PERANAN REHABILITASI MEDIK PASCA FRAKTUR RAHANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

REHABILITASI STROKE FASE AKUT

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PASKA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL

Oleh: NURUL SAKINAH J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, berpengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PELAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRISMUS TEMPOROMANDIBULA JOINT SINISTRA DI RSUD SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit pada anggota gerak yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. lain olahraga dan pekerjaan maupun aktivitas sehari-hari. Dalam olahraga

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASKA OPERASI FRAKTUR OLECRANON DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang

BAB I PENDAHULUAN. memajukan pembangunan dibidang kesehatan. Dalam pembukaan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan

LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggitingginya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. sendi secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

BAB I PENDAHULUAN. secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia. Maka Islam menegaskan perlunya

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Cita cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan manusia. Banyak anak-anak dibawah umur yang

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kesehatan yang optimal, maka diperlukan kemauan dan kemampuan akan kesehatan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

PROSES ASUHAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY SINISTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. trauma, over use, repetitive injury, operasi pada sendi, hypertiroidisme,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI. dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016 secara auto anamnesis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga, setiap individu, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur.

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MODALITAS SHORT WAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan usia dan atau mengalami gangguan akibat dari injuri atau sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dewasa ini meliputi seluruh aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

Oleh: ARIF FI AM J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat progresif, dimana keilmuan khususnya dibidang kesehatan akan

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. integrasi penuh dari sistem tubuh. Munculnya beberapa keluhan juga sering

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST ORIF CLOSE FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersama dengan kemajuan zaman yang dirasakan dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya penggunaan komputer atau laptop di kalangan anak sekolah,

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA THORAKAL XII LUMBAL 1 dengan FRANKLE A

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang

Transkripsi:

PERANAN REHABILITASI MEDIK PASCA FRAKTUR RAHANG Marina A. Moeliono, dr.,sprm Dibawakan pada acara Kongres Nasional Persatuan Ahli Bedah Mulut Bandung, 15 17 Januari 2004 Abstrak The mandible is involved in two important functions, i.e. communication and chewing. Generally fracture of the mandible are treated by immobilization which means hindrance of those two functions. After care of fracture of the mandible is an important step in restoring the function of the mandible and the surrounding tissues, including the temporomandibular joint, muscle and nerves. To achieves restoration of communication and chewing functions, a comprehensive rehabilitation program is needed, including management of neuromuscular and musculoskeletal problems. Mandibula atau tulang rahang berhubungan dengan dua funfsi penting yaitu fungsi komunikasi atau bicara dan mengunyah. Perawatan fraktur mandibula sendiri pada umumnya dilakukan dengan cara immobilisasi yang berarti mengganggu kedua fungsi tersebut. Perawatan pasca fraktur mandibula merupakan langkah penting untuk mengembalikan fungsi mandibula serta jaringan sekitar mandibula yang mencakup sendi temporomandibula, otototot dan saraf. Untuk mencapai pengembalian fungsi bicara dan mengunyah pasca fraktur diperlukan program rehabilitasi yang menyeluruh, yang mencakup penatalaksanaan terhadap masalah muskuloskeletal dan neuromuskuler.

Pendahuluan Fraktur mandibula merupakan kasus yang cukup sering didapatkan, terutama terjadi akibat trauma fisik seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas, pukulan langsung pada muka, olahraga terutama olahraga kontak dan lain-lain. Penatalaksaan pada fraktur mandibula mencakup reduksi-reposisi dan fiksasi, dilanjutkan dengan immobilisasi. Seluruh penatalaksaan fraktur bertujuan mendapatkan dan/atau mempertahankan posisi mandibula yang baik sedangkan immobilisasi bertujuan mencapai penulangan daerah fraktur. Penatalaksanaan yang kurang baik atau gangguan yang terjadi selama proses penyembuhan dapat mengakibatkan malunion atau delayed union. Gangguan dapat berupa reduksi yang tidak baik, immobilisasi yang tidak baik, infeksi, gangguan sistemik, pergerakan saat proses penyembuhan, pembentukan kalus yang tidak baik. Secara umum proses penyembuhan sampai terjadinya penulangan berlangsung selama 12 minggu. Pada kasus fraktur mandibula, immobilisasi dilakukan dengan tekhnik fiksasi intermaksiler. Pada keadaan ini mandibula dan maksila dikunci dalam posisi oklusi yang benar dan keadaan ini dipertahankan selama 12 minggu sampai terjadi kalus dan fraktur dikatakan sembuh. Immobilisasi selama 3 bulan ini lah membawa dampak yang cukup luas terhadap jaringan sekitar rahang. Dampak ini dapat berupa gangguan stabilisasi sendi TMJ oleh karena adanya gangguan dalam gerak antara mandibula-maksila dengan TMJ; kelemahan otot-otot pengunyah karena terjadi atrofi otot; gangguan fungsi saraf, kontraktur sendi TMJ. Penatalaksanaan pasca fraktur mandibula dari sudut pandang rehabilitasi adalah pengembalian fungsi bicara dan mengunyah yang melibatkan mandibula-maksila-tmj-otot dan saraf. GAMBARAN DAN GEJALA KLINIS. Gejala yang umum didapatkan adalah - Nyeri terutama pada otot-otot pengunyah dan sekitar sendiri, nyeri ini dapat menjalar keseluruhan muka, leher dan bahu. - Nyeri pada waktu gerak - Keterbatasan gerak TMJ (trismus)

