RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG ORGANISASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI ORGANISASI KEMASYARAKATAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG. ORGANISASI KEMASYARAKATAN Disetujui Timus, 15 Maret 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Buku Pintar Calon Anggota & Anggota Legislatif

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No kekosongan hukum dalam hal penerapan sanksi yang efektif; d. bahwa terdapat organisasi kemasyarakatan tertentu yang dalam kegiatannya

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Organi

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. bahwa Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik perlu diperbarui sesuai dengan tuntutan dan dinamika perkembangan masyarakat;

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 21 ayat (2) Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Tahun 2015.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG

2015, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT T UHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.HH-04.AH TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PARTAI MAHASISWA

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

2017, No tentang Pedoman Kerja Sama Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah dengan Organisasi Kemasyarakatan dalam Bidang Kesatuan Bangs

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*13595 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 31 TAHUN 2002 (31/2002) TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK INDRAMAYU NOMOR : 001/DIR/PER/III/2013 TENTANG ORGANISASI KEMAHASISWAAN DI LINGKUNGAN POLITEKNIK INDRAMAYU

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2017

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO dan GUBERNUR GORONTALO MEMUTUSKAN:

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Transkripsi:

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1985 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN 30 Mei 2012 NO RANCANGAN UNDANG- DIM UNDANG 1 RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ORGANISASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA, 2 Menimbang : a. bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat merupakan bagian dari hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun DIM PEMERINTAH KEPUTUSAN PANSUS KETERANGAN RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ORGANISASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kebebasan berserikat, berkumpul merupakan bagian dari hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

1945; 3 b.bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasan berserikat, berkumpul setiap orang wajib menghormati hak azazi dan kebebasan orang lain dalam rangka tertib hukum, serta menciptakan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; 4 b. bahwa sebagai wadah berkumpul dan berserikat, organisasi masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan untuk tercapainya keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan warga Negara, serta menjaga keutuhan c. sebagai wadah dalam menjalankan kebebasan berserikat berkumpul, organisasi masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional

dan kemajuan Negara Kesatuan Republic Indonesia; 5 c. bahwa Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sehingga perlu diganti; 6 d.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hurf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Organisasi Masyarakat; 7 Mengingat: Pasal 20, Pasal 28, Pasal 28C ayat (2), Pasal 28E dalam wadah Negara Kesatuan Republic Indonesia; d. bahwa Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang organisasi Kemasyarakatan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga perlu diganti; e.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang Tentang Organisasi Masyarakat; Mengingat: Pasal 20, Pasal 28, Pasal 28C ayat (2),

ayat (3), dan Pasal 28 J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 8 Dengan persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: 9 Menetapkan : UNDANG- UNDANG TENTANG ORGANISASI MASYARAKAT Pasal 28E ayat (3), Pasal 28 J, dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG- UNDANG TENTANG ORGANISASI MASYARAKAT

NO DIM RANCANGAN UNDANG-UNDANG DIM PEMERINTAH KEPUTUSAN PANSUS 10 BAB 1 BAB 1 KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM KETERANGAN Pasal 1 DalamUndang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Organisasi masyarakat yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang didirikan dengan sukarela oleh warga Negara Indonesia yang dibentuk berdasarkan kesamaan tujuan, kepentingan, dan kegiatan, untuk dapat berpartisispasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 11 2. Organisasi Masyarakat Asing adalah organisasi yang bersifat nirlaba yang didirikan oleh warga negara asing dan melakukan kegiatan di Indonesia. 12 3. Anggaran Dasar yang selanjutnya disingkat AD adalah peraturan Pasal 1 DalamUndang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Organisasi masyarakat adalah segala jenis dan bentuk organisasi nirlaba sebagai wadah berserikat berkumpul, yang didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih warga Negara Indonesia atau berbadan hukum Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan aspirasi, kehendak, maksud, tujuan, kebutuhan, kepentingan, dan /atau kegiatan untuk mencapai tujuan atau cita-cita tertentu serta berpartisipasi dalam pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Organisasi Masyarakat Asing adalah organisasi yang bersifat nirlaba yang didirikan oleh warga negara asing dan berbadan hukum asing yang melakukan kegiatan di Indonesia. 3. Anggaran Dasar yang selanjutnya disingkat AD adalah peraturan dasar

dasar Ormas. 13 4. Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat ART adalah peraturan yang dibentuk sebagai penjabaran AD Ormas. 14 5. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 15 6. Pemerintah Daerah addalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. 16 7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah dalam negeri. 17 BAB II ASAS, CIRI, DAN SIFAT organisasi masyarakat. 4. Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat ART adalah peraturan yang dibentuk sebagai penjabaran AD organisasi masyarakat. 5. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 6. Pemerintah Daerah addalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. 7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah dalam negeri. BAB II ASAS, CIRI, DAN SIFAT Pasal 2 Asas Ormas tidak boleh bertentangan Pasal 2 Asas dasar organisasi masyarakat

dengan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 18 Pasal 3 Ormas dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak dan cita-cita Ormas yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 19 Pasal 4 Ormas bersifat sukarela, social, mandiri, nirlaba, dan tidak berafiliasi pada partai politik. 20 BAB III TUJUAN, FUNGSI, DAN RUANG LINGKUP adalah Pncasila, dan dan dapat mencantumkan asas ciri organisasi masyarakat yang tidak bertentangan dengan asas Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 3 Organisasi masyarakat dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak dan cita-cita organisai masyarakat yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 4 Ormas bersifat sukarela, social, mandiri, nirlaba, dan tidak berafiliasi pada partai politik. BAB III TUJUAN, FUNGSI, DAN RUANG LINGKUP

