PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL

dokumen-dokumen yang mirip
PEMILIHAN RUTE PERJALANAN

PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTSI

MODEL STOKASTIK UNTUK PEMBEBANAN LALULINTAS BANYAK-RUTE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERBEDAAN PERSEPSI BIAYA PERJALANAN

PERENCANAAN TRANSPORTASI

PENGARUH JUMLAH DAN KESALAHAN DATA ARUS LALU LINTAS TERHADAP AKURASI ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN (MAT) MENGGUNAKAN DATA ARUS LALU LINTAS

ABSTRAK. Kata kunci : Distribusi perjalanan, trip assignment, software Visum versi 15

Simulasi Pemodelan Transportasi pada Jaringan Jalan Menggunakan Aplikasi Saturn

KINERJA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY DALAM BERBAGAI TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN

PENGARUH KINERJA PERSIMPANGAN TERHADAP PROSES PEMILIHAN RUTE PADA JARINGAN JALAN PERKOTAAN. Wiradat Anindito. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam

ESTIMASI MATRIK ASAL TUJUAN DARI DATA LALU LINTAS DENGAN METODE ESTIMASI INFERENSI BAYESIAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK EMME/3

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR

OUTLINES PERKULIAHAN

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA DAN KABUPATEN BERCIRIKAN KEPULAUAN STUDI KASUS DI PROVINSI MALUKU UTARA

PERENCANAAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

PREDIKSI POLA DAN JUMLAH PERGERAKAN BARANG DI PROVINSI LAMPUNG. Tas an Junaedi 1)

BAB II TINJAUAN TEORI

EVALUASI KINERJA LALU LINTAS RUAS JALAN PANDAAN-GEMPOL SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA JALAN TOL

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting karena

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN DAMPAK SKENARIO PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA BANDUNG

disatukan dalam urutan tahapan sebagai berikut :

EFFECT OF INCORPORATING INTERSECTION DELAYS ON ROUTE ASSIGNMENTS IN AN URBAN ROAD NETWORK

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Jalan Ahmad Yani, frontage road, Jalan layang tol,kinerja, travel time.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel

I. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

SIMULASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN RAYA JEMURSARI DAN JALAN MARGOREJO INDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. suatu pola rute yang stabil setelah beberapa kali mencoba-coba.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KONSEP PEMODELAN TRANSPORTASI PADA ANGKUTAN BARANG

STUDI PEMBEBANAN SISTEM JARINGAN JALAN TRANSPORTASI BARANG JALAN RAYA BERDASARKAN DISTRIBUSI PERGERAKAN BARANG KOMODITAS INTERNAL REGIONAL

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA

KAJIAN POLA PERGERAKAN DI PROPINSI LAMPUNG

PENGARUH TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN PADA PROSES PEMBEBANAN LALULINTAS DAN KINERJA JARINGAN JALAN DI KOTAMADYA/KABUPATEN BANDUNG 1

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS PADA KAWASAN JALAN RAYA NGINDEN DAN JALAN NGAGEL JAYA SELATAN

METODOLOGI PENELITIAN. Suatu analisis dalam penelitian membutuhkan suatu tahapan perencanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL PEMILIHAN RUTE DAN PEMBEBANAN PERJALANAN DENGAN SISTEM FUZZY

ESTIMASI MATRIK INFORMASI LALU LINTAS MODEL GRAVITY ASAL TUJUAN ANGKUTAN PRIBADI-UMUM

ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN PERJALANAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY DENGAN FUNGSI HAMBATAN TANNER DI KOTA SURAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem transportasi dapat diartikan sebagai bentuk keterkaitan dan keterikatan

KENAPA TRANSPORTASI PERLU DIRENCANAKAN?

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Bangkitan Perjalanan Pada Perumahan Baturaja Permai Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

STUDI PERMODELAN BANGKITAN PERJALANAN DI PERKOTAAN

Juang Akbardin. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudi No.207 Bandung

PEMANFAATAN DATA ARUS LALU LINTAS UNTUK MEMBENTUK MATRIKS ASAL TUJUAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN TRANSPORTASI DI PROPINSI LAMPUNG

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MENGURANGI KEMACETAN DI JALAN JEMURSARI DAN RAYA KENDANGSARI

PENGEMBANGAN MODEL PERILAKU HUBUNGAN ANTARA SISTEM TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI DI WILAYAH PERKOTAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SYSTEM DYNAMIC

UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO

Penentuan Daerah Studi dan Parameter Kinerja. Tahap I Persiapan. Identifikasi Kinerja Eksisting

ANALISA GELOMBANG KEJUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI JALAN SARAPUNG MANADO

KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN SEBAGAI DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG

PENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP PENYEDIAAN JARINGAN JALAN DI KOTA KEPANJEN

PEMBUATAN PROGRAM BANTU KOMPUTER UNTUK PERHITUNGAN TRAFFIC ASSIGNMENT DENGAN RUMUS COST FUNCTION DAVIDSON (MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.

KAJIAN PERGERAKAN BANGKITAN PERUMAHAN TERHADAP LALU LINTAS. Juanita 1*

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

STUDI TINGKAT PELAYANAN JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN MALANG TOWN SQUARE PADA RUAS JALAN VETERAN


III. METODE PENELITIAN. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wilayah Kabupaten

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Survei Kendaraan. Tabel 5. 1 Jumlah untuk jenis kendaraan LV

II. LANDASAN TEORI. A. Gambaran Prasarana dan Sarana Transportasi Provinsi Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN AWAL KEBUTUHAN JEMBATAN PENGHUBUNG ANTARA BAGIAN HULU DAN HILIR KOTA PALEMBANG

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA

PENGARUH JALAN TOL SOLO-KERTOSONO DAN SOLO- SEMARANG TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara detil metodologi analisis dampak lalulintas Kegiatan Pembangunan

ANALISIS PEMBEBANAN JARINGAN JALAN (TRIP ASSIGNMENT) PADA KORIDOR MALANG-SURABAYA

Bab IV Analisis Kasus Perencanaan Transportasi untuk Penanganan Kemacetan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO ABSTRAK

ANALISA BIAYA KEMACETAN DI BANDAR LAMPUNG

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB 2 TINJAUAN TEORI

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

2/6/2017. Pertemuan Kedua JARINGAN SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL. Prodi S1 Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL J. Dwijoko Ansusanto Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta E-mail: dwiyoko@mail.uajy.ac.id ABSTRAK Dalam Pemodelan Transportasi konvensional dikenal empat tahapan yang harus dilakukan untuk membentuk sebuah model. Tahap pemodelan terdiri dari tahap bangkitan perjalanan, sebaran, pemilihan moda dan pemilihan rute atau pembebanan. Tahap terakhir dari pemodelan transportasi adalah tahap pembebanan perjalanan. Beberapa metode dikembangkan dalam tahapan ini antara lain: All or Nothing Assignment, Incremental Assignment, User Equilibrium Assignment, Dynamic Traffic Assignment, Stochastic Traffic Assignment. Tulisan ini akan membahas lebih lanjut mengenai perbandingan dari metode Incremental dan User Equilibrium karena dianggap dua metode ini dapat menjelaskan kondisi yang hampir mirip dengan realitas di lapangan. Incremental Assigment adalah pembebanan lalulintas yang bertambah secara bertahap. Sedangkan User Equilibrium adalah pembebanan keseimbangan dari sistem jaringan atau network transportasi. Perbandingan antara metode Incremental dan User Equilibrium diuraikan secara teoritis dan direncanakan untuk diteruskan dengan penelitian menggunakan data asal tujuan pengguna jalan yang ada pada wilayah di DIY. Kata kunci: Incremental Assigment, User Equilibrium 1. PENDAHULUAN Pada analisis untuk pemodelan transportasi menggunakan metode empat tahap, tahap pembebanan perjalanan (pemilihan rute) merupakan tahap yang menjelaskan kontribusi perjalanan pada ruas jalan atau rute tertentu. Pada tahapan ini jumlah pemerjalan didistribusikan kepada setiap rute pada jaringan yang ada. Prinsip shortest path juga menjadi pertimbangan oleh pengguna dalam memilih rute. Beberapa metode dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan dan maksud atau keperluannya. Pada tahap-tahap pemodelan empat tahap masing-masing tahap memerlukan analisis tersendiri yang merupakan suatu upaya yang cukup berat, sehingga seringkali pekerjaan pemodelan secara utuh membutuhkan sumber daya yang cukup dan waktu yang juga tidak singkat. Tahap pemilihan rute menggambarkan besarnya volume perjalanan yang menggunakan suatu rute dibanding dengan rute yang lain. Hasil akhir yang akan didapat dapat ditampilkan berupa rasio volume-kapasitas, ataupun berupa pita garis keinginan (desire line). Akhirnya pembebanan perjalanan dapat dipergunakan sebagai dasar dan masukan untuk melakukan prioritas pengembangan ruas jalan pada suatu jaringan tertentu. Beberapa metode pembebanan perjalanan dikembangkan dan masing-masing mempunyai tingkat akurasi dan kerumitan tersendiri. 2. FOUR STEP MODEL Pada pemodelan transportasi konvensional dikenal pemodelan empat tahap (four step model). Tahapannya adalah: Bangkitan Perjalanan (Generation), Sebaran Perjalanan (Distribution), Pemilihan moda (Modal Split), Pemilihan Rute atau Pembebanan lalulintas (Assignment). Urutan tahap pemodelan diawali dengan bangkitan dan diakhiri dengan pembebanan, namun untuk tahap sebaran dan pemilihan moda terdapat beberapa variasi letak pentahapannya, seperti dapat dilihat pada ilustrasi gambar 1 berikut ini. Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta I 33

J. Dwijoko Ansusanto Bangkitan Perjalanan Gambar 1. Variasi Tahapan Pemodelan Empat Tahap (Black 1981, dalam Tamin 2000) Bangkitan Perjalanan merupakan tahap awal adalah untuk mendapatkan besaran input yang akan dipergunakan sebagai masukan volume perjalanan dari titik ke titik yang lain. Beberapa jenis bangkitan dapat digolongkan ke dalam klasifikasi menurut ; waktu perjalanan, tujuan perjalanan serta pelaku perjalanannya. Analisis pemodelan untuk tahap ini dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah dengan analisis menggunakan regresi, dan juga dapat dilakukan dengan cara tabulasi silang menurut klasifikasi atau kategori. Pemilihan Moda Gambar 2. Proses Bangkitan Perjalanan (Tamin 2000) Tahap pemilihan moda dapat dianalisis dengan beberapa alternatif posisi pentahapannya (lihat gambar 1). (1)Bersamaan dengan tahap bangkitan, (2) setelah bangkitan, (3) bersamaan dengan sebaran (distribution), (4) setelah sebaran. Gambar 3. Pemilihan Moda Kendaraan Bermotor dan Tidak Bermotor (Anonim, 2008) I - 34 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Perbandingan Beberapa Metode Trip Assigment (Pembebanan Perjalanan) dalam Pemodelan Transportasi Four Step Model Formula yang dipakai untuk menganalisis pemilihan moda ditunjukkan pada persamaan di bawah ini. Sebagai contoh adalah dua moda (moda 1 dan moda 2, misalnya kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor) yang dapat dipertimbangkan oleh pengguna sebagai alternative memenuhi kebutuhan perjalanannya. Penjumlahan P 1 dan P 2 adalah 100%, sedangkan u adalah utility atau nilai yang merupakan persepsi individu terhadap kualitas layanan dari setiap moda....(1)... (2) Banyak kalangan berpendapat bahwa tahap ini merupakan tahap tersulit dalam pemodelan. Meskipun demikian untuk analisisnya dapat dilakukan bertahap dengan menggunakan formula yang sama seperti telah diuraikan di atas. Pemilihan moda berjenjang atau bersarang (nested) seperti pada gambar pohon pemilihan moda, menggambarkan pemilahan pengguna ke dalam moda alternatif yang dipilih sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna. Gambar 4. Kurva Pemilihan antara dua moda Kurva di atas adalah menggambarkan besarnya proporsi pemilihan antara dua moda, misalnya seseorang dihadapkan pada pilihan antara naik angkutan umum atau sepeda motor. Padahal jumlah moda yang melayani kebutuhan masyarakat sangat beragam, sehingga proses pemilihan menjadi begitu kompleks seperti dapat digambarkan pada pohon pemilihan moda di bawah ini. Sebaran Pergerakan (Trip Distribution) Gambar 5. Pohon pemilihan moda Sebaran pergerakan memperlihatkan pola pergerakan dari suatu titik asal menuju ke titik tujuan, yang seringkali digambarkan dalam Matriks Asal Tujuan (MAT). Tiap sel dari matriks (lihat gambar di bawah) berisi jumlah atau volume pergerakan dari titik asal (O=origin) ke titik tujuan (D=destination). Sebagai gambaran kondisi di sebuah simpang dan gambar MAT dapat dilihat pada gambar ini. Persimpangan merupakan titik simpul sehingga dapat dipakai sebagai node dari asal atau tujuan pergerakan. Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 35

J. Dwijoko Ansusanto Gambar 6. Sebaran Pergerakan (Tamin, 2000) Jumlah total pergerakan untuk seluruh zona = T adalah sama dengan penjumlahan pergerakan yang berasal dari zona asal (O) menuju semua zona tujuan. Beberapa metode untuk mendapatkan MAT ini dikembangkan terus menerus dan sampai saat ini telah didapat beberapa metode untuk dipergunakan dalam analisis pemodelan. Gambar 7. Berbagai Metode MAT yang dikembangkan (Tamin, 2000) Keterkaitan antara tahap sebaran dengan tahap pemilihan moda dapat digambarkan dalam gambar berikut ini. Dalam gambar tampak bahwa tabel MAT (OD) yang diperoleh dari tahap sebaran pergerakan dipecah menjadi tabel MAT untuk setiap mode. Dari gambar-1 mengenai variasi tahap pemodelan proses sebaran dan pemilihan moda dapat saling tukar urutan. Bisa dilakukan model pemilihan moda baru sebaran, atau sebaliknya model sebaran terlebih dahulu kemudian baru diikuti dengan pemilihan moda. I - 36 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Perbandingan Beberapa Metode Trip Assigment (Pembebanan Perjalanan) dalam Pemodelan Transportasi Four Step Model Gambar 8. Sebaran Pergerakan untuk setiap moda (Anonim, 2008) 3. PEMBEBANAN PERJALANAN (TRIP ASSIGNMENT) Sering tahap ini disebut sebagai tahap pemilihan rute (route choice), dimana volume pengguna disebarkan melalui rute-rute yang mungkin dipilih. Pada tahap ini beberapa faktor menjadi pertimbangan yang menentukan pengguna untuk memilih rute sesuai dengan yang diinginkannya. Faktor tersebut dapat berupa kondisi operasi dan pelayanan, yang berupa kualitas, kehandalan, dan keteraturan, selain itu juga dipertimbangkan waktu tempuh, jarak, biaya (bahan bakar dll.), kemacetan, dan antrian, jenis manuver yang dibutuhkan, jenis jalan raya (jalan tol, arteri), pemandangan, kelengkapan rambu dan marka jalan, serta kebiasaan pengguna (Tamin, 2000). Pengguna akan mencoba dan menilai rute yang paling sesuai dengan kebutuhan masing-masing dengan tujuan memininimumkan biaya perjalanan, termasuk di dalamnya adalah waktu perjalanan. Hasilnya adalah rute yang terbaik bagi pengguna tertentu, yang kemungkinan dipilih setelah mencoba dan membandingkan beberapa alternatif rute untuk tujuan yang sama. Setiap pengguna akan melakukan hal yang sama, sehingga ada kemungkinan rute tertentu akan mengalami penurunan kinerjanya, dan pengguna akan mencoba untuk beralih ke rute yang lain yang masih menunjukkan kinerja yang lebih baik. Hal tersebut terjadi terus menerus sehingga tercipta keseimbangan pembebanan rute pada jaringan. Beberapa metode pembebanan perjalanan : All or Nothing Assignment Incremental Assignment User Equilibrium Assignment Dynamic traffic assignment Stochastic traffic assignment Pada metode all-or-nothing semua pengguna akan memilih rute terpendek guna meminimumkan hambatan transportasi yang berupa jarak, waktu dan biaya tidak ada yang memilih rute lain. Analisis didasari bahwa semua pengguna dengan tujuan yang sama akan memilih rute terbaik yang sama pula, karena persepsi antar pengguna sama. Karena alasan itu maka setiap pengguna akan memilih rute yang sama. Dalam hal kemacetan tidak menjadi pertimbangan maka metode ini hampir sama dengan metode stokastik. Dengan demikian maka rute yang sama akan selalu dipilih oleh pengguna, tanpa mempedulikan kondisi rute tersebut. Pada metode stokastik, hal yang mendasari adalah bahwa persepsi yang tidak sama dari setiap pengguna mengenai biaya perjalanan. Sehingga dengan adanya persepsi yang berbeda-beda akan sulit untuk disatukan dalam model pembebanan yang sederhana. Sedangkan efek dari batasan-kapasitas timbulnya karena kondisi arus lalulintas yang berpengaruh pada biaya yang merupakan fungsi dari waktu. Misalnya kondisi macet maka waktu tempuh akan menjadi lebih lama, akibatnya biaya tinggi. Untuk menghasilkan model yang reliable maka kedua pengaruh ini, yaitu stokastik dan batasan-kapasitas harus dimasukkan. Stokastik berpengaruh pada volume lalulintas rendah, pengguna bebas memilih rute. Sedangkan pengaruh batasan-kapasitas terjadi pada volume tinggi. Persepsi terhadap waktu dan biaya perjalanan sangat beragam, untuk itu pendekatan terhadap penggunaan biaya dapat didekati menggunakan formula berikut ini. Biaya Perjalanan = (A waktu) + (B jarak) + C A = nilai waktu (Rp/jam) B = biaya operasi kendaraan (Rp/km) C = biaya tambahan lain (harga karcis tol) Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 37

J. Dwijoko Ansusanto Input data untuk menganalisis pembebanan perjalanan adalah : matriks asal tujuan (MAT atau data OD), jaringan (jalan maupun transportasi umum), fungsi link performance, data jalan toll. Output yang diperoleh dari hasil pemodelan berupa volume rute yang ditampilkan dalam rasio volume/kapasitas (v/c ratio), kecepatan perjalanan pada setiap rute jalan. Prinsip dasar dari Wardlop untuk pembebanan perjalanan adalah : (1) Waktu perjalanan pada semua rute yang biasa dipergunakan adalah sama atau kurang dari waktu pada rute yang tidak biasa digunakan. Dengan kata lain semua pemerjalan dari suatu titik ke titik yang lain akan menggunakan waktu yang sama walaupun menempuh rute yang berlainan. Hal ini adalah prinsip yang mendasari metode user equilibrium assignment (2) Pada kondisi seimbang tercapai, waktu perjalanan rata-rata adalah minimum. 4. PERBANDINGAN METODE INCREMENTAL DAN USER EQUILIBRIUM Metode User Equilibrium Dalam setiap kondisi waktu tempuh selalu akan menjadi lebih lama dengan bertambahnya volume lalulintas pada suatu rute tertentu. Pada User Equilibrium, waktu tempuh pada rute 1 dan rute 2 akan berpotongan pada suatu titik potong tertentu dimana waktu tempuh untuk kedua rute tersebut sama besarnya. Pengguna merasa sama saja dalam memilih rute antara rute 1 dan rute 2 sehingga waktu tempuh yang dipergunakan untuk berpindah dari satu titik ke titik yang lain dianggap sama. Gambar di bawah ini menggambarkan keseimbangan pengguna (user equilibrium), dimana prinsip pertama dari Wardlop berlaku. Keseimbangan terjadi pada rute 1 dan 2 dengan waktu tempuh yang sama. Kemacetan tidak menjadi pertimbangan dalam pemilihan rute 1 atau 2. Gambar 9. Grafik Volume dan Waktu Tempuh Pada metode User Equilibrium Contoh pembebanan user equilibrium untuk empat alternative rute antara titik A ke titik B berikut ini menggambarkan bagaimana keseimbangan pembebanan dengan menghasilkan waktu tempuh sama. Persamaan waktu tempuh yang merupakan fungsi dari volume perjalanan masing-masing rute. Gambar 10. Contoh pembebanan rute Tabel 1. Perhitungan Waktu Tempuh Rute Q (vol) Persamaan T (wkt) 1 300 5 + 0,100.Q 35 2 600 23 + 0,020.Q 35 3 800 27 + 0,010.Q 35 4 350 29,75 + 0,015.Q 35 I - 38 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Perbandingan Beberapa Metode Trip Assigment (Pembebanan Perjalanan) dalam Pemodelan Transportasi Four Step Model Metode Incremental Pada metode Incremental pembebanan dilakukan dengan cara bertahap. Hal ini disebabkan pengguna sudah mempertimbangkan efek kemacetan yang dirasakan terhadap rute yang dipilih. Sebagai ilustrasi gambar di bawah ini mencerminkan bagaimana proses pembebanan bertahap tersebut terjadi. Pada volume lalulintas rute 2 yang relatif kecil maka pengguna akan memilih rute 2 ini sehingga pembebanan pada kondisi Pb.1. Dengan meningkatnya volume maka sebagian pengguna akan mempertimbangkan untuk beralih memilih rute 1 yang mempunyai volume lebih kecil dari rute 2, sehingga rute 1 mendapat pembebanan Pb.2. Kemudian volume akan meningkat lagi, maka rute 1 volume perjalanannya menjadi lebih tinggi dibanding rute 2, maka sebagian pengguna akan beralih lagi menggunakan rute 2 dengan pembebanan Pb.3. Begitu seterusnya sampai dicapai kondisi volume Q 1 dan Q 2 dimana waktu tempuhnya tidak sama (T 1 T 2 ). 5. KESIMPULAN Gambar 11. Grafik Volume dan Waktu Tempuh Metode Incremental Secara teoritis metode pembebanan lalulintas atau perjalanan menggunakan metode incremental dirasa memberikan hasil yang lebih realistis dibanding dengan metode user equilibrium karena pengguna setiap saat akan mempertimbangkan rute yang dipilih sehingga pembebanan akan selalu memilih rute perjalanan dengan waktu tempuh paling singkat. Pengguna sudah mempertimbangkan efek pelayanan dari rute yang dirasakan misalnya kemacetan atau tundaan. Meskipun demikian pendapat ini baru akan dibuktikan melalui penelitian lebih lanjut yang akan dilaksanakan menggunakan data asal tujuan perjalanan pada suatu wilayah tertentu. 6. SARAN Untuk membuktikan bahwa metode incremental lebih mendekati kenyataan yang ada di lapangan maka perlu dilakukan penelitian dan dilakukan validasi dengan MAT hasil survai. DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2008) Transportation Planning Training Course. JICA Study Team, Gadjah Mada University Center for Transportation and Logistics Studies Tamin, OZ. (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Edisi kedua, Penerbit ITB, Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung. Purwanti, O., Tamin, OZ., Sjafruddin, A. (2000). Estimasi Model Kombinasi Sebaran Pergerakan Dan Pemilihan Moda Berdasarkan Informasi Data Arus Lalu Lintas. Simposium FSTPT III, Yogyakarta. Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 39

J. Dwijoko Ansusanto KoNTekS 3, UPH UAJY Jakarta, 6 7 Mei 2009 I - 40 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta