WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

T A Y O G R T A WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 42 Tahun 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PROMOSI PARIWISATA JAWA BARAT

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

ALIKOTA YOGY PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 NOMOR 30 TAHUN 2008

MEMUTUSKAN: BAB II SUSUNAN ORGANISASI Pasal 2

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA O G K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAW A TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PROMOSI PARIWISATA KABUPATEN SIDOARJO

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

b. pelaksanaan koordinasi kebijakan di bidang kepemudaan, keolahragaan, pengembangan destinasi pariwisata, dan pemasaran pariwisata dan ekonomi

TENTANG SINERGITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH YANG BERKELANJUTAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG DESA/KELURAHAN BUDAYA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 47 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata; 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 28 TAHUN 2001 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN MASYARAKAT

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PROMOSI PARIWISATA KABUPATEN BANYUWANGI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI,

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT KANTOR PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan kepariwisataan yang berbasis potensi wilayah baik daya tarik alam, kehidupan sosial masyarakat, seni budaya dan tradisi, kerajinan dan kuliner, maka perlu adanya program dan kegiatan pada Kampung Wisata di wilayah Kota Yogyakarta; b. bahwa program dan kegiatan pada Kampung Wisata sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka perlu dilaksanakan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Kampung Wisata memiliki nilai strategis dan efek ekonomi yang sangat luas; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Kampung Wisata; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 859); 2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesiab Nomor 4966); 3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5339) 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587 ) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; 6. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan Kota Yogyakarta (Lembaran Daearah Kota Yogyakarta Tahun 2010 Nomor 4); 7. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kota Yogyakarta Tahun 20015-2025; Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksudkan dengan: 1. Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu tertentu. 2. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan di dukung berbagai fasilitas serta layanan yang dilaksanakan oleh masyarakat, pengusaha,pemerintah dan Pemerintah Daerah. 3. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan, pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha. 4. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai keunikan, keindahan dan nilai keanekaragaman kekayaan alam budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran dan tujuan kunjungan wisata. 5. Daerah Tujuan Wisata atau Destinasi wisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau suatu wilayah administrative yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,fasilitas wisata serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. 6. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggara pariwisata. 7. Sadar wisata adalah suatu kondisi yang menggambarkan partisipasi dan dukungan segenap komponen masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh kembangnya kepariwisataan di suatu destinasi atau wilayah.

8. Kampung Wisata adalah suatu wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan di bidang sosial dan ekonomi dalam bentuk pengembangan usaha pariwisata yang berbasis pada potensi daya tarik alam dan buatan termasuk banguunan cagar budaya maupun tatanan sosial kehidupan masyarakat setempat, nilai budaya, dan seni tradisi serta kerajinan dan kuliner tradisional dan sarana prasarana akomodasi. 9. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia yang selanjutnya disingkat PHRI adalah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta. 10. Asosiasi Travel Agent yang selanjutnya disingkat ASITA adalah Asosiasi Travel Agent Daerah Istimewa Yogyakarta. 11. Dinas adalah organisasi perangkat daerah yang membidangi Pariwisata. 12. Daerah adalah Kota Yogyakarta. 13. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 14. Walikota adalah Walikota Yogyakarta. 15. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. 16. Kepala Dinas adalah Kepala organisasi perangkat daerah yang membidangi Pariwisata. Pasal 2 Ruang Lingkup yang diatur dalam peraturan walikota ini sebagai berikut: a. pembentukan Kampung Wisata; b. kelembagaan; c. klasifikasi Kampung Wisata; d. forum Komunikasi Kampung Wisata; e. pembinaan. Pasal 3 Prinsip penyelenggaraan Kampung Wisata meliputi : a pembangunan ekonomi, sosial budaya yang berkelanjutan; b. menjaga kelestarian lingkungan; dan c. menjaga keunikan, keaslian, kearifan lokal, dan bersifat spesifik BAB II PEMBENTUKAN KAMPUNG WISATA Pasal 4 Pembentukan Kampung Wisata harus memenuhi persyaratan teknis dan administrasi