Pasal 5 Ormas bertujuan untuk : a. Meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat; Pasal 5 Organisasi masyarakat untuk : bertujuan a) Mewujudkan tujuan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 21 b. Memberikan pelayanan kepada masyarakat; 22 c. Menjaga nilai-nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 23 d. Melestarikan budaya, sumber daya alam, dan lingkungan hidup; 24 e. Memperkuat persatuuan bangsa; dan, atau b) Menjaga dan memelihaara persatuan dan kesatuan bangsa; c) Meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat; d) Memberikan pelayanan sosial; e) Melestarikan dan memelihara norma, nilai-nilai, moral, etika dan budaya yang hidup dalam masyarakat; dan 25 f. Mewujudkan tujuan Negara. g. Mengembangkan kesetiakawanan social, gotong-royong, toleransi dalam kehidupan masyarakat. 26 Pasal 6 Pasal 6 Ormas berfungsi sebagai: a. Wadah penyalur kegiatan sesuai kepentingan anggota; Ormas berfungsi sebagai: a) Sarana partisipasi masyarakat dalam mewujudkan tujuan negara;

27 b. Wadah pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan organisasi; b) Wadah untuk memelihara dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa ; 28 c. Sarana penyalur aspirasi c) Sarana penyalur aspirasi masyarakat; masyarakat; 29 d. Wadah pemberdayaan masyarakat; d) Wadah pemberdayaan masyarakat; 30 e. Wadah peran serta dalam e) Wadah peran serta dalam memperkuat persatuan; dan/atau memperkuat persatuan; dan/atau 31 f. Sarana mewujudkan tujuan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 32 Pasal 7 Pasal 7 (1) Dalam mencapai tujuan dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dan pasal 6 Ormas memiliki: 1. Dalam mencapai tujuan dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dan pasal 6 organisasi masyarakat memiliki: 33 a. Lingkup kegiatan; dan a. Bidang kegiatan; dan 34 b. Wilayah kerja. b. Wilayah kegiatan. 35 (2) Lingkup kegiatan Ormas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup antaralain bidang: 36 a. Agama; a. Agama; 37 b. Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; 38 c. Hukum; c. Hukum; 39 d. Sosial; d. Sosial; 40 e. Ekonomi; e. Ekonomi; 2. Lingkup kegiatan Ormas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup antaralain : b. Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;

41 f. Kesehatan; f. Kesehatan; 42 g. Pendidikan; g. Pendidikan; 43 h. Sumber daya manusia; h. Sumber daya manusia; 44 i. Penguatan demokrasi i. Penguatan demokrasi Pancasila; Pancasila; 45 j. Pemberdayaan perempuan; j. Pemberdayaan perempuan; 46 k. Lingkungan hidup dan sumber k. Lingkungan hidup ; daya alam; 47 l. Kepemudaan; l. Kepemudaan; 48 m. Olahraga; m. Olahraga; 49 n. Profesi; n. Profesi; 50 o. Hobi; dan/atau o. Hobi, minat dan bakat; 51 p. Seni dan budaya p. Seni dan budaya; dan 52 q. Penelitian dan pengembangan 53 (3) Wilayah kerja ormas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mencakup: 3. Wilayah kerja organisai masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mencakup: 54 a. Nasional; a. Nasional; 55 b. Provinsi; dan/atau b. Provinsi; dan/atau 56 c. Kabupaten/kota. c. Kabupaten/kota. 57 4. Organisasi masyarakat yang memiliki wilayah kegiatan nasional sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (3) adalah organisasi masyarakat yang memiliki kepengurusan dan/atau kegiatan sekurangkurangnya di 1/3 (sepertiga) dari jumlah provinsi di Indonesia.

58 5. Organisasi masyarakat yang memiliki wilayah kegiatan provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) adalah organisasi masyarakat yang memiliki kepengurusan dan/atau kegiatan sekurangkurangnya di 1/3 (sepertiga) dari jumlah kabupaten/kota di satu (1) provinsi. 59 6. Organisasi masyarakat yang memiliki wilayah kegiatan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) adalah organisasi masyarakat yang memiliki kepengurusan dan/atau kegiatan sekurang-kurangnya di 1/3 (sepertiga) dari jumlah kecamatan di satu (1) kabupaten/kota. 60 BAB IV PENDIRIAN ORMAS Pasal 8 Ormas didirikan oleh sekurangkurangnya 3 (tiga) warga negara Indonesia. BAB IV PENDIRIAN ORMAS Pasal 8 Organisasi masyarakat didirikan oleh 2 (dua) atau lebih warga negara Indonesia atau berbadan hukum Indonesia. 61 Pasal 9 Pasal 9

Ormas sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dapat dibentuk : Organisasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dapat berbentuk: 62 a. badan hukum; atau b. badan hukum; atau 63 c. tidak berbadan hukum. d. tidak berbadan hukum. 64 Pasal 10 Pasal 10 1) Ormas berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a berupa: 1) Organisasi masyarakat berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a berupa: 65 a. Perkumpulan; atau b. Perkumpulan; atau 66 c. Yayasan. d. Yayasan. 67 2) Ormas berbadan hukum yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurup a didirikan dengan tidak berbasis keanggotaan. berbasis anggota. 68 3) Ormas berbadan hukum yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, didirikan dengan tidak berbasis keanggotaan. 69 Pasal 11 2) Organisasi masyarakat berbadan hukum yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurup a 3) Ormas berbadan hukum yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tidak berbasis anggota. Pasal 11 1) Badan hukum perkumpulan didirikan dengan kewajiban memenuhi persyaratan sbagai berikut: 70 a. Akta pendirian yang dikeluarkan oleh notaris; 71 b. AD/ART; 1. Organisasi masyarakat yang akan mendapatkan pengesahan badan hukum perkumpulan wajib memiliki surat keterangan terdaftar.

