IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 169 PEKANBARU

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVA SDN 4 PEKANBARU

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 178 PEKANBARU

APPLICATION OF LEARNING INKUIRI LEARNING MODEL TO IMPROVE IPS LEARNING RESULT IN STUDENT CLASS IV SD NEGERI 15 PANGKALAN NYIRIH RUPAT

IMPLEMENTATION PROBLEM SOLVING LEARNING METHOD TO INCREASE STUDY RESULT OF IPS IV CLASS STUDENTS IN SDN 163 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 56 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU

APPLICATION OF DIRECT LEARNING TO IMPROVE RESULTS OF IPS CLASS III SD TANJUNG BUNGO KECAMATAN KAMPAR TIMUR

Zaharah, Otang Kurniaman, Lazim N

Oleh Rina Ermayanti 1, Otang Kurniaman 2, Lazim N 3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SDN 009 TANJUNG PENYEMBAL KOTA DUMAI

APLICATION CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TO IMPROVE THE RESULT OF SCIENCE STUDY OF STUDENTS OF SD NEGERI 001 SEIKIJANG BANDAR SEIKIJANG DISTRICT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV C SD NEGERI I67 PEKANBARU

Kurnia Restu, Lazim N, Zariul Antosa

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 105 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 PEKANBARU

THE APPLICATION OF INQUIRY LEARNING MODEL TO INCREASE THE SCHOOL LEARNING OUT COME OF THE FOURTH GRADE STUDENT AT SDN 67 PEKANBARU

Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas V SD Negeri 111 Pekanbaru

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 177 PEKANBARU

Education Elementary School Teacher Faculty Of Training and Education Sciener University Of Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV B SDN 111 PEKANBARU

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar Kelas V SDN 045 Muara Jalai

Riza Elyana, Eddy Noviana, Zetra Hainul Putra ,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IIC SD NEGERI 8 PEKANBARU

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 94 Pekanbaru

APPLICATION INQUIRY LEARNING MODEL LEARNING TO IMPROVE RESULTS IPA CLASS IV SDN 016 SEKELADI KECAMATAN TANAH PUTIH

IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL INQUIRI TO IMPROVEMENT SOCIAL STUDIES (IPS) STUDENT ACHIEVEMENT OF FOURTH GRADES IV SDN 125 PEKANBARU

Afriyenti, Hendri Marhadi, Lazim N HP:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SD NEGERI 8 PEKANBARU

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE INVESTIGATION GROUP TYPE TO INCREASE LEARNING IIIA STATE ELEMENTARY SCHOOL 017 SEDINGINAN

PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS Vb SD NEGERI 113 PEKANBARU

Hengky Saputra, Gustimal Witri, Otang Kurniaman Otang. Cp.

Mulim, Otang Kurniaman, Hendri Marhadi

IMPLEMENTATION OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MODEL FOR SOCIAL IN FIVE GRADERS AT SDN 4 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 167 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 023 SUNGAI SEGAJAH KECAMATAN KUBU

IMPLEMENTATION QUANTUM TEACHING MODEL TO IMPROVE RESULT OF IPS STUDIES STUDENT CLASS V SD NEGERI 031 TANJUNG SARI KECAMATAN PUJUD ROHIL

Keyword : Cooperative Type Think Pair Share (TPS), Science Learning Outcomes.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 85 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IIIB SD NEGERI 117 PEKANBARU

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VC SD NEGERI 164 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II A SD NEGERI 8 PEKANBARU

IMPLEMENTATION STRATEGY FOR THE MAP CONCEPT IMPROVING STUDENT LEARNING OUTCOMES IPS SD STATE CLASS IV C 163 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE ( TPS ) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SDN 011 BUKIT KAPUR.

Muhamad Midun, Hendri Marhadi, Zariul Antosa

Nora Efmawati Syahrilfuddin, Hendri Marhadi,

Sriani, Hendri Marhadi, Eddy Noviana

Susilawati, Hendri Marhadi, Syahrilfuddin, No.

Susanti Damanik, Eddy Noviana, Zetra Hainul Putra

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II D SD NEGERI 132 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN 036 SINTONG KECAMATAN TANAH PUTIH

THE APPLICATION LEARNING CYCLE MODEL TO INCREASE STUDENTS RESULT ON NATURAL SUBJECT AT FIFTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL 105 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV.B SD NEGERI 62 PEKANBARU

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 74 PEKANBARU

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TO INCREASE SOCIAL SCIENCE LEARNING RESULT OF GRADE V SDN 002 BANTAYAN

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Permata Puti Baydar, Mahmud Alpusari, Zariul Antosa

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 153 PEKANBARU

Jusmawati, Gimin, Gani Haryana Hp:

Keywords: Cooperative Type Think Pair Share (TPS), Achievement Studies.

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI

PENERAPAN PENDEKATAN PAKEM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V A SDN 54 PEKANBARU

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Resti Hayati, Mahmud Alpusari, Lazim N ( )

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA PADA SISWA KELAS V SDN 005 BUKIT TIMAH DUMAI

Prinawati, Syahrifuddin, Otang Kurniaman No.

IMPLEMENTATION INQUIRY LEARNING MODEL TO IMPROVE RESULTS IPA LEARNING CLASS V SD STATE 033 SINTONG KECAMATAN TANAH PUTIH

Fauziah, Hendri Marhadi, Eddy Noviana Fauziah. eddynoviana gmail.com

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 28 PEKANBARU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Eva Renlia, Otang Kurniaman, Hendri Marhadi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR IPS KELAS IV.A SD NEGERI 79 PEKANBARU

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

Primary Teacher Education Faculty of Teacher Training and Education University of Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 117 PEKANBARU

Rosa Yulia, Mahmud Alpusari, Lazim. N No. HP

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

Suriyati, Lazim,N, Eddy Noviana Suriyati

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 148 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA TEKS SISWA KELAS III.B SDN 1 PEKANBARU

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS II SDN 008 SUNGAI JALAU

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

Oleh Asmayeti 1, Damanhuri Daud 2, Otang Kurniaman 3

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING DI SDN 09 AIR PACAH PADANG

Syafrida Ali Kepala Sekolah dan Guru IPS SMP Negeri 29 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELASVB SD NEGERI 56 PEKANBARU

Hermaneli, Erlisnawati, Zulkifli

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 003 PULAU JAMBU CERENTI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI APRIYANTI

Nur Fatimah, Hendri Marhadi, Eddy Noviana eddynoviana gmail.com

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

Transkripsi:

87 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 169 PEKANBARU erlisnawati83@gmail.com, hendri_m29@yahoo.co.id Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau, Pekanbaru ABSTRACT The problem in this research was social studies student achievement in fourth grade (IV) SDN 169 Pekanbaru still low with average value 63.88 (with KKM 75). The purpose of this research was to improve the student achievement of the fourth grade (IV) SDN 169 Pekanbaru with the implementation of Problem Based Learning model. This research was classroom action research with two cycles in first semester 2015. Before implementation Problem Based Learning average 63.88, after implementation of Problem Based Learning, UH I was 71.25 that improve 11.54% from before exam with average 61.62. UH II was 80.38 that improve 25.83%. Teacher s activities with the implementation of Problem Based Learning at first meeting of first cycle was 70% (good category), and second meeting was 80% (good category) that improve 10 point. At second cycle, teacher s activitiesat first meeting was 90% (very good category) that improve 10 point from second meeting of first cycle. Second meeting of second cycle was 95% (very good category) which improve 5 point. Students activities at first meeting of first cycle was 65% (good category), and second meeting 75% (good category) that improve 10 point. At second cycle, student activities at first meeting was 80% (good category) that improve 5 point from second meeting of first cycle. Second meeting of second cycle was 85% (very good category) which improve 5 point. Implementation of Problem Based Learning model can improvedsocial studies student achievement of fourth grade (IV) SDN 169 Pekanbaru. Keywords: problems based learning, sosial studies student s achievement PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan masalah sosial. Melalui pelajaran IPS siswa diarahkan untuk menjadi warga negara yang demokratis, bertanggungjawab, dan menjadi warga dunia yang cinta damai. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan. Mata pelajaran IPS di sekolah dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPS yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan tersebut dapat tercapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasi secara baik (Depdiknas, 2006). Menurut Soemantri dalam Depdiknas (2006), Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan

88 secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila. Tujuan pembelajaran IPS bagi peserta didik itu sendiri yaitu untuk (1) mengenal kosep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunganya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, rasa ingin tahu, inkuiri, dan keterampilan dalam kehidupa sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai sosial dan kemanusian; dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkopitisi dalam masyarakat yang menjemuk, di tingkat nasional dan global (Depdiknas, 2006). Hal ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran IPS yang termaktub dalam kurikulum tahun 2006 ialah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilainilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berpartisipasi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global (Permendiknas No. 22 Tahun 2005). Sesuai dengan tujuan mata pelajaran IPS di atas, menunjukkan betapa pentingnya pelajaran IPS bagi siswa sebagai bekal hidup di masyarakat. Seharusnya pembelajaran di kelas dapat menjembatani keberhasilan pembelajaran IPS tersebut, sehingga konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan dapat dikuasai oleh siswa, apalagi secara umum materi IPS berkaitan dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari siswa. Mata pelajaran IPS di sekolah dasar marupakan program pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memilki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti di SDN169 Pekanbaru, diperoleh informasi hasil belajar IPS siswa kelas IV masih tergolong rendah dengan nilai rata-rata 63,88 dengan jumlah siswa 40 orang. Siswa yang tuntas 16 orang dan yang tidak tuntas 24 orang dengan KKM yang ditetapkan sekolah adalah 75. Rendahnya hasil belajar siswa karena dalam proses pembelajaran siswa masih pasif dan guru lebih aktif. Dalam proses pembelajaran kurang menghubungkan dengan masalah yang ada dilingkungan siswa. Untuk itu, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Menurut Arends dalam Trianto (2007:68) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan masalah secara autentik dengan maksud menyusun pengetahuan mereka sendiri mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa tahapan yakni: tahap 1 orientasi siswa pada masalah, tahap 2 mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap 3 membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, tahap 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, tahap 5 menganalisis dan

89 mengevaluasi proses pemecahan masalah (Ibrahim dan Nur dalam Trianto, 2007). Hasil belajar menurut Gagne & Briggs dalam Nana Sudjana (2009) merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, appersepsi, dan keterampilan. Menurut Nana Sudjana (2009) hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu (Slameto, 2003). Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian dengan judul: Implementasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 169 Pekanbaru. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah implementasi model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 169 Pekanbaru? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 169 melalui implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Manfaat penelitian ini antara lain (a) bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa; (b) bagi guru, penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran kelas IV SDN 169 Pekanbaru; (c) bagi sekolah, diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SDN 169 Pekanbaru; dan (d) bagi peneliti hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian lanjut dalam apek yang berbeda. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SDN 169 Pekanbaru kelas IV semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 169 Pekanbaru yang berjumlah 40 orang yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan dua kali untuk membahas materi dan satu kali pertemuan ulangan harian, dengan tahapan: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data tentang aktivitas guru dan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan data hasil belajar pada mata pelajaran setelah proses pembelajaran. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang berpedoman pada langkah-langkah model pembelajaran, soal tes hasil belajar siswa yang disusun berdasarkan kisi-kisi soal tes. Untuk menganalisis data hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu: Aktivitas Guru dan Siswa. Aktivitas guru dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar dibukukan pada observasi dengan rumus: NR = JS SM X 100% Sumber: (KTSP, 2006) Keterangan:

90 NR = Persentase nilai rata-rata aktivitas (guru/ siswa). JS = Jumlah skor aktivitas yang di lakukan. SM = Skor maksimal yang didapat dari aktivitas (guru/ siswa). Tabel 1. Kategori Aktivitas Guru dan Siswa Persentasi Interval Kategori 81 100 Sangat Baik 61 80 Baik 51 60 Cukup < 50 Kurang Sumber: (Syahrilfuddin2011: 82) Analisis Hasil Belajar Untuk menentukan hasil Keterampilan berpikir siswa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: S = R 100% (Purwanto, 2008) N Keterangan: S = Nilai yang diharapkan/dicari R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes tersebut Peningkatan Hasil Belajar Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dapat menggunakan rumus sebagai berikut: P = Postrate Baserate BaseRate 100 % (Zainal Aqib dalam Purwanto, 2008) Keterangan: P = Presentase peningkatan Postrate = Nilai sesudah diberikan tindakan Baserate = Nilai sebelum tindakan Ketuntasan Klasikal Setelah menentukan ketuntasan individu, maka ditentukan persentase ketuntasan klasikal dengan menggunakan rumus: KK = JT X 100 (KTSP, 2006) JS Keterangan: KK = Ketuntasan klasikal JT = Jumlah siswa yang tuntas JS = Jumlah siswa seluruhnya HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan pertama dilaksanakan pada Selasa, 18 Agustus 2015 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) pada jam 1 dan 2 siswa yang hadir sebanyak 40 orang (semua hadir) dengan indikator menjelaskan materi tentang bencana banjir. Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam, mengabsensi siswa, kemudian melakukan appersepsi dengan mengajukan pertanyaan Coba perhatikan gambar apa ini? Apakah kamu pernah melihatnya? Siswa menjawab banjir Bu. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran terlihat ada siswa yang melakukan aktivitas sendiri dan tidak memperhatikan guru. Kegiatan inti, tahap kedua (±30 menit) guru menjelaskan materi secara garis besar tentang masalah banjir dan dampaknya. Setelah itu guru membagi siswa menjadi 7 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang dan 6 orang untuk memecahkan masalah tentang penyebab banjir serta cara mengatasinya. Disaat pembagian kelompok siswa ribut dikerenakan mereka ingin memilih sendiri anggota kelompoknya. Kemudian guru mengkondisikan kelas agar tidak ribut. Setelah bisa menerima teman kelompok dengan kelompok masing-masing, guru memberikan LKS pada setiap kelompok dan menjelaskan cara kerja pada LKS yaitu siswa diminta mengamati gambar pada

91 tabel kemudian menentukan penyebab dan cara mengatasi masalah banjir. Jawaban siswa ditulis di dalam tabel. Disaat guru menjelaskan petunujuk kerja masih terdengar suara siswa yang ribut. Lalu guru mengulang kembali petunjuk kerja pada LKS, setelah semua siswa mengerti guru menyuruh siswa mengerjakan LKS dan bekerjasama pada kelompoknya. Tahap ketiga (± 25 menit) siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok, guru membimbing diskusi kelompok. Saat mengerjakan LKS masih terdapat siswa yang mengerjakan secara individu dalam kelompok. Kemudian ada dari salah satu kelompok yang mengeluhkan tentang anggota kelompoknya yang tidak mau mencari jawaban atau bekerjasama. Tahap keempat setelah mengerjakan LKS, guru memberi kesempatan pada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan kelompok lain menanggapi. Guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan evaluator. Kegiatan akhir, tahap kelima guru membimbing siswa merefleksi pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Kemudian guru memberikan soal evaluasi sebanyak lima soal dalam bentuk essay. Setelah mengerjakan evaluasi siswa dengan bantuan guru menyimpulkan pembelajaran dengan materi masalah sosial tentang banjir dan dampaknya. Sebagai tindak lanjut, siswa diberi tugas membaca kembali materi hari ini agar lebih memahami materi tersebut serta membaca materi selanjutnya. Pertemuan 2 Pertemuan kedua dilaksanakan pada Kamis, 20 Agustus 2015 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) pada jam 1 dan 2 siswa yang hadir sebanyak 40 orang (semua hadir) dengan indikator mengidentifikasi masalah gempa bumi. Kegiatan awal, tahap pertama guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, meminta ketua kelas untuk menyiapkan kelas dan berdoa. Guru menyampaikan appersepsi dengan menampilkan media gambar Coba perhatikan gambar apa ini? Apa yang menyebabkan terjadinya gempa bumi? Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan materi gempa bumi, kemudian menyampaikan langkah-langkah pembelajaran. Guru menyajikan masalah kepada siswa Bagaimana cara kamu mengetahui penyebab terjadinya gempa bumi dan apa akibat gempa bumi bagi kehidupan manusia? Kegiatan inti, tahap kedua guru menjelaskan materi tentang gempa bumi secara garis besar. Guru membagi siswa dalam 7 kelompok yang masing- masing kelompok terdiri dari 5 dan 6 orang. Disaat membagi anggota kelompok ada dua kelompok yang tidak mau menerima anggota kelompoknya. Di sini guru memberikan pengertian kepada siswa untuk bisa menerima siapa saja yang akan menjadi kelompoknya. Setelah siswa tenang dan duduk berdasarkan kelompok yang sudah ditentukan, kemudian masingmasing kelompok mendapatkan LKS. Setiap kelompok diberi LKS kemudian guru menjelaskan cara kerja pada LKS yaitu siswa diminta mengamati gambar pada tabel kemudian menentukan penyebab dan dampak gempa bumi bagi kehidupan manusia, kemudian jawaban siswa ditulis pada LKS yang telah ada. Ketika guru menjelaskan langkah kerja terlihat masih ada beberapa orang siswa yang mengganggu teman sekolompoknya. Lalu guru mendekati siswa tersebut dan merekapun mulai tenang. Siswa mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk kerja. Tahap ketiga siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya tentang gempa bumi, terlihat dari mengerjakan tugas kelompok masih ada siswa yang bercerita dengan temannya serta menggangu teman lain. Guru membimbing diskusi untuk melakukan penyelidikan terhadap

92 pemecahan masalah, sehingga mereka dapat menyusun dan menemukan jawaban dari permasalahan tersebut. Tahap keempat setelah mengerjakan LKS, guru memberi kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas, kelompok lain menanggapi. Guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan evaluator. Kegiatan akhir, tahap kelima guru memotivasi siswa merefleksi tentang materi yang telah dipelajari, siswa dengan bantuan guru menyimpulkan pembelajaran dengan materi masalah sosial tentang gempa bumi. Setalah itu guru memberi evaluasi yang dikerjakan secara individu sebanyak lima soal dalam bentuk essay. Sebagai tindak lanjut, siswa diberi tugas membaca kembali materi hari ini agar lebih memahami materi tersebut serta membaca materi selanjutnya. Pertemuan 3 UH 1 Pada pertemuan ketiga Jumat, 21 Agustus 2015, guru mengadakan ulangan harian siklus I dengan jumlah siswa yang hadir 40 orang. Sebelum mengadakan ulangan harian siklus I diawali dengan menyiapkan siswa dan berdoa, mengabsensi siswa, guru menginstruksikan pada siswa untuk mengerjakan soal secara individu, kemudian membagikan lembar soal dan lembar jawaban kepada siswa, guru berkeliling untuk mengawasi siswa. Refleksi Refleksi pada siklus I dimaksud untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dialami saat proses pembelajaran pada siklus I, untuk kemudian dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Adapun refleksi pada siklus I kekurangannya adalah pengelolaan kelas, partisipasi siswa harus ditingkatkan karena masih ada siswa yang bermain-main dalam belajar dan pada saat siswa berdiskusi kelompok terdapat beberapa siswa yang tidak mau bekerjasama dengan teman satu kelompoknya dan guru belum bisa memaksimalkan waktu yang ada, dan efisiensi penggunaan waktu. Kekurangan tersebut diperbaiki pada siklus II. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan keempat siklus II, dilaksanakan pada Selasa, 18 Agustus 2015 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 35 menit) pada jam 1 dan 2 siswa hadir sebanyak 40 orang dengan indikator menjelaskan masalah gunung meletus. Kegiatan awal, tahap pertama pada awal proses pembelajaran dibuka dengan mengucapkan salam dan ketua kelas menyiapkan kelas kemudian siswa berdoa. Guru memberikan appersepsi dengan menampilkan media gambar tentang gunung meletus. Kemuadian mengajukan pertanyaan Gambar apa yang ada di papan tulis? Coba perhatikan gambar apa ini? Apa yang menyebabkan terjadinya gunung meletus? Dan apa akibatnya bagi kehidupan manusia? Guru menyampaikan materi hari ini yaitu tentang gunung meletus. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Terlihat banyak siswa yang memperhatikan dengan sungguh-sungguh saat guru menyampaikan materi pelajaran dan tujuan pelajaran. Kegiatan inti tahap kedua guru menjelaskan materi gunung meletus secara garis besar. Guru membagi siswa ke dalam kelompok terdiri 5 dan 6 orang satu kelompok. Siswa sudah mulai terbiasa dalam pembagian kelompok, siswa sudah mulai tertib dalam duduk berkelompok. Setiap kelompok diberi LKS kemudian guru menjelaskan cara kerja pada LKS yaitu siswa diminta mengamati gambar pada tabel kemudian menentukan penyebab dan cara mengatasi masalah gunung meletus. Setelah semua siswa mengerti guru menyuruh siswa mengerjakan LKS dan bekerjasama pada kelompoknya. Tahap

93 ketiga, siswa berdiskusi dikelompok masing-masing dan membuat hasil laporan diskusi kelompok sesuai dengan masalah yang diberikan guru. Siswa terlihat bekerjasama dalam kelompoknya untuk dapat menghasilkan jawaban yang terbaik dari kelompok lain. Saat diskusi kelompok guru membimbing masing-masing kelompok yang mempunyai kesulitan dalam memecahkan masalah. Tahap keempat, guru memberi kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan kelompok lain menanggapi. Pada saat diskusi kelas berlangsung guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan evaluator. Siswa sudah mulai aktif dalam mengemukakan pendapat. Kegiatan akhir tahap kelima, selanjutnya guru memotivasi siswa merefleksi pemahaman tentang materi yang telah dipelajari, siswa dengan bantuan guru menyimpulkan pembelajaran dengan materi masalah gunung meletus. Setelah itu guru memberi evaluasi sebanyak lima soal dalam bentuk essay. Sebagai tindak lanjut, siswa diberi tugas membaca kembali materi hari ini agar lebih memahami materi tersebut serta membaca materi selanjutnya. Pertemuan 2 Pada pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada Kamis, 27 Agustus 2015 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) pada jam 1 dan 2 siswa yang hadir sebanyak 40 orang. Kegiatan awal tahap pertama, guru mengucapkan salam, do a, dan mengabsensi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan materi tentang bencana angin topan. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan Apakah nama angin yang sangat kencang? Kegiatan inti, tahap kedua guru menjelaskan materi secara garis besar tentang angin topan, guru membagi siswa dalam menjadi 7 kelompok setiap kelompok terdiri atas 5 dan 6 orang setiap kelompok dan siswa duduk dalam kelompok yang telah ditentukan. Guru membagikan LKS pada setiap kelompok. Kemudian guru menjelaskan cara kerja pada LKS yaitu siswa diminta mengamati gambar pada tabel kemudian menentukan penyebab dan cara mengatasi masalah angin topan. Jawaban siswa ditulis pada LKS yang tersedia. Tahap ketiga, siswa melakukan diskusi kelompok sesuai materi yang dipelajari. Pada saat diskusi kelompok guru membimbing siswa, guru berjalan-jalan di samping siswa melihat kekompakan dan keaktivan setiap kelompok. Secara umum diskusi pada pertemuan kedua siklus II ini sudah jauh lebih baik dibandingkan pertemuan yang telah lalu. Tahap keempat setelah selesai diskusi kelompok, guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas dan kelompok lain menanggapi. Kegiatan akhir, tahap kelima selanjutnya guru mendorong siswa merefleksi pemahaman melalui diskusi kelas dan menghargai pendapat orang lain, siswa dengan bantuan guru menyimpulkan pembelajaran dengan materi masalah angin topan. Setalah itu guru menugaskan siswa untuk mengerjakan evaluasi, guru memberi petunjuk bahwa mengerjakan evaluasi individu dan tidak boleh melihat jawaban teman sebangkunya dengan soal sebanyak lima soal dalam bentuk objektif. Pertemuan 3 UH II Pada pertemuan keenam, Jumat 28 Agustus 2015, guru mengadakan ulangan harian siklus II dengan jumlah siswa 40 orang yang dilaksanakan satu kali pertemuan. Sama seperti ulangan siklus I, sebelum siswa diberi soal UH diawali dengan menyiapkan siswa dan berdoa.

94 Kemudian guru mengabsen siswa satu per satu. Kemudian guru membagikan lembar soal dan lembar jawaban kepada masingmasing siswa agar mengisi identitas terlebih dahulu sebelum menjawab soal, guru memberikan soal dan lembar jawaban kepada siswa, guru meminta mengerjakan individu dan saat siswa mengerjakan soal ulangan, guru berkeliling untuk mengawasi siswa. Rata-rata siswa cukup tenang saat mengerjakan soal ulangan. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan, Siklus II sudah menunjukkan hasil kearah yang lebih baik dibandingkan siklus sebelumnya. Hal ini dapat dilihat siswa memperhatikan dengan baik saat guru menjelaskan, bekerja sama dengan teman sekelompoknya. Siswa sudah aktif saat guru menampilkan media pembelajaran, dan siswa lebih serius dan saling bekerjasama dan tidak ribut lagi saat mengerjakan LKS. Pembelajaran yang dilakukan berjalan secara efektif dan konddusif, dengan implementasi model pembelajalaran berdasarkan masalah. HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Guru Aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan Siklus I dan II dengan implementasi model Pembelajaran Berdasarkan Masalah di kelas IV SD Negeri 169 Pekanbaru setiap pertemuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Aktivitas Guru Siklus I dan II Siklus I Siklus II Fase Aktivitas yang diamati Pertemuan ke Pertemuan ke 1 2 1 2 1 Orientasi siswa pada masalah 3 3 4 4 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar 3 3 3 4 3 Membimbing pengalaman individual/kelompok 3 4 4 4 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 3 3 3 3 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 2 3 4 4 Jumlah Skor 14 16 18 19 Persentase (%) 70% 80% 90% 95% Kategori Baik Baik Sangat Sangat Baik baik Berdasarkan tabel 2, aktivitas guru pada setiap pertemuan dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan setiap pertemuan. Pada siklus I, pertemuan pertama dengan persentase 70% (kategori baik) meningkat pada pertemuan kedua sebesar 10 poin menjadi 80% (kategori baik). Siklus II pertemuan pertama meningkat sebesar 10 poin menjadi 90% (kategori sangat baik) meningkat lagi pada pertemuan kedua sebesar 5 poin menjadi 95% (kateogri sangat baik). Peningkatan aktivitas guru terjadi karena adanya perbaikan dalam proses pembelajaran setiap pertemuan dari Siklus I ke Siklus II.

95 Aktivitas Siswa Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan Siklus I dan II dengan implementasi model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat di kelas IV SD Negeri 169 Pekanbaru mengalami peningkatan setiap pertemuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Fase Aktivitas yang diamati Pertemuan ke Pertemuan ke 1 2 1 2 1 Orientasi siswa pada masalah 3 3 3 4 2 Siswa dusuk Berkelompok 3 3 3 3 3 Melakukan penyelidikan 2 3 3 3 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 2 3 3 3 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 3 3 4 4 Jumlah Skor 14 15 16 17 Persentase (%) 65% 75% 80% 85% Kategori Baik Baik Baik Sangat baik Berdasarkan tabel 3, aktivitas siswa pada setiap pertemuan dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan setiap pertemuan. Pada siklus I, pertemuan pertama dengan persentase 65% (kategori baik) meningkat pada pertemuan kedua sebesar 10 poin menjadi 75 % (kategori baik). Siklus II pertemuan pertama meningkat sebesar 5 poin menjadi 80% (kategori baik) meningkat lagi pada pertemuan kedua sebesar 5 poin menjadi 85% (kateogri sangat baik). Peningkatan aktivitas siswa terjadi karena adanya perbaikan dalam proses pembelajaran setiap pertemuan dari Siklus I ke Siklus II. Hasil Belajar Hasil belajar siswa kelas IV SDN 169 Pekanbaru dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan dari sebelum tindakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 yang diperoleh dari nilai sebelum tindakan dan sesudah tindakan (UH I dan UH II). Tabel 4. Peningakatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 169 Pekanbaru Persentase Peningkatan Jumlah No Data Rata-rata Siswa 1 Skor Dasar 40 63.88 2 UAS I 40 71.25 3 UAS II 40 80.38 SD ke UAS I SD ke UAS II 11,54% 25,83% Berdasarkan tabel 4, hasil belajar siswa meningkat dari sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Hasil belajar sebelum tindakan dengan nilai rata-rata 63,88. Setelah dilakukan tindakan dengan implementasi model pembelajaran

96 berbasis masalah pada data UH I dan UH II hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah siswa belajar lebih aktif, saling berbagi satu sama lain, dengan guru sebagai fasilitator dan mediator, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran karena mengalami sendiri pembelajaran yang berlangsung. Hal ini berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dari sebelum tindakan dan sesudah tindakan yakni dari skor dasar dengan rata-rata 63,88 meningkat pada UH I sebesar pada 11,54% dengan rata-rata 71,25 dan meningkat lagi pada UH II dari skor dasar sebesar 25,83% dengan rata-rata 80,38. Hasil belajar IPS sebelum ada tindakan dan sesudah diberi tindakan mengalami peningkatan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena model pembelajaran berdasarkan masalah pembelajaran terpusat pada siswa. Siswa mengalami sendiri secara langsung pembelajaran yang diikuti, siswa lebih aktif sehingga dalam memahami materi lebih mudah. Hasil belajar siswa dapat juga terlihat dari ketuntasan hasil belajar yang diperoleh. Tabel 5 Ketuntasan hasil belajar IPS siswa pada tiap pertemuan dari data awal, siklus I dan siklus II. No Data Tabel 5. Ketuntasan Belajar Siswa Ketuntasa Ketuntasan Tuntas Klasikal Tidak Tuntas Keterangan 1 Data awal 16 24 40 % Tidak Tuntas 2 UH I 21 19 52,50 % Tidak Tuntas 3 UH II 33 7 82,50 % Tuntas Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat perbandingan peningkatan ketuntasan klasikal hasil belajar IPS siswa pada data awal hanya 40%. Setelah diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah pada siklus I, ketuntasan hasil belajar siswa secara ketuntasan klasikal 52,50% (belum tuntas) dan pada sisklus II ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dengan ketuntasan klasikal 82,50% (tuntas). Ini artinya lebih 75% siswa mendapat nilai di atas KKM. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dengan Implementasi model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 169 Pekanbaru pada tahun 2015 khususnya pada materi masalah banjir, gempa bumi, gunung meletus, dan angin topan. Hal ini dapat disimpulkan: 1. Implementasi model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa Kelas IV SDN 169 Pekanbaru. Peningkatan terjadi dari nilai rata-rata awal sebesar 63,88 meningkat pada siklus I dengan rata-rata 71,55 (11,54%) dan pada siklus II dengan rata-rata 80,38 (25,83%) 2. Implementasi model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Peningkatan terjadi pada aktivitas guru dari siklus I rata-rata 75% meningkat pada siklus II dengan rata-rata 92,5%. Sedangkan pada aktivitas siswa dari siklus I rata-rata

97 70% meningkat pada siklus II dengan rata-rata 82,5%. Berdasarkan simpulan maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1. Model pembelajaran berdasarkan masalah dapat dijadikan sebagai salah satu model bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar IPS terutama dengan bahasan yang memerlukan kemampuan analisis siswa. 2. Perlu pengelolaan waktu secara efektif dan efisien untuk hasil yang lebih optimal, sebab model ini mengharuskan siswa untuk lebih teliti dan harus banyak menggunakan waktu membaca bahan sehingga waktu yang diperlukan lebih lama Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta. (2005). (Permendiknas No. 22 Tahun 2005). Jakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. (2006). Kurikulum Sekolah Dasar. Jakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan. KTSP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Bahan Starndar Nasional Pendidikan. Nana Sudjana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Roesda Karya Purwanto. (2008). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Roesda Karya Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Suharsimi, Arikunto. 2009. Penelitian tindakan kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta. Syahrilfuddin, dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru. Cendikia Insani