Pasal 5 Persayaratan teknis sebagai sebuah Kampung Wisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 meliputi : a. aktifitas masyarakat berbasis masyarakat Comunity Base Tourism (CBT); b. memiliki daya tarik sebagai potensi unggulan; c. ketersediaan tempat sebagai pusat kegiatan masyarakat; d. ketersediaan konsep dan visi misi; Pasal 6 Persyaratan administrasi pembentukan Kampung Wisata meliputi : a. warga Kampung setempat mengajukan surat permohonan untuk menjadi Kampung Wisata dengan diketahui oleh Ketua RT, RW dan tokoh masyarakat; b. menyusun pengurus Kampung Wisata yang disahkan oleh Lurah setempat; c. profil Kampung Wisata; dan d. program kerja pengurus Kampung Wisata. Pasal 7 Tatacara pembentukan Kampung Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut : a. Lurah setempat mengajukan usul penetapan Kampung Wisata kepada Kepala Dinas dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6; b. Kepala Dinas dalam jangka waktu paling lambat 25 (dua puluh lima) hari kerja sejak diterimanya persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf a secara lengkap dan benar wajib memberikan jawaban menerima / menolak usul penetapan Kampung Wisata; c. usul penetapan Kampung Wisata yang telah diterima, dilakukan verifikasi administrasi dan lapangan atas usul penetapan Kampung Wisata; d. apabila Kepala Dinas melakukan penolakan terhadap usulan penetapan Kampung Wisata disertai dengan alasan yang jelas. Pasal 8 Pembentukan Kampung Wisata ditetapkan oleh Kepala Dinas BAB III KELEMBAGAAN Pasal 9 (1) Pengurus Kampung Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d terdiri dari Pembina dan pengurus harian. (2) Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi : a. unsur Kecamatan; b. unsur kelurahan; c. tokoh masyarakat; dan d. tokoh budaya/tokoh lingkungan.

(3) Pengurus harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. ketua; b. sekretaris; c. bendahara; dan d. seksi-seksi yang membidangi urusan tertentu sesuai kebutuhan masingmasing wilayah. (4) Kriteria pengurus harian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagai berikut: a. warga kampung setempat paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus menerus; b. cakap dan memiliki wawasan kepariwisataan; c. memiliki jiwa kepemimpinan dan mampu bekerja sama dalam tim; d. memiliki semangat pengabdian kepada masyarakat; dan e. keberadaannya secara umum dapat diterima oleh masyarakat setempat dan tidak pernah terjerat kasus hukum. Pasal 10 (1) Masa bakti pengurus Kampung Wisata untuk satu periode kepengurusan adalah 5 tahun dan dapat dipilih kembali dalam periode selanjutnya. (2) Kampung Wisata wajib memiliki Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD ART) yang disahkan oleh Lurah setempat. Pasal 11 Pengurus Kampung Wisata memiliki tugas sebagai berikut : a. melakukan pengelolaan potensi dan daya tarik wisata yang bercirikan unik, otentik, spesifik, dan bersifat kearifan lokal menjadi sebuah paket wisata yang menarik dan layak jual; b. menyiapkan Atraksi sesuai rutinitas kehidupan masyarakat; c. menyiapkan masyarakat sebagai pelaku wisata; dan d. menyiapkan fasilitas dan sarana prasarana yang sudah ditetapkan. Pasal 12 Pengurus Kampung Wisata memiliki fungsi sebagai berikut : a. perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan program kegiatan Kampung Wisata; b. melaporkan hasil pelaksanaan program dan kegiatan kepada pemerintah kelurahan dan Dinas. Pasal 13 (1) Kelembagaan Kampung Wisata dapat membentuk badan hukum untuk membantu pelaksanaan kerjasama. (2) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk : a. koperasi; b. perkumpulan lembaga usaha dengan akta notaris.

BAB IV KLASIFIKASI KAMPUNG WISATA Pasal 14 (1) Klasifikasi Kampung Wisata terdiri dari : a. rintisan; b. berkembang; dan c. mandiri. (2) Klasifikasi Kampung Wisata didasarkan pada penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai Akreditasi yang dibentuk oleh Kepala Dinas. (3) Klasifikasi Kampung Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas. (4) Tim Penilai Akreditasi sebagaimana yang dimksud pada ayat (2) berjumlah ganjil dengan unsur-unsur sebagai berikut : a. praktisi Bidang Pariwisata; b. akademisi; c. unsur Dinas; dan d. pers/media. (5) Tim Penilai Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki tugas sebagai berikut : a. melakukan evaluasi penetapan Kampung Wisata sebagai dasar pertimbangan penetapan klasifikasi penilai setiap 3 (tiga) tahun sekali b. melakukan kunjungan lapangan, sarasehan, kajian dalam rangka menilai, mengawasi dan mengevaluasi, serta membina Kampung Wisata. c. menyusun rekomendasi terhadap pemecahan masalah dan pengembangan potensi Kampung Wisata secara berkala 1 (satu) tahun sekali. d. membantu pelaksanaan program dan kegiatan Kampung Wisata yang dilakukan Dinas Pariwisata. (6) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki fungsi : a. memberikan pertibangan dan arahan pengelolaan Kampung wisata; b. menilai setiap usulan pembentukan Kampung Wisata; c. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan Kampung Wisata; dan d. membantu pelaksanaan programdan kegiatan Kampung Wisata yang dilakaukan Dinas Pariwisata. (7) Masa kerja Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selama 3 (tiga) tahun dan dievaluasi paling sedikit 1 (satu) tahun sekali. (8) Evaluasi terhadap masing masing kalsifikasi Kampung Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 3 (tiga) tahun sekali sejak tanggal penetapan. (9) Ketentuan lebih lanjut mengenai parameter penilaian klasifikasi Kampung Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

BAB V FORUM KOMUNIKASI KAMPUNG WISATA Pasal 15 (1) Kampung Wisata membentuk forum komunikasi Kampung Wisata. (2) Forum Komunikasi Kampung Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan sarana dan media tukar informasi,komunikasi dan kerjasama antar pengelola Kampung Wisata dalam upaya pengembangan pengelolaan Kampung Wisata. (3) Pengurus Forum Kampung Wisata terdiri dari unsur: a. pengelola Kampung Wisata; dan b. Dinas. (4) Pengurus Forum Komunikasi Kampung Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipilih dari dan oleh pengurus Kampung Wisata secara musyawarah dan mufakat. (5) Kepengurusan Forum Komunikasi Kampung Wisata sbagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas. (6) Struktur organisasi Forum Komunikasi Kampung Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas : a. ketua; b. sekretaris; c. bendahara; dan d. seksi-seksi sesuai kebutuhan. (7) Masa kerja Forum Komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama 5 (lima ) tahun untuk satu periode kepengurusan dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya. Pasal 16 (1) Forum Komunikasi Kampung Wisata memiliki tugas : a. menampung dan menyampaikan aspirasi serta permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan Kampung Wisata kepada Dinas Pariwisata; b. melaksanakan temu Forum Komunikasi Kampung Wisata paling sedikit 1 (satu) tahun sekali; c. membantu Tim Penilai Akreditasi dan Dinas dalam penyusunan program dan kegiatan Kampung Wisata; d. membantu pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Pariwisata tentang Pembinaan Kampung Wisata. BAB VI PEMBINAAN Pasal 17 (1) Dinas Pariwisata, Kecamatan, dan Kelurahan melakukan pembinaan terhadap Kampung Wisata. (2) Bentuk pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. peningkatan kualitas manajemen pengelolaan; b. peningkatan wawasan dan keterampilan teknis; c. dukungan promosi dan informasi;

d. fasilitasi sarana dan prasarana; e. fasilitasi dan mediasi dengan pihak stakeholder dan SKPD terkait; f. fasilitasi penyelenggaraan event dan kompetisi; g. pengkajian pengembangan; dan h. Koordinasi dan kerjasama terhadap Forum Komunikasi Kampung wisata Pasal 18 (1) Peningkatan kualitas manajemen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a diarahkan untuk meningkatkan kinerja pengurus Kampung Wisata. (2) Pembinaan peningkatan kualitas manajemen dilakukan dengan: a. pelatihan di bidang manajerial; b. pelatihan di bidang pengembangan jaringan; c. pendampingan organisasi; d. studi banding. Pasal 19 (1) Penguatan wawasan dan keterampilan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b diarahkan untuk meningkatankan motivasi, pengetahuan, partisipasi, dan regenerasi warga masyarakat Kampung Wisata untuk menggali potensi wisata yang dimiliki. (2) Pembinaan peningkatan wawasan dan keterampilan teknis dapat dilakukan dengan : a. sosialisasi program; b. lokakarya; c. pelatihan ketrampilan; d. tutorial. Pasal 20 (1) Dukungan promosi dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal17 ayat (2) huruf c diarahkan untuk mempromosikan potensi pariwisata dan menginformasikannya kepada masyarakat luas. (2) Bentuk dukungan promosi dan informasi dapat dilakukan dengan: a. pembuatan materi informasi b. pembuatan dan pemutakhiran basis data; c. pameran dan pergelaran potensi; d. pendokumentasian kegiatan; e. pengembangan kerja sama dengan pemangku kepentingan; f. pemanfaatan teknologi informasi. Pasal 21 (1) Fasilitasi sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 (ayat 2) huruf d diarahkan untuk memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk pengembangan Kampung Wisata. (2) Bentuk fasilitasi sarana dan prasarana dapat berupa: a. pembangunan fasilitas umum; b. penyediaan aksesibilitas dan prasarana lingkungan; c. penanda Kampung Wisata.

Pasal 22 (1) Pembinaan dalam bentuk fasilitasi dan mediasi dengan pihak stakeholder dan SKPD sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 17 ayat (2) huruf e dilakukan untuk mempromosikan dan meningkatkan pengelolaan Kampung Wisata. (2) Fasilitasi dan mediasi dengan pihak stakeholder dan organisasi perangkat daerah terkait dapat berupa: a. Focus Group Discussion (FGD); b. MoU/kerja sama; c. pelatihan ketrampilan teknis; d. membuat jejaring dan paket wisata; e. penguatan usaha pariwisata berbasis masyarakat, Kerajinan, Kuliner, Akomodasi dan Jasa Pemandu. Pasal 23 (1) Pembinaan dalam bentuk fasilitasi penyelenggaraan event dan kompetisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (2) huruf f dilakukan untuk mempromosikan dan mengukur tingkat perkembangan Kampung Wisata. (2) Fasilitasi penyelenggaraan event dan kompetisi dilakukan dalam bentuk pameran dan gelaran potensi yang dimiliki Kampung Wisata. (3) Penyelenggaraan event dan kompetisi dilakukan dalam bentuk: a. gelar potensi wisata; b. gergelaran event Kampung Wisata; c. lomba Kampung Wisata; d. kompetisi jenis potensi pariwisata. Pasal 24 (1) Pembinaan dalam bentuk pengkajian pengembangan Kampung Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf g dilakukan untuk memberikan arahan pengelolaan Kampung Wisata (2) Pengkajian pengembangan Kampung Wisata dapat berupa penelitian dan kajian. (3) Pengkajian pengembangan Kampung Wisata dapat dilakukan bekerjasama dengan pihak akademisi. Pasal 25 (1) Kerjasama terhadap forum komunikasi pariwisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (2) huruf h dilakukan melalui : a. koordinasi; b. rapat/pertemuan; c. sarasehan.

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Yogyakarta Ditetapkan di Yogyakarta Pada Tanggal 16 Desember 2016 Plt.WALIKOTA YOGYAKARTA Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Daerah Istimewa Yogyakarta ttd SULISTIYO diundangkan di Yogyakarta pada tanggal 16 Desember 2016 SEKERTARIS DAERAH KOTA YOGYAKARTA ttd TITIK SULASTRI BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016 NOMOR 116 PARAF HIRARKI Sekretaris Daerah Asisten Pemerintahan dan Pembangunan Kepala Dinas Kepala Bagian Hukum