72 c. Program kerja 73 d. Sumber pendanaan; 74 e. Surat keterangan domisili; 75 f. Nomor pokok wajib pajak atas nama perkumpulan; 76 g. Surat pernyataan tidak berafiliasi kepada partai politik; 77 h. Surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara di pengadilan; dan 78 i. Pengesahan sebagai badan hukum perkumpulan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang hukum dan hak asasi manusia 2) Pengesahan sebagai badan hukum 79 perkumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf I dilakukan setelah meminta pertimbangan dari instansi terkait. 80 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai badan hukum perkumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 2. Pengesahan organisasi masyarakat yang berbadan hukum perkumpulan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 3. Pengesahan organisasi masyarakat yang berbadan hukum perkumpulan wajib meminta pertimbangan dari instansi terkait. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi masyarakat berbadan hukum perkumpulan sebgaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Perundang-undangan.

81 Pasal 12 Pasal 12 Badan hukum yayasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (3) diatur dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1. Organisasi masyarakat yang berbdan hukum yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) diatur dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan. 82 2. Organisasi masyarakat yang akan mendapatkan pengesahan badan hukum yayasan wajib memiliki Surat Keterangan Terdaftar. 83 Pasal 13 1. Dalam upaya untuk mengoptimalkan peran dan fungsinya, ormas dapat menggabungkan diri dalam suatu wadah berhimpun. 84 2. Wadah berhimpun sebagaimna dimaksud pada ayat (1) tidak harus tunggal dan monopoli keseluruhan lingkup kegiatan dan kerja Ormas. 85 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai wadah berhimpun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah. 86 Pasal 14

1. Ormas yang tidak berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b memberiahukan keberadaanya secara tertulis kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai alamat dan domisili. 87 2. Dalam hal ormas memberitahukan keberadaanya Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan surat tanda terima pemberitahuan keberadaan organisasi. 88 BAB V PENDAFTARAN 89 Pasal 15 1. Pendaftaran ormas berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dilakukan bersamaan dengan pemberian status badan hukum. 90 2. Pendaftaran bagi Ormas berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan. 91 Pasal 16 Pasal 13

1. Pendaftaran Ormas yang tidak berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b dilakukan dengan pemberian surat keterangan terdaftar. 1. Setiap organisasi masyarakat yang tidak berbadan hukum sebagaimna dimaksud dalam Pasal 9 huruf b wajib mendaftarkan keberadaan organisasinya kepada Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan diberikan Surat Keterangan Terdaftar yag selanjutya disebut SKT. 92 2. Organisasi masyarakat yang tidak memenuhi persyaratan untuk diberikan Surat Keterangan Terdaftar, wajib 93 2. Pendaftaran bagi Ormas yang tidak berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan kewajiban menyertakan persyaratan sebagai berikut: 94 a. Akta pendirian atau statuta yag disahkan oleh notaris; 95 b. AD dan ART; b. AD dan ART; memberitahukan keberadaanya kepada Camat sesuai domisili dan diberikan Surat Tanda Pemberitahuan Keberadaan Organisasi yang selanjutnya disebut STPKO Pasal 14 Pendaftaran bagi organisasi masyarakat yang tidak berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) wajib menyertakan persyaratan minimal sebagai berikut: a. Akta pendirian atau statuta yag disahkan oleh notaris;

96 c. Program kerja; c. Program kerja; 97 d. Kepengurusan, d. Kepengurusan, biodata dan kartu tanda penduduk; 98 e. Surat keterangan domisili; e. Surat keterangan domisili dari Kepala Desa/Lurah/Camat atau sebutan lain; 99 f. Nomor pokok wajib pajak f. Nomor pokok wajib pajak atas atas nama Ormas; 100 g. Surat pernyataan tidak berafiliasi kepada partai politik; 101 h. Surat pernyataan tidak dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara di pengadilan; dan 102 i. Surat penrnyataan kesanggupan melaporkan kegiatan. 103 3. Surat keterangan terdaftar sebagimana dimaksud ayat (1) diberikan oleh: nama organisasi masyarakat; g. Surat pernyataan tidak berafiliasi kepada partai politik; h. Surat pernyataan tidak dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara di pengadilan; dan i. Surat penrnyataan kesanggupan melaporkan kegiatan. Pasal 15 Kewenangan penerbitan Surat Keterangan Terdaftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) oleh: 104 a) Menteri bagi Ormas yang a) Menteri Dalam Negeri bagi memiliki wilayah kerja organisasi masyarakat yang nasional; memiliki wilayah kegiatan nasional; 105 b) Gubernur bagi Ormas b) Gubernur bagi organisasi yang memiliki wilayah masyarakat yang memiliki wilayah kerja provinsi;atau kegiatan provinsi;atau 106 c) Bupati/walikota bagi c) Bupati/Walikota bagi organisasi

Ormas yang memiliki kerja kabupaten/kota. masyarakat yang memiliki wilayah kegiatan kabupaten/kota. 107 Pasal 17 1. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) wajib melakukan verifikasi dokumen pendaftaran paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya dokumen pendaftaran. 108 Pasal 17 2. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) wajib melakukan verifikasi dokumen pendaftaran paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya dokumen pendaftaran. 109 3. Dalam hal dokumen permohonan belum lengkap Menteri, gubernur atau bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 16 1) Menteri Dalam Negeri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) wajib melakukan penelitian dokumen pendaftaran paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak dokumen pendaftaran dinyatakan lengkap. 2) Dalam hal dokumen pendaftaran dinyatakan belum lengkap, organisasi masyarakat pemohon wajib melengkapi paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja. 3) Menteri Dalam Negeri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar paling

meminta Ormas pemohon untuk melengkapi paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal penyampaian ketidaklengkapan dokumen permohonan. 110 4. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan SKT paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah Ormas dinyatakan lulus verifikasi. lama 14 (empat belas) hari kerja setelah dokumen pendaftaran organisasi masyarakat dinyatakan lengkap. 4) Menteri Dalam Negeri, Gubernur, atau Bupati/Walikota. NO DIM RANCANGAN UNDANG-UNDANG DIM PEMERINTAH KEPUTUSAN PANSUS KETERANGAN Memberikan penjelasan pada pemohon, apabila dalam batas waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar.

