BAB 1 PENDAHULUAN. berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. bervariasi setiap individu (Kaplan dan Sadock, 2000).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia yaitu sebesar 8%.

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN KATEGORI MODERATE CARE DI RUANG PERAWATAN KELAS VIP KELAS I DAN KELAS II DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien yang dirawat diruang ICU (Intencive Care Unit) dilakukan secara terus menerus dalarn 24 jam. Perawatan diruang ICU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan (Anxiety) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. pelayanannya pada masyarakat umum, pusat-pusat kesehatan sekrang ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien di ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah pasien dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi sangat penting untuk proses keperawatan. Perawat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

3 Faktor Berbahaya Terbesar

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. observasi, perawatan dan terapi pasien gawat karena penyakit, trauma atau

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. mencari pertolongan medis sehingga harus dilakukan pengelolaan nyeri sejak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang berusia di bawah 5 tahun terdapat kematian di. miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Praktik klinik dalam keperawatanadalah kesempatan kepada semua. yang sesungguhnya(emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya rumah sakit pemerintah (daerah maupun pusat) menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan upaya pelayanan kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Fantasi yang terjadi pada anak usia prasekolah dapat menyebabkan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung singkat dan dapat dikendalikan. Kecemasan berfungsi sebagai suatu

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang melukiskan kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan, dan rasa tidak tentram yang biasanya dihubungkan dengan ancaman bahaya baik dari dalam maupun dari luar individu. Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar. Kecemasan juga ditandai dengan gejala otonomik seperti nyari kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi setiap individu (Kaplan dan Sadock, 2000). Kecemasan merupakan gejala yang normal pada manusia dan disebut patologik bila gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan mengganggu ketentraman individu. Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, sehingga perlu dihilangkan dengan berbagai macam penyesuaian (Maramis, 2005). Kecemasan dapat juga terjadi pada seorang perawat dimana tugasnya difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga perawat dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Perawat adalah seseorang yang telah 1

2 mengikuti pendidikan formal keperawatan yang telah disahkan Pemerintah Republik Indonesia untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan yaitu memberikan pelayanan keperawatan secara professional dan sesuai kode etik keperawatan (Ali, 2002). Tugas dan tanggung jawab perawat bukan hal yang ringan untuk dipikul, disatu sisi perawat bertanggungjawab terhadap tugas fisik, administratif, dari instansi tempat ia bekerja, menghadapi kecemasan, keluhan dan mekanisme pertahanan diri pasien yang muncul pada pasien akibat sakitnya, ketegangan, kejenuhan, dalam menghadapi pasien dalam kondisi yang menderita sakit kritis atau keadaan terminal, disisi lain ia dituntut untuk selalu tampil sebagai profil perawat yang baik oleh pasiennya (Danang, P 2009). Tugas dan tanggung jawab perawat ruang ICU cukup berat, baik terhadap klien, keluarga, dan dokter. Karena itu diperlukan kesiapan mental, fisik, pengetahuan dan keterampilan yang tinggi (Diklat Rumah Sakit PHC Surabaya, 2007). Bekerja di ruang ICU membutuhkan kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat (Nur aini, 2004). Hal ini dikarenakan kondisi pasien di ruang ICU kritis, dimana pasien merupakan pasien dengan tingkat ketergantungan total sehingga membutuhkan bantuan pada semua atau hampir semua kebutuhan. Pasien harus selalu diobservasi setiap jam bahkan lebih sering lagi. Keadaan tersebut dapat menyebabkan stress kerja di ruang ICU. Berbagai situasi dan tuntutan kerja yang dialami dapat menjadi sumber potensial terjadinya stress (Golizeck, A. 2005).

3 Di RSK Mojowarno Jombang terdapat dua pelayanan pada pasien, yaitu rawat jalan dan rawat inap. Rawat inap terdiri dari lima kelompok yaitu one day care, paviliun, rawat inap biasa, High Care Unit (HCU), dan Intensif care Unit (ICU). Dalam hal ini peneliti hanya meneliti tingkat kecemasan pada perawat yang melayani pasien di ICU dan paviliun karena beberapa alasan yaitu di ruang ICU dan rawat inap biasa pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien hampir sama yaitu total care untuk pasien ICU dan semi total care untuk pasien paviliun yaitu ruang Anggrek. Perawat ICU berbeda dari perawat bagian lain. Tingkat pekerjaan dan pengetahuan perawat ICU lebih kompleks dibandingkan perawat bagian lain di rumah sakit, karena bertanggung jawab mempertahankan homeostasis pasien untuk berjuang melewati kondisi kritis/terminal yang mendekati kematian (Hudak, 2007). Perawat ICU minimal memiliki sertifikat BTCLS (Basic Training Cardia Life Support). Perawat rawat inap adalah perawat yang bidang tugas dan tanggung jawabnya merawat pasien yang diinapkan di ruang rawat inap di rumah sakit yang memiliki tingkat ketergantungan pada perawat rendah atau minimal care, tetapi di ruang Anggrek RSK Mojowarno Jombang atau ruang paviliun pelayanan yang diberikan adalah semi total care karena pelayanan di ruang Anggrek RSK Mojowarno disesuaikan dengan biaya yang dikeluarkan pasien. Banyaknya permintaan pelayanan perawatan yang diminta pasien di ruang IRNA yaitu ruang Anggrek menyebabkan beban kerja perawat menjadi over load atau

4 berlebih. Hal ini dimungkinkan menjadi penyebab timbulnya kecemasan pada perawat karena seorang perawat harus merawat lebih dari satu pasien dengan pelayanan semi total care. Jika kecemasan tersebut terjadi, dapat menurunkan kinerja perawat sehingga kesembuhan pasien menjadi lebih lama dan pelayanan menjadi tidak memuaskan. Untuk mencegah kecemasan kerja pada perawat ruang ICU bisa dilakukan dengan cara menerapkan manajemen stress yang bisa dilakukan dengan pengaturan diet dan nutrisi, istirahat dan tidur, olah raga dan latihan teratur, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi minuman keras, dan lainnya (A. Aziz Alimul Hidayat, 2007). Selain itu sistem pendukung juga bisa digunakan dengan melibatkan berbagai pihak seperti keluarga, teman dan instansi rumah sakit misal dengan pemberian reward yang sesuai dengan beban kerja, penambahan tenaga perawat sesuai dengan kebutuhan dan penggunaan alat yang canggih. Penelitian tentang perbedaan tingkat kecemasan pada perawat ICU dengan perawat IRNA di Indonesia belum kami temukan secara pasti. Pada proses tugas dan beban kerja di ICU lebih berat dari pada di IRNA. Kemungkinan timbul kecemasan kerja pada perawat ICU RSK Mojowarno Jombang cukup beralasan. Meskipun tidak mengalami kecenderungan peningkatan jumlah pasien tetapi jenis penyakit serta kondisi pasien yang dirawat semakin beragam. Maka penelitian ini diharapkan dapat mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada perawat ICU dengan perawat IRNA.

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah adakah perbedaan tingkat kecemasan antara perawat ICU dengan perawat IRNA di RSK Mojowarno? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan antara perawat ICU dengan perawat IRNA di RSK Mojowarno. 1.3.2 Tujuan Khusus. 1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan perawat ICU. 2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan perawat IRNA. 3. Menganalisa perbedaan antara tingkat kecemasan perawat ICU dengan perawat IRNA. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Sebagai masukan dalam meningkatkan pengetahuan kajian tingkat kecemasan antara perawat ICU dengan perawat IRNA.

6 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman dan menambah wawasan tentang kecemasan dan dampak dari kecemasan perawat. 2. Bagi Rumah Sakit Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya memberikan kesejahteraan bagi karyawan (perawat) ICU mengingat adanya perbedaan beban kerja dengan perawat IRNA.