembagian warisan untuk isteri yang terlama berdasarkan Hukum Adat di Jawa Tengah untuk dapat menciptakan kepastian hukum. 4. Penulis memilih lokasi di Desa Sruwen Kecamatan. Tengaran Kabupaten Semarang dikarenakan lokasi tersebut dekat dengan tempat tinggal penulis dan adanya permasalahan yang menarik untuk dikaji lebih dalam lagi sesuai dengan judul skripsi. C. Pembatasan Masalah Dalam suatu penelitian perlu adanya pembatasan masalah, sebab dengan adanya pembatasan masalah akan menghindari hal-hal di luar permasalahan

yang pokok. Dengan adanya pembatasan masalah, hasil yang diinginkan akan tercapai dengan baik. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yang berdasarkan pada uraian tersebut di atas adalah sebagai berikut : 1. Pembagian harta warisan dikhususkan pada kedudukan isteri yang hidup terlama atau janda berdasarkan Hukum Adat. 2. Berdasarkan Jurisprudensi Keputusan Mahkamah Agung di tiap-tiap daerah dalam hal pembagian harta warisan hanya dibatasi untuk isteri yang hidup terlama atau janda saja. 3. Lokasi penelitian di Desa Sruwen Kecamatan. Tengaran Kabupaten Semarang dan sebagai bahan perbandingan Hukum Adat di Jawa Tengah dipergunakan sumber literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian. D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kedudukan janda yang hidup terlama dalam pewarisan di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang? 2. Permasalahan-permasalahan apa yang timbul serta cara mengatasinya dan bagaimana harta warisan untuk janda yang hidup terlama secara Hukum Adat di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

E. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang pasti mempunyai tujuan yang dikehendaki, demikian juga dalam penelitian ini. Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kedudukan janda atau isteri yang hidup terlama atau janda di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul dan cara mengatasi pembagian warisan secara Hukum di Desa Sruwen Kecamatan. Tengaran Kabupaten Semarang. F. Manfaat Penelitian Tinggi rendahnya nilai dari suatu penelitian selalu ditentukan oleh metode penelitiannya, dan ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian tersebut. Ada 3 (tiga) manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu: 1. Untuk diri sendiri yaitu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah dan membandingkan dengan praktek-praktek di lapangan. 2. Untuk memberikan masukan penelitian di bidang ilmu hukum, khususnya hukum Waris Adat. 3. Untuk memberikan masukan bagi pihak yang berkepentingan terutama masyarakat yang belum mengetahui tentang pembagian harta warisan untuk isteri yang hidup terlama atau janda secara Hukum Adat.

G. Metode Penelitian Di dalam suatu penelitian diperlukan beberapa macam metode-metode yang berguna untuk memperoleh data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Metode-metode yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan empirik, yaitu suatu cara pendekatan yang memandang konsep hukum yang dipergunakan adalah konsep hukum yang positif dan memandang masalah hukum sebagai lembaga yang otonom. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan data seteliti dan secermat mungkin tentang pembagian harta warisan untuk isteri/suami yang hidup terlama menurut Hukum Adat. 3. Sumber Data a. Penelitian Kepustakaan Merupakan penelitian tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisa bahan-bahan hukum dalam penelitian, kepustakaan yang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: 1) Bahan Hukum Primer Yaitu bahan-bahan yang mengikat, terdiri dari a) Keputusan MA No. Tgl 29-10-1958 No. 298K/Sip/1958 b) Yurisprudensi

2) Bahan Hukum Sekunder Meliputi bahan-bahan bacaan yang ada hubungannya dengan masalah hukum acara perdata mengenai objek yang diteliti yaitu literatur dan karya ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 3) Bahan Hukum Tersier Yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus hukum. b. Penelitian Lapangan 1) Lokasi Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, lokasi yang dijadikan tempat penelitian penulis adalah di Desa Sruwen Kecamatan. Tengaran Kabupaten Semarang. 2) Subjek Penelitian Tetua/sesepuh dan perangkat desa di Desa Sruwen Kecamatan. Tengaran Kabupaten Semarang. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Penelitian Kepustakaan Penelitian Kepustakaan adalah pengumpulan data dengan cara mencari, menghimpun, mempelajari bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, bahan hukum tersier, terutama yang berkaitan dengan masalah pembagian warisan bagi janda yang hidup terlama dan permasalahan serta cara mengatasinya. b. Penelitian Lapangan 1) Pengamatan (Observasi) Merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala atau objek yang diteliti di Desa Sruwen, Kec. Tengaran, Kab. Semarang) 2) Wawancara (Interview) Merupakan suatu cara untuk meperoleh data dengan jalan mengadakan tanya jawab secara lisan kepada responden, yaitu pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan dari objek yang diteliti.. 5. Analisisa Data Dalam metode analisis data ini, peneliti menggunakan metode analisis data kualitatif, dengan memperbandingkan antara hasil penelitian kepustakaan dengan hasil penelitisan lapangan. Penelitian kepustakaan yang dilakukan dalam penelitian ini berupa peraturan-peraturan dan bacaan-bacaan yang ada hubungannnya dengan masalah yang diteliti yang kemudian dipadukan dengan pendapat responden dilapangan dan dianalisis secara kualitatif dan kemudian dicari pemecahannya dan akhirnya ditarik kesimpulan.

H. Sitematika Skripsi BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Alasan Pemilihan Judul C. Pembatasan Masalah D. Perumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian G. Metode Penelitian H. Sistematika Skripsi BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Waris 1. Pengertian Hukum Waris 2. Sifat Hukum Waris 3. Aneka Ragam Hukum Waris 4. Beberapa Hal Penting Dalam Hukum Adat Waris B. Ahli waris dan Harta Warisan 1. Sistem Pewarisan 2. Penghibahan atau Pewarisan 3. Para Ahli Waris 4. Harta Warisan a. Harta Asal b. Harta Peninggalan

C. Proses Pewarisan 1. Sebelum Pewaris Wafat 2. Sesudah Pewaris Wafat D. Kedudukan Janda Menurut Yurisprudensi 1. Pengertian Janda 2. Kedudukan Janda Dalam pewarisan 3. Dasar Hyukum Janda Menjadi Ahli Waris BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kedudukan janda atau isteri yang hidup terlama dalam pewarisan menurut Hukum Adat di Desa Sruwen Kecamatan. Tengaran Kabupaten Semarang. B. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembagian harta warisan untuk janda atau duda menurut Hukum Adat dan cara penyelesaiannya di Desa Sruwen Kecamatan. Tengaran Kabupaten Semarang BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran DAFTAR PUSTAKA