111 Pasal 17 Pemberitahuan organisasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) wajib menyertakan persyaratan minimal sebagai berikut: a. nama dan alamat organisasi; 112 113 114 115 116 117 b. Pendiri; c. Tujuan dan program kerja; d. pengurus; e. peraturan organisasi; dan f. surat keterangan domisili dari Lurah, Kepala Desa dan/atau Camat atau sebutan lain. Pasal 18 Menteri Dalam Negeri, Gubenur, atau Bupati/Walikota, dapat menolak

penerbitan Surat Keterangan Terdaftar terhadap organisasi 118 119 Pasal 18 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran Ormas sebagaimana dimaksud dalam Pasal Peraturan Pemerintah. Masyarakat yang telah dinyatakan organisasi terlarang dan/atau atas pertimbangan demi menjaga kedaulatan bangsa dan negara, keamanan dan ketertiban umum serta pertimbangan semata-mata untuk ikut serta menjaga ketertiban dan perdamaian dunia. Pasal 19 (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendoman pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12 dan Pasal 13 diatur dalam Peraturan Perundang-undangan. (2) Untuk mengintegrasikan sistem pendaftaran organisasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan pemerintah Daerah membentuk sistem informasi administrasi organisasi masyarakat, yang selanjutnya

disebut SIADORMAS, yang dikoordinasikan secara nasional oleh Menteri Dalam Negeri. 120 121 122 123 124 BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN Ormas berhak : Pasal 19 a. mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri dan terbuka b. memperoleh hak cipta atas nama, lambang, dan tanda gambar Ormas (3) SIADORMAS sebagai mana dimaksud pada ayat (2), dapat meningkatkan kinerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penyediaan databased, pemberdayaan, pengawasan, evaluasi dan penegakan hukum organisasi masyarakat. BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 20 Organisasi masyarakat berhak : a. mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri dan terbuka b. memperoleh hak cipta atas nama, lambang, dan tanda gambar

125 126 127 128 129 130 sesuai dengan peraturan perundangundangan; c. memperjuangkan cita-cita dan tujuan organisasi; d. melaksanakan kegiatan Ormas untuk mencapai tujuan organisasi; e. mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan kegiatan organisasi; dan f. melakukan kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah swasta, Ormas lain, Organisasi Masyarakat Asing, dan pihak lain. Pasal 20 Ormas berkewajiban : a. melaksanakan kegiatan sesuai tujuan organisasi; organisasi masyarakat sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan; c. memperjuangkan cita-cita dan tujuan organisasi; d. mendapatkan perlindungan terhadap keberadaannya dan aktvitas sesuai Peraturan Perundang-undangan; e. mendapatkan perlakuan yang sama di depan hukum; dan f. melakukan pengembangan organisasi untuk menjaga keberlanjutan hidup organisasi. Pasal 21 Organisasi masyarakat berkewajiban : a. melaksanakan kegiatan sesuai tujuan keberadaan organisasi masyarakat;

131 132 133 134 b. menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. memelihara nilai-nilai agama, kearifan lokal dan memberikan kemanfaat untuk masyarakat; d. menjaga ketertiban umum dan terciptanya kedamaian di dalam masyarakat; e. melakukan pengelolaan keuangan secara transparan dan akntabel; dan b. berpartisipasi dalam pencapaian tujuan negara; c. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. menjunjung tingi, menghormati dan memelihara nilai-nilai agama, budaya, moral, etika, dan norma kesusilaan yang berlaku; e. memelihara keamanan negara, ketentraman dan ketertiban umum; 135 136 137 f. mendukung tercapainya tujuan negara f. melakukan pengelolaan keuangang secara transparan dan akuntabel; g.mendaftarkan pendirian dan keberadaan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; dan h. melaporkan perkembangan dan aktivitas organisasi kepada

Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah. 138 139 140 141 142 BAB VII ORGANISASI, KEPENDUDUKAN, DAN KEPENGURUSAN Bagian Kesatu Organisasi Pasal 21 Ormas memiliki strukur organisasi dan kepengurusan. i. melakukan penertiban dan pengawasan internal organisasi, serta mengembangkan kode etik organisasi. BAB VII ORGANISASI, KEPENDUDUKAN, DAN KEPENGURUSAN Bagian Kesatu Organisasi Pasal 22 (1) Organisasi masyarakat memiliki struktur organisasi dan tata kerja. (2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berjenjang maupun tidak berjenjang.

143 144 145 146 Pasal 22 (1) Ormas berbasis keanggotaan yang memiliki wilayah kerja nasional dapat membentuk struktur organisasi dan kepengurusan dari nasional hingga daerah. (2) Ormas berbasis keanggotaan yang memiliki wilayah kerja provinsi dapat membentuk struktur organisasi dan kepengurusan dari provinsi hingga daerah yang berada di wilayah provinsi. (3) Ormas berbasis keanggotaan yang memiliki wilayah kerja kabupaten/kota dapat membentuk struktur organisasi dan kepengurusan dari kabupaten/kota hingga daerah yang berada di wilayah kabupaten/kota. (3) Jenjang organisasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan wilayah kegiatan. Pasal 23 (1) Organisasi masyarakat berbasis anggota yang memiliki wilayah kegiatan nasioanal dapat membentuk struktur organisasi dan kepengurusan secara berjenjang pada tingkat nasional. (2) Organisasi masyarakat berbasis anggota yang memiliki wilayah kegiatan provinsi dapat membentuk struktur organisasi dan kepengurusan secara berjenjang pada tingkat provinsi. (3) Organisasi masyarakat berbasis anggota yang memiliki wilayah kegiatan kabupaten/kota dapat membentuk struktur organisasi dan kepengurusan secara berjenjang pada tingkat kabupaten/kota.

