BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pada saat ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

2 masyarakat sekitarnya akan sangat berbahaya dan menimbulkan masalah kesehatan baru diantaranya tetanus, infeksi, pencemaran udara dan pencemaran air

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2. 1 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 45 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

LAPORAN KEGIATAN PENGKAJIAN BAKU MUTU KUALITAS UDARA AMBIEN LAMPIRAN. PP No.41 TAHUN 1999

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Penegakan Hukum Lingkungan Terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Reklamasi Pantai di Kota Bandar Lampung. Eka Deviani.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAWA TENGAH

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTIMBANGAN PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 Di Kota Jambi

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. dari industri masih banyak pabrik yang kurang memperhatikan mengenai

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

termasuk manusia dan prilakunya

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni Presiden Republik Indonesia,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pada saat ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang dilaksanakan melalui rencana jangka panjang yang bertumpu pada pembangunan di bidang Industri. Pembangunan di bidang industri atau yang lebih populer dengan istilah industrialisasi dilaksanakan agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif. Proses industrialisasi ini sering dilaksanakan di suatu tempat dengan maksud untuk memudahkan pemerintah dalam pengawasan dan pembinaannya. Pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Pendayagunaan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat harus disertai dengan upaya untuk melestarikan kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang guna meningkatkan kesejahteran dan mutu hidup rakyat baik generasi sekarang maupun generasi yang akan dating, yang sering disebut sebagai pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. 1 Aspek pengawasan pemerintah, secara obyektif dapat dilihat bahwa pembangunan di bidang industri mempunyai kelebihan dan kelemahan. Di satu sisi keberadaan industri bila dilihat dari segi positifnya, yaitu memberikan kontribusi dalam peningkatan ekonomi daerah. Pengawasan sangat diperlukan RM. Gatot Soemartono, Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, 1991, hlm.69 1

2 karena sering kali terjadi suatu penyimpangan dalam proses produksi yang dilakukan usaha-usaha industri. Penyimpangan yang sering terjadi adalah adanya pelanggaran yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan, seperti sistem pengolahan limbah industri yang tidak sempurna. Hal ini bahwa usaha tersebut tidak memenuhi standar baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Lingkungan Hidup. Pelanggaran mengenai lingkungan hidup diawali dari proses pendirian perusahaan yang terkadang tidak mengindahkan aturan mengenai tata guna tanah. Perusahaan didirikan di atas tanah yang mempunyai tingkat kemanfaatan yang tinggi, sehingga tanah tidak dapat digunakan lagi sesuai dengan tingkat kemanfaatannya. Seharusnya perusahaan-perusahaan itu didirikan di atas tanah yang memiliki tingkat kemanfaatan rendah, yaitu tanah yang tidak produktif. Setelah perusahaan itu berdiri, dalam menjalankan peroses produksi sering kali terjadi kesalahan-kesalahan yang berakibat pada pencemaran lingkungan. Kesalahan tersebut bisa saja disengaja atau tidak disengaja. Disengaja dalam arti bahwa perusahaan tersebut tidak berusaha untuk menjalankan semua petunjuk atau batasan-batasan operasional. Pengolahan limbah adalah salah satu tahap paska operasi yang sering dijalankan tanpa mengikuti peraturan yang ada, khususnya berkaitan dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Pada dasarnya semua usaha dan kegiatan pembangunan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Perencanaan awal dari suatu kegiatan pembangunan sudah harus memuat perkiraan dampak yang penting terhadap

3 lingkungan hidup baik fisik maupun non fisik termasuk sosial budaya, guna dijadikan pertimbangan layak tidaknya pembangunan tersebut dilaksanakan. 2 Pengaturan lingkungan khususnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 15 yang menyebutkan bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Pasal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi semua kegiatan usaha pembangunan industri agar tidak terjadi kegiatan yang berdampak pada kelestarian lingkungan hidup. Pasal ini juga merupakan batasan dalam usaha pengembangan industri agar setiap usaha pengembangan industry tetap berorientasi pada pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia dilaksanakan secara terpadu dari tingkat atas sampai kepada tingkat bawahnya, dalam arti bahwa harus terlaksananya koordinasi yang baik antara pusat dan daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup. Untuk mewujudkan keterpaduan maka dibentuklah struktur dan fungsi penataan lingkungan yang terdiri dari Menteri Negara Lingkungan Hidup. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA), BAPEDA, dan Biro Bina Lingkungan Hidup, Pusat Studi Lingkungan dan LSM. Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup berfungsi sebagai perumus kebijakan pemerintah dibidang pengelolaan lingkungan hidup, koordinator dalam peningkatan keterpaduan 2 Soejono, Hukum Lingkungan dan Peranannya Dalam Pembangunan, Ctk. Pertama, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm.30

4 penyusunan rencana program dan kegiatan Departemen, Pemerintah Daerah, Masyarakat dan dunia usaha dibidang pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) tidak terdapat di setiap kabupaten, keberadaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setiap daerah. Tetapi Kabupaten Lampung Timur mempunyai Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) ini dikarenakan Kabupaten Lampung Timur terdapat masalah lingkungan yang kompleks. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) yang berada di Kabupaten Lampung Timur dinilai kurang maksimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Ini terlihat dari kurangnya perhatian terhadap Pencemaran limbah yang dilakukan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) yang ada di wilayah Kabupaten Lampung Timur. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) tidak melaksanakan kewenangannya yaitu melakukan teguran atau himbauan untuk memperbaiki sistem pengolahan limbah. Perusahaan Gas Negara (PGN) dikatakan melakukan pencemaran karena perusahaan tersebut pada saat melakukan kegiatan pencucian pipa gas yang akan dipasangkan dari Sumatra menuju Jawa langsung diproses di sekitar bibir pantai dimana pipanisasi tersebut berlangsung. Kegiatan ini dinilai sangat merugikan warga, khususnya yang tinggal dekat bibir pantai dan sering menggunakan air laut untuk mengairi tambak-tambak ikan milik mereka. Selain itu juga kebisingan dari suara yang ditimbulkan oleh mesin operasi

5 perusahaan tersebut juga mengganggu masyarakat sekitarnya yang hanya berjarak beberapa meter saja dari pusat kegiatan Perusahaan Gas Negara(PGN). 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah ( BAPEDALDA ) dalam menyelesaikan kasus pencemaran lingkungan akibat dari pembuangan limbah PT Perusahaan Gas Negara ( PGN ) di Kabupaten Lampung Timur? 2. Apakah hambatan yang dihadapi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) dalam menyelesaikan kasus pencemaran lingkungan akibat dari pembuangan limbah PT Perusahaan Gas Negara ( PGN ) di Kabupaten Lampung Timur? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui: 1. Bagaimanakah peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah ( BAPEDALDA ) dalam menyelesaikan kasus pencemaran lingkungan akibat dari pembuangan limbah PT Perusahaan Gas Negara ( PGN ) di Kabupaten Lampung Timur. Hasil wawancara terhadap Rahman, pengusaha tambak udang dan ikan di sekitar proyek pipanisasi PGN, tanggal 18 Oktober 2007 di lingkungan Tambak Pramuka Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. Hal yang sama juga diungkapkan oleh bapak Mursidi, Petani tambak lainnya, 18 Oktober 2007, di lokasi Tambak Pramuka Labuhan Maringgai,Lampung Timur.

6 2. Apakah hambatan yang dihadapi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) dalam menyelesaikan kasus pencemaran lingkungan akibat dari pembuangan limbah Perusahaan Gas Negara (PGN) di Kabupaten Lampung Timur. D. Tinjauan Pustaka Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia dilakukan secara terpadu dari tingkat atas ketingkat bawahnya, dalam arti bahwa harus terlaksana koordinasi yang baik antara pusat dan daerah dalam pengelolaan ligkungan hidup. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 9 ayat 2 dan 4, bahwa pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing. Keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup, di koordinasi oleh Mentri. Perwujudan dari keterpaduan adalah dibentuk struktur dan fungsi penataan lingkungan yang terdiri dari Mentri Negara Lingkungan Hidup, dalam Undangundang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 12 disebutkan bahwa untuk mawujudkan keterpaduan dan keserasian pelaksanaan kebijakan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan dapat melimpahkan wewenang tertentu mengenai pengelolaan lingkungan hidup kepada perangkat diwilayahnya, mengikut sertakan peran pemerintah daerah untuk membantu pemerintah pusat dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah, oleh karena itu

7 pengelolaan lingkungan hidup di daerah sepenuhnya diserahkan kepada daerah dan semua biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup menjadi tanggung jawab sepenuhnya pemerintah daerah. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 13 berbunyi dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan kepada pemerintah daerah menjadi urusan rumah tangganya. Sebagai konsekwensi sistem disentralisasi, tidak semua urusan pemerintah dapat diserahkan atau dilaksanakan atas bantuan satuan-satuan pemerintah yang lebih rendah dalam bentuk otonomi atau tugas pembantuan. 4 Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, tanpa pembangunan maka akan membawa masyarakat pada kesengsaraan tanpa adanya hasil kemandirian, tetapi pada sisi lain pembangunan juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Di dalam Al Qur an dijelaskan, bahwa keseluruhan yang ada di bumi ini diperuntukkan oleh Allah SWT untuk keperluan seluruh umat manusia, bahkan Allah SWT memerintahkan agar manusia sebagai khalifah di muka bumi dapat memanfaatkannya secara maksimal. (Q.S.2:30 dan Q.S.38:26) Tetapi perintah itu bukan berarti manusia dapat mengelola sumber daya alam atas dasar selera pribadi. Karena perbuatan itu tidak sejalan dengan salah satu tugas khalifah, yaitu sebagai pemakmur bumi dan rahmat bagi seluruh sekalian alam (Q.S.11:61 dan Q.S.21:107). Dan apabila kita merenungkannya 4 Philiphus M. Hadjon ct al, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,Gadjah Mada University, Yogyakarta, 2002, hlm. 79

8 maka kita akan menyadari bahwa pelarangan untuk melakukan berbagai kerusakan di muka bumi adalah semata berpulang untuk kepentingan umat manusia itu sendiri, karena akibat dari kerusakan itu manusia sendiri yang akan merasakannya (Q.S.28:77 dan Q.S.30:41). Untuk negara berkembang, seperti Indonesia, masalah lingkungan banyak timbul karena kurangnya atau tidak meratanya pembangunan. Kesejahteraan masyarakat dipercaya sebagai fondasi dasar dalam menjaga kelestarian lingkungan. Untuk mensinergiskan anatara pembangunan dan kelestarian maka pembangunan haruslah dilakukan dalam koridor berwawasan lingkungan sehingga menjadi berkelanjutan untuk jangka panjang. 5 Masalah lingkungan hidup di daerah berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Daerah yang mempunyai masalah lingkungan yang tinggi adalah daerah pusat industry dan daerah yang mempunyai kawasan hutan yang cukup luas. Mengikuti koridor yang tertera dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003, dapat ditegaskan bahwa organisasi perangkat daerah Kabupaten/Kota yang bersentuhan langsung dengan aspek Pengelolaan Lingkungan yang secara spesifik mengenai pengendalian dampak lingkungan daerah adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kabupaten/Kota. 6 5 Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2003, hlm.7-15 6 Suparto Wijoyo, Hukum Lingkungan Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan didaerah, Airlangga University Press, Surabaya, 2005, hlm. 114

9 Menurut Koesnadi: Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah adalah perangkat daerah yang bertugas membantu Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah dalam melakukan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan di wilayah Kabupaten yang bersangkutan 7 Kondisi dan situasi setiap daerah atau kabupaten tidak sama, oleh karena itu tidak semua Kabupaten terdapat Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, dikarenakan sesuai dengan keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor 98 Tahun 1996 Pasal 2 Tentang pedoman pembentukan, organisasi dan tata kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA), bahwa pembentukan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota menjadi tidak wajib, melainkan sepenuhnya dikembalikan pada kemampuan daerah setempat dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu yaitu kompleksitas masalah lingkungan, besarnya masalah lingkungan, kemampuan keuangan dan kemampuan penyediaan pegawai. Dalam hal ini Kabupaten Lampung Timur sudah memiliki Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) ini dikarenakan Kabupaten Lampung Timur mempunyai masalah lingkungan yang kompleks. Pencemaran limbah Perusahaan Gas Negara merupakan masalah utama di Kabupaten Lampung Timur. Untuk itu diperlukan peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) untuk menjaga keutuhan ekosistem lingkungan. Pengolahan limbah yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku menyebabkan pencemaran lingkungan. 7 Koesnadi Hardjosoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2002, hlm. 434

10 Menurut Niniek Suparni : Lingkungan mempunyai kemampuan mengabsorbsi limbah yang dibuang kedalamnya. Kemampuan ini tidak terbatas. Apabila jumlah dan kualitas limbah yang dibuang kedalam lingkungan yang melampaui batas kemampuannya untuk mengabsorbsi, maka dikatakan lingkungan tersebut tercemar. 8 Menurut Pasal 1 angka 12 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian dari pencemaran adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitasnya turun sampai kepada tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Perusahaan Gas Negara mencemari lingkungan, karena limbah yang dikeluarkan tidak memenuhi standar baku mutu lingkungan. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 butir 11 menyatakan bahwa Baku Mutu Lingkungan Hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energy atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya, dalam satu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Baku Mutu Lingkungan diperlukan untuk menetapkan apakah terjadi kerusakan lingkungan, artinya apabila keadaan lingkungan telah ada di atas ambang batas Baku Mutu Lingkungan, maka lingkungan tersebut telah rusak atau tercemar. 9 Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 14 berbunyi untuk 8 Niniek Suparni, Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hlm. 124 9 Ibid, hlm.217

11 mewujudkan pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan atau kegiatan dilarang melanggar Baku Mutu Lingkungan Hidup. Salah satu instrument pengendalian tersebut ialah adanya dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau lebih dikenal dengan nama AMDAL. Dasar hukum pengaturannya terdapat pada pasal 15 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Dampak Lingkungan Hidup. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) disatu sisi merupakan bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan atau kegiatan, disisi lain merupakan syarat administratif yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui lebih jelas dampak besar dan penting yang mungkin terjadi terhadap lingkungan hidup, baik itu dampak positif maupun dampak negatif, sehingga dapat mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan suatu instrument preventif bagi kerusakan lingkungan. 10 10 Hasanuddin, Amdal, Sebuah Problematika, tedapat dalam Indonesia-p@igc.apc.org, Mon Dec 09 1996-23:37:00 EST

12 Namun pada tahap aplikasinya hingga saat ini, dokumen AMDAL sering dikesampingkan oleh instansi yang bertanggung jawab maupun oleh pemrakarsa kegiatan, khususnya dalam konteks pelibatan masyarakat dan pemberian izin pelaksanaan suatu usaha dan atau kegiatan. 11 Komponen Lingkungan Abiotik Tabel 1.1. Identifikasi Dampak Lingkungan Pra Konstruksi Konstruksi Operasi Pasca Operasi Kualitas air - + + - Kuantitas air - + + - Kualitas udara - + + - Kualitas tanah - + + - Kebisingan - + + - Kemacetan lalu lintas - + + - Biotik Flora darat - + + - Flora air - + + - Fauna darat - + + - Fauna air - + + - Sosial, Ekonomi, Budaya Sosial budaya - - + - Tingkat pendapatan + + + - Keresahan masyarakat + + + - Kesehatan masyarakat Sanitasi lingkungan - + + - Pola penyakit - + + - Sumber : M. Adi Farhan, dkk, Makalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,jurusan teknik lingkungan, fakultas teknik sipil dan perencanaan,universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,2005, hlm.1 Istilah yang dipergunakan dalam PP AMDAL ialah instansi yang bertanggung jawab untuk menyebutkan pemerintah dan pemrakarsa untuk menyebutkan pelaku usaha.

13 Pencemaran limbah perusahaan terjadi karena Perusahaan Gas Negara yang berada di Kabupaten Lampung Timur tidak melakukan pengolahan limbah sesuai dengan aturan. Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 16 disebutkan bahwa setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Penanggung jawab usaha dapat menyerahkan pengelolaan limbah tersebut kepada pihak lain, atas pencemaran limbah yang dilakukan oleh Perusahaan Gas Negara. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum yaitu sebagai berikut: E.1. Obyek Penelitian. Peranan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) terhadap pencemaran limbah Perusahaan Gas Negara (PGN) melalui Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di wilayah Kabupaten Lampung Timur. E.2. Subyek Penelitian. 1. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Kabupaten Lampung Timur. 2. Kepala bidang Sumber Daya Alam, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Kabupaten Lampung Timur.

14 3. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. 4. Masyarakat di sekitar proyek Pipanisasi PGN. 5. Bagian hukum BAPEDALDA. E.3. Sumber Data. Sumber data diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang terdiri dari: 1. Sumber Data Primer, hasil keterangan yang berkaitan dengan masalah penelitian dari subyek penelitian.(field research) 2. Sumber Data Sekunder, berupa Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, bukubuku, dan jurnal.(library research) E.4. Teknik Pengumpulan Data. 1. Wawancara. Dilakukan dengan wawancara langsung, yaitu dengan cara Tanya jawab dengan subyek penelitian. Wawancara yang digunakan adalah dengan wawancara bebas terpimpin dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman agar menimbulkan pertanyaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

15 2. Studi Kepustakaan. Antara lain mengumpulkan, mempelajari serta mengkaji bahanbahan hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah penelitian. E.5. Metode Pendekatan. Metode Pendekatan adalah sudut pandang yang digunakan peneliti dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan. Adapun pendekatan yang digunakan oleh penulis yaitu pedekatan yuridis, yaitu pendekatan dengan menganalisis permasalahan dari sudut pandang ketentuan-ketentuan hukum atau perundang-undangan yang berlaku. E.6. Analisis Data. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh dan dikualifikasikan sesuai dengan permasalahan penelitian, kemudian diuraikan dengan cara menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian disusun secara sistematis sehingga akan diperoleh suatu gambaran yang jelas dan lengkap sehingga dihasilkan suatu kesimpulan yang dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ada.