- Gangguan oklusi - Lain-lain: nyeri kepala, pusing, nyeri telinga, gangguan pendengaran. PERANAN REHABILITASI MEDIK Tujuan utama program dalam bidang RM adalah perbaikan dan peningkatan fungsi, dengan cara mencegah atau mengurangi dampak impairment, disability dan handicap. Sedangkan halhal tersebut merupakan ruang lingkup kerja RM yaitu : impairment adalah penyakit atau kelainan pada tingkat organ, disabilitas adalah kelainan pada tingkat individu yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melakukan kegiatan atau sktifitas sehari-hari serta handikap yang merupakan gangguan atau hambatan melakukan kegiatan atau aktifitas dalam lingkungan sosialnya. Pada kasus fraktur mandibula maka yang termasuk impairment adalah fraktur pada tulang mandibula, disability yang dapat terjadi adalah gangguan fungsi akibat fraktur tersebut yaitu tidak dapat bicara dan mengunyah serta disebut handicap apabila terjadi hambatan komunikasi dengan lingkungannya. Pendekatan yang digunakan untuk menangani hal tersebut bersifat holistik mencakup aspek fisik, psikhis, sosial dan lingkunga. Dalam melakukan pekerjaannya RM bekerja sebagai tim interdisipliner yang mencakup dokter spesialis rehabilitasi medik, psikologi, perawat rehabilitasi, fisioterapis, terapi okupasi, terapi wicara, pekerja sosial medik dan ortosis-prostesis. PENATALAKSANAAN Secara khusus fraktur mandibula melibatkan kelainan pada sistim neuromuskuloskeletal. Kelainan yang timbul akibat fraktur, panatalaksanaan fraktur dan/atau immobilisasi anatara lain dapat berupa : 1. Nyeri 2. Perlekatan jaringan atau fibrosis jaringan 3. Keterbatasan gerak sendi TM 4. Instabilitas TMJ 5. Atrofi dan kelemahan otot (Massester, SCM) 6. Gangguan koordinasi antara proses mengunyah dan menelan 7. Gangguan proses makan 8. Gangguan psikososial 9. Komunikasi (disartia)

Perawatan dampak dan komplikasi serta pemulihan dan peningkatan fungsi bicara dan mengunyah harus dilakukan secara menyeluruh untuk mencapai status fungsional individu setinggi mungkin. Program terapi yang diberikan harus sesuai kebutuhan pasien. 1. Terapi perilaku dengan diet lunak, menghindari gerakan rahan yang berlebihan, latihan-latihan relaksasi 2. Terapi nyeri dengan medikamentosa berupa analgetika atau NSAID. Seringkali diberikan juga obat muscle relaxan. Modalitas fisik yang dapat digunakan berupa terapi fisik panas atau dingin. 3. Untuk gangguan luas gerak sendi sampai kontraktur diberikan program mobilisasi dengan terapi fisik serta latihan dan thnik fasilitas. Pada immobilisasi kekakuan sendi dapat terjadi akibat pemendekan jaringan sekitar sendi, perlekatan dan fibrosis jaringan, kontraktur kapsul sendi atau ankilosis sendi. Immobilisasi sendiri dapat terjadi sebagai akibat penatalaksanaan atau tindakan fiksasi atau akibat nyeri. Untuk menghindari terjadinya kontraktur maka terapi untuk mobilisasi sendi TMJ diberikan sedini mungkin setelah masa immobilisasi atau setelah fiksasi dilepas. Apabila didapatkan perlekatan dan/atau fibrosis jaringan maka sebelum latihan luas gerak sendi atau peregangan digunakan terapi fisik berupa modalitas panas dangkal seperti infra-red atau panas dalam seperti ultrasound diathermy serta massage (fiction). Salah satu tekhnik fasilitas yang juga dapat diberikan sebelum latihan luas gerak sendi, latihan peregangan atau penguatan adalah latihan relaksasi yang disebut progressive muscle relaxation. Latihan LGS dapat diberikan secara pasif, aktif dibantu atau aktif. Latihan dilakukan 2 kali per hari dengan 10 kali pengulangan. Latihan peregangan dilakukan oleh terapis secara pasif dan dilanjutkan oleh penderita sendiri secara aktif dengan menggunakan visual biofeedback. 4. Kelemahan otot (messeter, SCM) dan gangguan koordinasi rahang dan oromotor Tidak adanya kontraksi otot mengakibatkan penurunan kekuatan otot disertai atrofi otot, terjadi sejak hari ke 3 immobilisasi dengan kecepatan penurunan sekitar 15% setiap minggu, pada akhir minggu ketiga immobilisasi kekuatan otot menurun sebesar 50%.

Secara umum untuk penguatan otot diberikan latihan kontraksi otot melawan tahanan yang dapat diberikan secara isomerik apabila terdapat nyeri atau rahang masih diimobilisasi, atau secara isotonik. Oleh karen aitu untuk menentukan jenis latihan perlu diketahui derajat kekuatan otot-otot mengunyah. Dengan pemeriksaan manual atau voluntary muscle testing didapatkan penilaian kekuatan otot sbb : Zero (0) bila tidak ada kontraksi otot Trace (1) ada kontraksi otot minimal Fair (2-3) ada kontraksi otot, sehingga sendi dapat digerakkan tanpa melawan tahanan Good (4) bila kontraksi otot mengakibakan gerak sendi melawan tahanan ringan Normal (5) kontraksi penuh sesuai luas gerak sendi, melawan tahanan Bila kekuatan otot di bawah 3 maka diberikan terapi stimulasi listrik untuk menimbulkan kontraksi otot dan latihan pasif. Otot dengan kekuatan diatas 3 diberikan latihan aktif, dapat secara isometrik maupun isotonik. 5. Gangguan koordinasi dapat terjadi apabila akibat tindakan timbul instabilitas sendi TMJ. Latihan untuk meningkatkan koordinasi gerak rahang adalah latihan luas gerak sendi dengan meningkatkan kecepatan pengulangan. Latihan koordinasi juga menggunakan biofeedback untuk mendapatkan pola gerak rahang yang simetris dan baik. 6. Gangguan proses makan. Dengan adanya fiksasi rahang maka penderita akan mengalami gangguan makan dan minum. Biasanya masalah ini teratasi dengan menggunakan sedotan. Apabila penderita tidak dapat mengatasi masalah dengan menggunakan sedotan dapat diberikan feeding therapy yang mencakup edukasi, latihan gerak dan koordinasi otototot oromotor dan latihan menelan. 7. Gangguan psikososial. Oleh karena manusia adalah mahkluk bio-psikososial maka aspek psikososial penderita selalu harus diperhatikan oleh tenaga kesehatan. Apabila akibat fraktur rahang serta tindakan terapi timbul masalah maka hal ini harus diatasi sedini mungkin sehingga penderita tetap dapat berinteraksi dengan baik dalam lingkungan sosialnya.

Kesimpulan Perawatan farktur mandibula dengan cara fiksasi untuk waktu yang cukup lama membawa dampak yang tidak sedikit terhadap jarinagn sekitarnya. Hal yang paling penting pasca perawatan fraktur mandibula adalah kembalinya fungsi sendi TMJ dan otot-otot oromotor yaitu fungsi komunikasi dan fungsi mengunyah. Dengan perawatan yang tepat maka pasca fraktur mandibula status fungsional penderita dapat kembali seperti sediakala sehingga dapat kembali menjalankan kehidupannya sebagaimana layaknya.