147 148 149 150 Bagian Kedua Kedudukan Pasal 23 Ormas berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia sesuai dengan akta pendirian atau ketentuan dalam Anggaran Dasar. Bagian Ketiga Kepengurusan Pasal 24 (4) Organisasi masyarakat tidak berbasis anggota dapat mengembangkan jejaring kerja organisasi berdasarkan bidang kegiatan dan wilayah kerja. (5) Organisasi masyarakat berbasis anggota maupun tidak berbasis anggota dapa mengembangkan organisasi di luar negeri sesuai kebutuhan organisasi dan ketentuan Peraturan Perundangundangan. Bagian Kedua Kedudukan Pasal 24 Organisasi masyarakat berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia sesuai dengan akta pendirian atau ketentuan dalam Anggaran Dasar. Bagian Ketiga Kepengurusan Pasal 25

151 152 153 Kepengurusan Ormas di setiap tingkatan dipilih secara demokratis melalui musyawarah dan mufakat. Pasal 25 (1) Pergantian kepengurusan Ormas di setiap tingkata dilakukan sesuai dengan AD dan ART. (2) Susunan kepengurusan hasil pergantian kepengurusan Ormas didaftarkan kepada Kementerian atau pemerintah daerah berdasarkan wilayah yang bersangkutan paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak terjadinya pergantian kepengurusan. (3) Bagi Ormas yang berbadan hukum apabila terjadi perubahan akta terkait dengan pergantian kepengurusan didaftarkan kepada kementrian atau Kepengurusan organisasi masyarakat dipilih secara demokrasi melalui musyawah dan mufakat yang diatur dalam AD dan ART. Pasal 26 (1) Struktur kepengurusan, sistem pergantian, hak dan kewajiban pengurus, wewenang, dan pembagian tugas dan hal lainnya berkaitan dengan kepengurusan diatur dalam AD dan ART. (2) Susunan kepengurusan hasil pergantian kepengurusan organisasi masyarakat didaftarkan kepada kementerian dan/atau Pemerintah Daerah paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak terjadinya pergantian kepengurusan. (3) Apabila terjadi perubahan akta terkait dengan pergantian kepengurusan wajib didaftarkan kepada kementrian atau Pemerintah

154 155 156 pemerintah daerah berdasarkan wilayah yang bersangkutan paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak terjadinyan pergantian pengurusan. Pasal 26 (1) Anggota Ormas yang berhenti atau yang diberhentikan dari kepengurusan dan/atau keanggotaaan tidak dapat membentuk kepengurusan dan/atau Ormas yang sama. (2) Dalam hal dibentuk kepengurusan dan/atau Ormas yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keberadaaan tidak diakui oleh Undang-undang ini. Pasal 27 Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur organisasi, kedudukan, dan kepengurusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, dan Pasal 26 diatur dalam Daerah paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak terjadinya perubahan akta. Pasal 27 (1) Anggota organisasi masyarakat yang berhenti atau yang diberhentikan dari kepengurusan dan/atau keanggotaan tidak dapat membentuk kepengurusan dan/atau organisasi masyarkat yang sama. (2) Pembentukan dari kepengurusan dan/atau keanggotaan tidak dapat membemtuk kepengurusan dan/atau organisasi masyarakat yang sama. Pasal 28 Kentuan lebih lanjut mengenai struktur organisasi, kedudukan, dan kepengurusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 diatur

AD dan ART. dalam AD dan ART. 157 158 159 160 161 162 BAB VIII KEANGGOTAAN Pasal 28 (1) Setiap warga negara Indonesia berhak menjadi anggota Ormas. (2) Keanggotaan Ormas bersifat sukarela, terbuka, dan tidak diskriminatif bagi warga negara Indonesia yang menyetujui AD dan ART. (3) Keanggotaan Ormas diatur berdasarkan AD dan ART. Pasal 29 (1) Setiap anggota Ormas memiliki hak dan kewajiban yang sama. (2) Hak dan kewajiban anggota Ormas diatur dalam AD dan ART. BAB VIII KEANGGOTAAN DAN KEPUTUSAN ORGANISASI Bagian Kesatu Pasal 29 (1) Setiap warga negara Indonesia berhak menjadi anggota organisasi masyarakat. (2) Keanggotaan organisasi masyarakat bersifat sukarela, terbuka, dan tidak diskriminatif. (3) Keanggotaan organisasi masyarakat diatur berdasarkan AD dan ART. Pasal 30 (1) Setiap anggota organisasi masyarakt memiliki hak dan kewaijban yang sama. (2) Hak dan kewajiban anggota organisasi masyarakat diatur dalam AD dan ART.

163 164 165 166 167 BAB IX KEPUTUSAN ORGANISASI Pasal 30 (1) Keputusan Ormas di setiap tingkatan dilakukan dengan musyawarah mufakat sesuai dengan AD dan ART. (2) Keputusan sebagaimana dimaksud ayat (1) bersifat mengikat bagi Ormas. BAB X AD/ART ORMAS Bagian Kesatu Umum Pasal 31 (1) Setiap Ormas wajib memiliki AD dan ART. Bagian Kedua Pasal 31 (1) Keputusan organisasi masyarakat di setiap tingkatan dilakukan dengan musyawarah mufakat sesuai dengan AD dan ART. (2) Keputusan sebagaimana dimaksud ayat (1) bersifat mengikat bagi organisasi masyarakat. BAB IX AD DAN ART ORGANISASI MASYARAKAT Bagian Kesatu Umum Pasal 32 (1) Setiap organisasi masyarakat wajib memiliki AD dan ART.

168 (2) AD sebagaimana dmaksud pada ayat (1) memuat paling sedikit: a. asas dan ciri Ormas; (2) AD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat paling sedikit: a. asas dan ciri; 169 170 171 172 173 174 175 b. visi dan misi Ormas; b. visi dan misi; c. nama, lambang, dan gambar Ormas; c. nama, lambang, dan gambar; d. tujuan dan fungsi Ormas; d. tujuan dan fungsi; e. organisasi, tempat kependudukan, dan pengambilan keputusan; e. struktur organisasi, tata kerja, tempat kedudukan, domisili organisasi, dan sistem pengambilan keputusan; f. Kepengurusan Ormas; f. kepengurusan, hak dan kewajiban pengurusan; g. mekanisme rekrutmen dan pemberhentian anggota Ormas; g. keanggotaan, hak dan kewajiban anggota, mekanisme rekrutmen dan berakhirnya keanggotaan; h. pengaturan dan keputusan Ormas; h. pengaturan dan keputusan internal organisasi;

176 177 178 179 i. program pemberdayaan dan pembinaan; j. pengelolaan keuangan Ormas; i. sumber keuangan dan manajemen keuangan; k. penyelesaian sengketa; dan j. mekanisme pengawasan internal. l. mekanisme pengawasan internal. k. mekanisme pengawasan internal. 180 Bagian Kedua Perubahan AD/ART Ormas Pasal 32 (1) Perubahan AD dan ART dilakukan berdasarkan hasil forum tertinggi pengambilan keputusan Ormas. Bagian Kedua Perubahan AD dan ART Organisasi Masyarakat Pasal 33 (1) Perubahan AD dan ART dilakukan berdasarkan hasil keputusan tertinggi dalam pengambilan keputusan organisasi.

181 182 183 (2) Peubahan AD dan ART sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didaftarkan ke kementrian atau Pemerintah Daerah berdasarkan wilayah kerja Ormas yang bersangkutan paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak terjadinya perubahan. BAB XI KEUANGAN Pasal 33 (1) Keuangan Ormas dapat bersumber dari: a. iuran anggota; (2) Perubahan AD dan ART sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didaftarkan ke kementerian dan/atau Pemerintah Daerah berdasarkan wilayah kegiatan paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak terjadinya perubahan. BAB X KEUANGAN DAN BADAN USAHA ORGANISASI MASYARAKAT Pasal 34 (1) Keuangan organisasi masyarakat dapat bersumber dari: a. iuran anggota; 184 b. sumbangan masyarakat; b. bantuan atau sumbangan dari individu dan/atau lembaga; 185 c. bantuan/sumbangan dari orang asing atau lembaga asing; c. bantuan atau sumbangan dari orang asing dan/atau lembaga asing;

186 187 d. hasil usaha Ormas; dan d. hasil usaha organisasi masyarakat; dan e. kegiatan lain yang sah menurut hukum. e. hasil usaha organisasi masyarakat; dan 188 189 190 191 (2) keuangan organisasi sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dikelola secara transparan dan bertanggungjawab. (3) Dalam hal melaksanakan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Ormas menggunakan rekening pada bank nasional. (2) Keuangan organisasi sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dikelola berdasarkan prinsip tata kelola keuangan organisasi yang baik, transparan dan akuntabel. (3) Organisasi masyarakat menggunakan rekening atas nama organisasi pada bank nasional. (4) Sumber keuangan organisasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan sesuai peraturan Perundangundangan. (5) Sumber keuangan organisasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakasanakan sesuai Peraturan Perundangan-

undangan 192 Pasal 34 (1) Dalam hal Ormas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf a dan huruf b,menghimpun dan mengelola dana dari anggota dan masyarakat, Ormas wajib membuat laporan pertanggungjawaban keuangan sesuai standar akuntansi secara umum atau sesuai AD/ART. Pasal 35 (1) Sumber keuangan organisasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf b, organisasi masyarakat wajib membuat laporan pertanggungjawaban kepada publik. 193 194 (2) Bantuan/sumbangan dari orang asing atau lembaga asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf c harus diberitahukan dan/atau dengan persetujuan Pemerintah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberitahuan dan/atau persetujuan sebagaimana dimaksud pada awat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah. (2) Dalam hal sumber keuangan organisasi mesyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf c, organisasi masyarakat wajib memberitahukan dan mendapatkan persetujuan dari Pemerintah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberitahuan dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Perundangundangan.

195 196 197 198 199 BAB XII BADAN USAHA ORMAS Pasal 35 (1) Dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi, Ormas beradan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dapat mendirikan badan usaha. (2) Tata kerja dan tata kelola badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam AD atau ART. (3) Pendirian badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai peraturan perundang-undangan, BAB XIII PEMBERDAYAAN ORMAS Pasal 36 (1) Untuk menjaga keberlangsungan hidup, organisasi masyarakat berbadan hukum dapat mendirikan badan usaha. (2) Tata kelola badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam AD atau ART. (3) Pendirian dan pengembangan badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai Peraturan Perundang-undangan. BAB XI PEMBERDAYAAN ORGANISASI MASYARAKAT

200 201 202 203 204 205 206 Pasal 36 (1) Dalam rangka pemberdayaan Ormas, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melakukan : a. fasilitas kebijakan; b. penguatan kelembagaan c. peningkatan kualitas sumberdaya manusia; dan d. pemberian penghargaan. (2) Fasilitas kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa pembentukan peraturan perundangan-undangan yang mendukung pemberdayaan Ormas. Pasal 37 (1) Pemberdayaan dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja dan menjaga keberlangsungan hidup organisasi masyarakat. (2) Pembrdayaan kepada organisasi masyarakat, antara lain; a. fasilitas kebijakan;

207 208 209 210 211 212 213 214 (3) Penguatan kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berupa: a.pelibatan dalam proses pembangunan; b. tata kelola organisasi yang baik; c. penyediaan data dan informasi Ormas; d. pengintensifan dialog dan kerjasama; dan e. dukungan keahlian dan pendampingan. b. penguatan kapasitas/kelembagaan; dan c. peningkatan kualitas sumberdaya manusia. (3) Fasilitas kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat berupa pengembangan kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan yang mendukung pemberdayaan organisasi masyarakat.

215 (4) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa: (4) Penguatan kapasitas/kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, antara lain: 216 a. pendidikan dan pelatihan; a. penguatan manajemen organisasi; 217 b. penguatan kepemimpinan dan kaderisasi; b. penyediaan data dan informasi; 218 c. penguatan wawasan kebangsaan; dan c. pengembangan kemitran; 219 220 221 222 223 d. pengembangan dan pendampingan kewirausahaan. (5) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksdu pada ayat (1) huruf d dapat berupa; d. bimbingan dan pendampingan; e. penguatan kepemimpinan dan kaderisasi; f. pemberian penghargaan; dan g. penelitian dan pengembangan. (5) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, antara lain :

224 225 226 227 a. tanda penghargaan; a. pendidikan dan pelatihan; b. bantuan pendidikan dan pelatihan; dan b. penguatan wawasan kebangsaan c. insentif pengembangan organisasi. c. pemagangan; dan d. kursus. 228 229 (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitas kebijakan, penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 37 Ormas dapat bekerjasama dengan masyarakat swasta, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggarkan pelayanan di berbagai bidang untuk kesejahteraan masyarakat. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberdayaan organisasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Perundang-undangan. Pasal 38 (1) Untuk meningkatkan keberdayaan dan pelaksanaan fungsinya, organisasi masyarakat dapat membentuk suatu wadah berhimpun.

230 231 232 233 234 Pasal 38 (1) Pemerintah membentuk sistem informasi Ormas dalam rangka pemberdayaan dan tertib administrasi. (2) Sistem informasi Ormas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Menteri. (2) Wadah berhimpun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dari, oleh, dan untuk organisasi masyarakat yang didasarkan kesamaan tujuan, kepentingan, kebutuhan dan kegiatan tertentu. Pasal 39 (1) Untuk meningkatkan kinerja dan tertib administrasi pemberdayaan organisasi masyarakat, Pemerintah Daerah dapat membentuk SIADORMAS. (2) Menteri Dalam Negeri mengkoordinasikan pemberdayaan dan pembentukan SIADORMAS secara nasional. (3) Gubenur mengkoordinasikan pemberdayaan dan pembentukan SIADORMAS di Provinsi. (4) Bupati/Walikota mengkoordinasikan pemberdayaan dan pembentukan SIADORMAS di kabupaten/kota.

235 236 237 238 239 BAB XIV ORGANISASI MASYARAKAT ASING Pasal 39 (1) Organisasi Masyarakat Asing dalam melakukan kegiatan di wilayah Indonesia harus memiliki ijin opersional dari meteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang urusan luar negeri. (2) Untuk memperoleh Ijin operasional sebagaimana ayat (1), Organisasi Masyarakat Asing harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. berbadan hukum asing atau tercatat di negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia; (5) Sistem informasi administrasi organisasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Perundangundangan. BAB XII ORGANISASI MASYARAKAT ASING Pasal 40 (1) Organisasi masyarakat asing dalam melakukan kegiatan di wilayah Indonesia harus memiliki izin operasional dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang Luar Negeri, (2) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), organisasi masyarakat asing harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. berbadan hukum dan berkantor di negara yang Memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia;

240 241 242 243 244 245 b. memiliki asas, tujuan, dan kegiatan organisasi yang sesuai dengan peraturan Indonesia; dan c. dalam pelaksanaan kegiatannya bekerjasama atau melibatkan Ormas Indonesia. (3) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun. (4) Perpanjangan ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan paling lambat 3 ( tiga) bulan sebelum ijin operasional berakhir. (5) Dalam hal Organisasi Masyarakat Asing tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diberikan izin operasional. b. memiliki asas, tujuan, dan kegiatan organisasi yang sesuai dengan peraturan perundang-undang Indonesia; dan c. dalam pelaksanaan kegiatannya wajib bermitra atau melibatkan masyarakat Indonesia (3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun. (4) Perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum izin berakhir. (5) Pemberian dan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

246 247 248 249 (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan perpanjangan ijin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diatur dengan peraturan pemerintah. dan ayat (4) harus mendapat pertimbangan dari kementerian dan lembaga terkait. (6) ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan perpanjangan izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah Pasal 41 (1) Untuk pemberian dan perpanjangan izin operasional, Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar negeri membentuk Tim Perizinan Organisasi Masyarakat Asing (2) Tim Perizinan Organisasi Masyarakat Asing dimaksud pada ayat (1) beranggotakan kementerian dan lembaga terkait (3) Pembentukan keanggotaan, dan tata kerja Tim Perizinan Organisasi Masyarakat Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

250 251 252 253 Pasal 40 Organisasi Masyarakat Asing memiliki kewajiban; a. memberikan manfaat bagi masyarakat,bangsa, dan negara Indoensia; b. menyampaikan ijin operasional dari menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang urusan luar negeri kepada Menteri dan kementerian terkait; c. mengumumkan sumber, jumlah, dan penggunaan dana; dan d. membuat laporan kegiatan secara berkala dan dipublikasikan kepada masyarakat melalui media massa nasional maupun daerah Pasal 42 Organisasi masyarakat asing memiliki kewajiban; a. memberi nilai manfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia; b. menyampaikan izin kepada Menteri dan kementerian terkait; c. melaporkan sumber, jumlah, dan penggunaan dana kepada Tim Perizinan Organisasi Masyarakat Asing; dan d. menyampaikan laporan kegiatan secara berkala kepada Tim Perizinan Organisasi Masyarakat Asing, Kementerian dan Lembaga terkait, serta Pemerintah Daerah yang

menjadi lokasi kegiatan. 254 255 Pasal 41 Organisasi Masyarakat Asing dilarang: a.melakukan kegiatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Negara kesatuan Republika Indonesia. b. mengganggu stabilitas dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; Pasal 43 Organisasi masyarakat asing dilarang: a. melakukan kegiatan yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republika Indonesia 1945. b. mengganggu stabilitas dan keutuhan Negara Kesatuan Republika Indonesia; 256 c. melakukan kegiatan spionase; c. melakukan kegiatan intelijen; 257 258 d. Melakukan kegiatan politik praktis; e. melakukan kegiatan yang mengganggu hubungan diplomatik; d. melakukan kegiatan bersifat politis dan kegiatan komersial; e. melakukan kegiatan yang mengganggu hubungan antar negara;

259 260 261 f. melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan organisasi; g. menggalang dana dari masyarakat Indonesia; h. berkantor dan menggunakan fasilitas lembaga Pemerintah ; dan/atau Pemerintah Daerah; dan f. melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan dan fungsi organisasi masyarakat; g. menggalang dana Indonesia; h. berkantor dan menggunakan fasilitas negera; 262 263 264 i. melakukan kegiatan tanpa ijin operasional dari menteri yang tugas dan tanggung jawabnya bidang urusan luar negeri. i. melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan izin operasional; j. melanggar norma kesusilaan, agama, sosial, budaya, moral dan etika yang berlaku di Indonesia. k. men ggunakan lambang negara, bendera, dan simbol-simbol negara dan pemerintah Indonesia.

265 Pasal 42 (4) Dalam hal Organisasi Masyarakat Asing tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 atau melakukan pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang urusan luar negeri menjatuhkan sanksi administrasi berupa: Pasal 44 (1)Organisasi masyarakat asing yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaskud dalam Pasal 42 dan/atau melakukan pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar negeri memberikan sanksi berupa : 266 267 268 a. teguran tertulis; a. teguran tertulis; b. penghentian kegiatan; b. penghentian kegiatan; c. pembekuan ijin operasional c. pembekuan ijin; dan/atau 269 270 d. pencabutan ijin operasional; dan/atau e. tindakan diplomatic d. pencabutan ijin

271 272 273 274 (2) ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah Pasal 43 (2) Pemerintah dan Pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap keberadaaan dan kegiatan Organisasi Masyarakat Asing (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah BAB XV PENGAWASAN (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Perundang-undangan. Pasal 45 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan organisasi masyarakat asing. (2) ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Perundang-undangan BAB XIII PENGAWASAN 275 Pasal 46

(1) Untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas organisasi masyarakat, dilakukan pengawasan secara internal maupun eksternal. 276 277 278 Pasal 44 (1) Untuk menjamin terlaksananya fungsi dan tujuan Ormas, setiap Ormas memiliki lembaga Pengawasan internal. (2)Pengawasan internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh individu ada/atau lembaga yang berada dalam internal organisasi masyarakat yang bersangkutan. (3)Pengawasan eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan oleh masyarakat Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah Pasal 47 (1) Individu dan/atau lembaga pengawas Internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) berfungsi sebagai sistem kontrol internal, penengak disiplin/kode etik organisasi dan penyelesaian sangketa internal organisasi masyarakat.

279 280 281 282 (2) Lembaga pengawas internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk menegakkan kode etik organisasi dan memutuskan pemberian sanksi dalam internal Ormas. (3) Tugas dan wewenang lembaga pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam AD dan ART atau peraturan organisasi. Pasal 45 Untuk meningkatkan akuntabilitas organisasi, Ormas wajib membuat laporan kegiatan dan keuangan yang terbuka untuk Publik. Pasal 46 (1) Dalam hal Ormas mendapatkan pemberdayaan berupa penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan (2) Tugas dan kewenangan Individu dan/atau lembaga pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam AD dan ART. Pasal 48 Untuk meningkatkan akuntabilitas publik, organisasi masyarakat wajib membuat laporan kegiatan dan keuangan secara transparan dan terbuka kepada publik, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

283 284 285 pemberian penghargaan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) harus menyampaikan laporan kegiatan dan keuangan kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah (2) Laporan kegiatan dan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar evluasi pemberdayaan bagi pemerintah atau Pemerintah Daerah. (3) Dalam hal Ormas tidak menyampaikan laporan kegiatan dan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah menghentikan Pemberdayaan Ormas bersangkutan. Pasal 47 (1) Dalam hal pengawasan terhadap Pasal 49 Hasil evaluasi terhadap laporan kinerja organisasi masyarakat dapat menjadi dasar Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam memberikan fasilitasi Pasal 50 (1) Bentuk Pengawasan masyarakat

286 287 288 289 Ormas, masyarakat berhak menyampaikan dukungan atau keberatan terhadap keberadaan atau aktifitas Ormas. (2) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain dapat berupa pemberian penghargaan, program, bantuan dana, dan dukungan operasional organisasi. (3) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan masyarakat kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai lingkup dan tanggung jawabnya. (4) Dalam hal terdapat pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pemerintahan atau Pemerintah Daerah mengupayakan penyelesaian keberatan melalui mekanisme mediasi dan konsiliasi. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (3) dapat berupa pengaduan, dukungan atau bentuknya lainnya. (2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh masyarakat kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah. (3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan fasilitas dan/atau tindak lanjut terhadap pengaduan masyarakat Pasal 51 Bentuk pengawasan Pemerintah

290 291 292 293 BAB XVI PENYELESAIAN SENGKETA ORGANISASI Pasal 48 (1).Dalam hal terjadi sangketa organisasi, Ormas diberikan kewenangan untuk menyelesaikan sengketa melalui mekanisme yang diatur dalam AD dan ART. (2) Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai, dapat dilakukan upaya mediasi dan konsiliasi (3) Tata cara mediasi dan konsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat dan/atau Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (3) dapat berupa pembinaan, supervisi, asistensi, bimbingan, pemantauan, monitoring dan evaluasi. BAB XIV PENYELESAIAN SENGKETA ORGANISASI Pasal 52 (1) Organisasi masyarakat mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan sangketa organisasi melalui mekanisme yang diatur dalam AD dan ART. (2) Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat melakukan upaya mediasi dan konsiliasi.. (3) Tata cara mediasi dan konsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat