BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke,

1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014

BAB VII PENUTUP. primer di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2016 mengacu kepada Permenkes

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. program Jamsostek disamping program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN KAPITASI BERBASIS PEMENUHAN KOMITMEN PELAYANAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II HASIL SURVEY. untuk memberikan nama Dr. R. Sososdoro Djatikoesoemo tahun 1990.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

DUKUNGAN REGULASI DALAM PENGUATAN PPK PRIMER SEBAGAI GATE KEEPER. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

RUJUKAN. Ditetapkan Oleh Ka.Puskesmas SOP. Sambungmacan II. Kab. Sragen. Puskesmas. dr.udayanti Proborini,M.Kes NIP

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional dewasa ini sasaran utama ialah lebih

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

Gate Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

panduan praktis Pelayanan Ambulan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

2016 GAMBARAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TALAGA BODAS PADA ERA JKN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

PERATURAN BERSAMA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

Transkripsi:

1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Pada pasal 30 ayat (1) menyatakan fasilitas pelayanan kesehatan menurut jenis pelayanannya terdiri dari pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat, ayat (2) fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat dua, dan tingkat tiga. Upaya-upaya kesehatan dalam hal ini upaya kesehatan perseorangan diselenggarakan melalui upaya-upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, pemulihan yang ditujukan pada perseorangan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, berkesinambungan dan didukung sistem rujukan yang berfungsi secara mantap. (1) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) demi tercapainya jaminan kesehatan semesta. Aspek pelayanan kesehatan merupakan aspek yang perlu diperhatikan dimana pelayanan kesehatan merupakan kunci keberhasilan kedua dalam penyelenggaraan JKN selain aspek regulasi, kepesertaan, manfaat, keuangan dan kelembagaan. (2) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan era JKN meliputi semua fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan (BPJS) berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Keseh atan

2 Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL), dimana FKTP berupa puskesmas atau yang setara, dokter, praktek dokter gigi, klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D pratama atau yang setara yang harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara komprehensif. Puskesmas merupakan salah satu PPK I yang bertindak sebagai gatekeeper yang bertugas sebagai penapis rujukan sesuai dengan standar pelayanan medik. Apabila puskesmas tidak mampu memberikan pelayanan spesialistik yang harus diperoleh pasien berdasarkan indikasi medis pasien maka puskesmas dapat melakukan rujukan ke PPK lanjutan. Pasien tidak boleh secara langsung meminta pelayanan kesehatan ke fasilitas kesehatan lanjutan tanpa melalui puskesmas dengan disertai rujukan kecuali dalam keadaan gawat darurat. Jumlah angka rujukan seharusnya terus diminimalisir oleh PPK I sebagai bukti bahwa pasien dapat ditangani oleh PPK I dan PPK I dapat melakukan pelayanan yang efektif tanpa harus banyak melakukan rujukan ke PPK lanjutan. (3) Poli umum di puskesmas merupakan tempat untuk melayani pemeriksaan umum yang diberikan oleh dokter meliputi observasi,diagnosa,pengobatan dan rehabilitasi medik tanpa tinggal diruangan inap pada sarana kesehatan puskesmas. (4) Di era JKN PPK I dapat menangani 155 diagnosa penyakit sesuai dengan kompetensi dokter umum yang ada di PPK I tanpa perlu merujuk ke rumah sakit, diagnosa penyakit yang harus tuntas dilayani di fasilitas kesehatan primer sesuai dengan peraturan menteri kesehatan no.5 tahun 2014 tentang panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. (5) Departemen Kesehatan (Depkes 2007) telah menetapkan bahwa rasio rujukan dari PPK tingkat I ke PPK tingkat II tidak lebih dari 12 %. Jumlah kunjungan pasien peserta BPJS kesehatan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama sampai dengan 30 juni

3 2014 adalah sebanyak 26.877.974 kunjungan yang terdiri diantaranya 18.929.689 kunjungan ke puskesmas. Dari total kunjungan tersebut terdapat jumlah rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut sebanyak 3.227.499 rujukan. (6) Adapun per Februari 2015 jumlah FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan adalah 18.856 FKTP dengan rincian : dokter praktek perorangan sebanyak 4.143, klinik polri sebanyak 569, klinik pratama sebanyak 2.569, klinik TNI sebanyak 751, dokter gigi praktek perorangan sebanyak 1.011, puskesmas sebanyak 9.805 serta rumah sakit D pratama sebanyak 8. (7) Tingginya kasus rujukan ke pelayanan rujukan sekunder dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi diantaranya kebijakan, kompetensi tenaga kesehatan, sarana prasarana yang belum mendukung dan masyarakat yang belum tahu teknis mendapatkan pelayanan sesuai dengan aturan BPJS Kesehatan. Masyarakat yang akan berobat kerumah sakit umum dengan kartu BPJS harus mendapat rujukan dari dokter/klinik/puskesmas atau rumah sakit umum daerah atas indikasi medis, namun kenyataannya terdapat pasien peserta BPJS yang bersikeras meminta rujukan rawat jalan tingkat I tanpa indikasi medis yang mengharuskan pasien tersebut untuk mendapatkan tujukan. (8) Sumber daya manusia di puskesmas memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan rujukan baik dari segi jumlah, kemampuan dan kompetensi yang menunjang penegakan diagnosa penyakit pasien. Tenaga kesehatan medis yang tersedia di puskesmas akan turut menentukan kemampuan pelayanan yang dapat diberikan oleh puskesmas karena tenaga kesehatan merupakan kunci pelayanan. Jumlah tenaga kesehatan medis yang sesuai dan berkompeten memungkinkan puskesmas memiliki kemampuan penanganan pelayanan yang prima. (9) Ketersediaan fasilitas alat kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan merupakan hal yang sangat penting guna pencapai penegakan diagnosa dan pemberian

4 tindakan yang tepat. Jika fasilitas dan sarana penunjang kesehatan kurang lengkap maka proses mendiagnosa penyakit pasien akan terganggu dan hal ini menyebabkan petugas kesehatan harus merujuk pasien kerumah sakit sehingga akan berdampak pada meningkatnya angka rujukan ke rumah sakit. (9) Ketersediaan dan kecukupan obat mempengaruhi kemampuan puskesmas dalam menangani berbagai jenis penyakit pasien, obat dan bahan habis pakai yang tidak memenuhi kebutuhan menyebabkan dokter maupun petugas kesehatan meminta pasien membeli obat di luar puskesmas bahkan memutuskan merujuk pasien. Kabupaten Pesisir Selatan adalah salah satu wilayah kerja BPJS Kesehatan Kantor Cabang Painan yang memiliki Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sebanyak 22 yang terdiri dari 18 puskesmas, 1 dokter umum praktek mandiri, 1 klinik gigi, 1 klinik polri dan 1 klinik TNI. Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan sekunder yang didapat di BPJS Kesehatan Cabang Painan untuk presentase rujukan peserta BPJS Kesehatan di puskesmas periode Januari 2015 hingga Juli 2015 terdapat 3 puskesmas yang memiliki presentase rujukan diatas 12%. Puskesmas Salido 19%, Puskesmas Tarusan 19% dan Puskesmas Pasar Baru 16%. (10) Puskesmas Salido adalah salah satu puskesmas di Kabupaten Pesisir Selatan yang menjadi Provider BPJS Kesehatan dengan total Peserta BPJS Kesehatan terbanyak dibandingkan PPK lain yaitu 19.096 jiwa terdaftar pada bulan Januari hingga 19.579 jiwa terdaftar pada bulan Juli 2015 namun untuk rasio rujukan Puskesmas Salido memiliki rasio rujukan tertinggi yaitu 19%. Dari hasil survey awal yang dilakukan dengan melakukan wawancara dengan Pemegang Program JKN Puskesmas Salido diketahui bahwa yang memicu meningkatnya rasio rujukan di puskesmas ini adalah kurangnya penerapan kebijakan pelaksanaan rujukan di puskesmas seperti masih adanya

5 petugas kesehatan yang memberikan rujukan kepada pasien tanpa indikasi medis yang tepat, seringnya tenaga kesehatan terutama dokter tidak berada di puskesmas, keterbatasan fasilitas serta alat kesehatan untuk mendukung penegakan diagnosa penyakit pasien, seringnya terjadi kekosongan obat khususnya obat untuk penyakit kronis serta kurangnya sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat tentang pelaksanaan rujukan di puskesmas. Tingginya rasio rujukan peserta JKN di puskesmas akan berdampak pada pemotongan biaya kapitasi puskesmas serta akan berdampak pada peningkatan pemanfaatan fasilitas pelayanan tingkat lanjut yang akan mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya pelayanan kesehatan. Melihat masalah yang ada, maka peneliti tertarik untuk menganalisis Pelaksanaan Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di P uskesmas Salido Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pelayanan rujukan rawat jalan poli umum program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Salido Kabu paten Pesisir Selatan tahun 2015 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya informasi mengenai pelaksanaan pelayanan rujukan rawat jalan poli umum program Jaminan Kesehatan nasional (JKN) di Puskesmas Salido Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015.

6 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya informasi tentang input dari pelaksanaan pelayanan rujukan rawat jalan poli umum program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Salido Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015 yang meliputi kebijakan, tenaga pelaksana, pengetahuan tenaga kesehatan dan ketersediaan obat. 2. Diketahuinya informasi tentang proses dari pelaksanaan pelayanan rujukan rawat jalan poli umum program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Salido Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015 meliputi sarana prasaran, sosialisasi dan koordinasi. 3. Diketahuinya informasi tentang output dari pelaksanaan pelayanan rujukan rawat jalan poli umum program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Salido Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015 yaitu terlaksananya pelaksanaan rujukan yang optimal di Puskesmas Salido Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Puskesmas Sebagai masukan dan evaluasi bagi pihak Puskesmas Salido Kabupaten Pesisir Selatan dalam sistem pelaksanaan pelayanan rujukan sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari input, proses, output pelaksanaan pelayanan rujukan selanjutnya. 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dan sumbangsih pemikiran bagi para akademisi dan pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam penelitian selanjutnya tentang sistem pelaksanaan pelayanan rujukan.

7 1.4.3 Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisa pelaksanaan pelayanan rujukan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas S alido Kabupaten Pesisir Selatan serta dapat mengaplikasikan ilmu selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi oleh input, proses, dan output pada pelaksanaan pelayanan rujukan rawat jalan poli umum di Puskesmas Salido Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015.