HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN FREKUENSI SAKIT PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN

dokumen-dokumen yang mirip
Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Selvina Ismalia Assegaf 2, Fitria Siswi Utami 3 INTISARI

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG ASI PERAH TERHADAP PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS SIMPANG BARU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby

TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA BAYI USIA DIBAWAH 6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG ABSTRACT

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI PUSKESMAS PAKUALAMAN YOGYAKARTA

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Disusun Oleh: Wiwiningsih

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KERUGIAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS MEI MUHARTATI YOGYAKARTA TAHUN 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI KELURAHAN JOYOSURAN SURAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

HUBUNGAN STATUS EKONOMI ORANGTUA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BAKI SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kemaraya Kota Kendari

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DUSUN IX DESA BANDAR SETIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

DINA WAHYU ROSYADI J

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAYI BARU LAHIR PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH BANTUL

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12 BULAN DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU PENCATATAN DAN PELAPORAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

STUDI KOMPARATIF PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DAN TANPA DIBERI MP-ASI

Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. Oleh : Daniel

KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH MOTHER OF CONDUCT GIVING FOOD COACH ASI (MP-ASI) IN THE VILLAGE KEMUNING, NGARGOYOSO, KARANGANYAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN DAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG METODE MEMPERLANCAR PENGELUARAN AIR SUSU IBU (ASI)

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENYUSUI DENGAN PELAKSANAAN TEKNIK MENYUSUI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6-11 BULAN DIKELURAHAN KARUWISI UTARA KOTA MAKASSAR

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG DIBERI SUSU FORMULA DI KECAMATAN NGAWI SKRIPSI

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BARATAN KECAMATAN BINAKAL KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2014

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

GAMBARAN PARITAS DAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI BPM HUSNIYATI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ERLIAN AWAL SETIANI R

Sri Janatri* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

PERBEDAAN STATUS GIZI ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI DENGAN BAYI YANG DIBERI PASI PADA BAYI KURANG DARI 6 BULAN DI DESA KATEGUHAN KECAMATAN SAWIT

STUDI BEBERAPA KARAKTERISTIK KELUARGA DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BALITA DI KOTA TASIKMALAYA Oleh : Jumli 1, Lilik Hidayanti 2, Nur Lina 3

Transkripsi:

Yuni Uswatun Khasanah dkk, Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan frekuensi... HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN FREKUENSI SAKIT PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN 41 Yuni Uswatun Khasanah, Desi Marlinda Rahayu Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Jl. Pemuda Gandekan Bantul Yogyakarta email: yunifindra@yahoo.co.id Abstrak: Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan Frekuensi Sakit pada Bayi Umur 6-12 Bulan. Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan utama dan paling sempurna bagi bayi usia 0-6 bulan. Pemberian ASI eksklusif merupakan perlindungan yang terbaik pada bayi. Namun cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif di Kabupaten Bantul tahun 2013 sebesar 62,5 % menurun bila dibandingkan tahun 2012 sebanyak 63,51%. Bayi (0-1 tahun) yang mendapatkan ASI eksklusif lebih jarang terserang penyakit dibandingkan dengan bayi yang memperoleh susu formula. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi kejadian sakit pada bayi umur 6-12 bulan di Puskesmas Sanden Bantul Yogyakarta. Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan retrospektif. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Populasi berjumlah 102 responden, dengan sampel berjumlah 51 responden. Analisis menggunakan uji chi square dan koofisien kontingensi untuk mengetahui keeratan hubungan. Hasil dari penelitian ini diketahui karakteristik ibu bayi, umur sebagian besar berumur 20-35 tahun sebanyak 43 orang (84,3%), pendidikan sebagian besar lulusan SMA/SMK sebanyak 33 orang (64,7%), dan status pekerjaan sebagian besar bekerja sebanyak 42 orang (82,4%). Sebagian besar responden tidak memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 31 orang (60,8%). Frekuensi sakit pada anak sebagian besar dalam kategori sering sebanyak 29 orang (56,9%) jenis sakit yang sering dialami bayi adalah diare dengan jumlah 22 orang (43,1%). Hasil uji chi square didapatkan hasil bahwa r hitung (36,080) > r tabel (3,481) dengan nilai p-value (Asymp.sig) 0,00 lebih kecil dari 0,05 (p-value < 0,05), artinya Hα diterima dengan hasil koofisien kontingensi bernilai 0,644. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi sakit pada bayi umur 6-12 tahun di Puskesmas Sanden Bantul dengan keeratan hubungan kategori kuat. Kata Kunci: ASI eksklusif, frekuensi sakit, bayi Abstract: The Relationship between Exclusive Breastfeeding with Sickness Frequency in Infants Aged 6-12 Months. Breastmilk (ASI) is the main source of food and most perfect for babies aged 0-6 months. Exclusive breastfeeding is the best protection for babies. But the coverage of exclusively breast-fed infants in Bantul district in 2013 was 62.5%, decreasing when it was compared to the year of 2012 that is as much as 63.51%. Infants (0-1 year) who were exclusively breastfed seldom suffered from any disease compared to those obtained formula milk. The purpose of this study was to determine the relationship of exclusive breastfeeding with the illness frequency in infants aged 6-12 months in Puskesmas Sanden, Bantul, Yogyakarta. This research method was descriptive analytic study with a retrospective approach. The sampling technique used accidental sampling. Population was 102 respondents, with a total sample of 51 respondents. Analysis using chi square test and contingency coefficient is used to determine the relationship. The results of this study are known that the characteristics of the baby s mother, aged 20-35 years old as many as 43 people (84.3%), SMA/ SMK (Senior/ Vocational High School) graduates as many as 33 people (64.7%), and employment status, mostly work as many as 42 people (82.4%). Most respondents did not give exclusive breastfeeding, as many as 31 people (60.8%). Frequency of sickness in children is as many as 29 people (56.9%) the kind of sickness that is often experienced by babies is diarrhea with the number of 22 people (43.1%). Chi square test results showed that the count r (36.080) > r table (3.481) with a p-value (Asymp.Sig) 41

42 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 1, hlm 41-48 0.00 less than 0.05 (p-value < 0.05), meaning that Hα accepted with the result worth the contingency coefficient 0.644. The conclusion of this study is that there is a relationship between the exclusive breastfeeding with the frequency of sickness in infants aged 6-12 years in Puskesmas Sanden Bantul with the strong category relationship. Keywords: exclusive breastfeeding, frequency of pain, baby Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan utama dan paling sempurna bagi bayi usia 0-6 bulan. Untuk itu perlu diberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Menurut World Health Organization (WHO) (2001) pemberian ASI eksklusif adalah bayi yang menyusui ASI saja tanpa ada penambahan cairan atau padatan selain vitamin, mineral, suplemen atau obat-obatan. ASI merupakan makanan bayi ciptaan Tuhan yang tidak tergantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Hak setiap bayi untuk mendapatkan ASI dan hak ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Oleh karena itu WHO dan United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama paling sedikit enam bulan pertama kehidupan bayi, dan mulai dengan makanan pelengkap setelah bulan keenam dan terus menyusui sampai bayi berusia dua tahun (WHO, 2005). Berdasarkan penelitian WHO di enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui, bayi berusia dibawah dua bulan angka kematiannya meningkat menjadi 48% (Roesli, 2008). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Cohen dan kawan-kawan di Amerika pada tahun 1995 melaporkan bahwa 25% ibu-ibu yang memberikan ASI secara eksklusif pada bayi dan 75% ibu-ibu yang memberikan susu formula pada bayi. Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif lebih jarang terserang penyakit dibandingkan dengan bayi yang memperoleh susu formula, karena susu formula memerlukan alat-alat yang bersih dan perhitungan takaran susu yang tepat sesuai dengan umur bayi. Hal ini membutuhkan pengetahuan ibu yang cukup tentang dampak pemberian susu formula (Roesli, 2008). Menurut Saleha (2009) pemberian ASI sejak lahir pada bayi secara terus menerus merupakan perlindungan yang terbaik pada bayi karena bayi dapat terhindar dari penyakit dan memiliki zat anti kekebalan 10-17 kali daripada susu matur. ASI memiliki kandungan gizi yang dibutuhkn oleh bayi. ASI mengandung antibodi dan lebih dari 100 jenis zat gizi yaitu Asam Arachidonat (AA), Docosahexaenoic Acid (DHA), taurin dan spingomyelin. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi di Indonesia menunjukkan peningkatan dari 33,6% pada tahun 2010 menjadi 38,5% pada tahun 2011 dan 48,6% pada tahun 2012 (Riskesdas, 2012). Walaupun menunjukkan peningkatan, pada kenyataannya target cakupan ASI Ekslusif menurut target Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 80% masih sulit dilaksanakan. Cakupan pemberian ASI eksklusif sangat dipengaruhi beberapa hal, antara lain masih terbatasnya tenaga konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan, belum tersosialisasi secara merata Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, belum maksimalnya kegiatan edukasi, advokasi dan kampanye pemberian ASI maupun MP-ASI (Kemenkes RI, 2014). Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu 42,70% jauh lebih rendah dari target cakupan ASI Eksklusif nasional (Dinkes Bantul, tahun 2014). Cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif di Kabupaten Bantul tahun 2013 sebesar 62,5% menurun bila dibandingkan tahun 2012 yaitu sebanyak 63,51%. Pencapaian cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Bantul masih berada dibawah target SPM. Beberapa kecamatan cakupan ASI sangat rendah

Yuni Uswatun Khasanah dkk, Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan frekuensi... 43 yaitu kurang dari 50% yaitu kecamatan Bantul, yang memeriksakan bayinya di Puskesmas Sanden Pajangan, Bambanglipuro, Pundong, Sanden, diambil sampel sebanyak sepuluh, dilakukan wawancara tentang kejadian sakit meliputi demam, Sewon I, Dlingo II dan Kasihan II. Kecamatan Sanden terdiri dari Desa Srigading, Murtigading, batuk pilek, ISPA dan diare, tiga orang mengatakan memberikan ASI eksklusif dan bayinya sakit Gadingharjo dan Gadingsari cukup rendah yaitu 42,3% (Dinkes Bantul, 2014). sebanyak tiga kali/ tiga bulan terakhir. Sedangkan tujuh ibu yang lainnya tidak memberikan ASI Bukti ilmiah terbaru yang dikeluarkan oleh Jurnal Paediatrics pada tahun 2006, menyajikan data bahwa bayi yang diberi susu formula, kali/ tiga bulan terakhir. Dapat disimpulkan bahwa eksklusif, mengatakan bayinya sakit > dari tiga memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia tujuh bayi mengalami sakit > tiga kali/ tiga bulan pada bulan pertama kelahirannya. Pada bayi yang terakhir (sering) dan tiga bayi mengalami sakit diberikan susu formula memiliki peluang 25 kali tiga kali/ tiga bulan terakhir (jarang). lebih tinggi terjadi kemungkinan untuk meninggal Berdasarkan latar belakang tersebut maka pada bulan pertama kelahirannya dibandingkan penulis melakukan penelitian bertujuan: 1) untuk bayi yang disusui secara eksklusif. Banyaknya kasus kurang gizi pada anak-anak berusia di bawah mas Sanden Bantul Yogyakarta, 2) untuk menge- mengetahui pemberian ASI eksklusif di Puskes- dua tahun yang sempat melanda beberapa wilayah tahui frekuensi kejadian sakit pada bayi, 3) untuk Indonesia dapat diminimalisir melalui pemberian mengetahui adakah hubungan antara pemberian ASI eksklusif. Oleh sebab itu sudah sewajarnya ASI eksklusif dengan frekuensi kejadian sakit ASI eksklusif dijadikan sebagai prioritas program pada bayi, 4) untuk mengetahui keeratan hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan freku- di negara berkembang (Gatra, 2006). Selain dampak negatif yang dapat terjadi pada ibu, pemberian ensi sakit pada bayi. ASI yang tidak eksklusif juga memberi dampak yang tidak baik bagi bayi. Adapun dampak yang METODE dapat terjadi pada bayi yang tidak mendapat ASI Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian tanpa memberikan eksklusif yaitu memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi perlakuan yang sengaja untuk mengakibatkan atau yang mendapat ASI eksklusif (Kemenkes, 2010). menimbulkan suatu gejala atau keadaan. Penelitian Kejadian sakit Pneunomia di Bantul pada tahun ini menggunakan pendekatan retrospektif dengan 2015 penyakit Pneumonia Balita di Kabupaten melihat kejadian yang telah lampau. Populasi adalah seluruh objek atau subjek yang mempunyai ku- Bantul dilaporkan sebanyak 1004 kasus, dan telah ditangani (100%) sesuai tatalaksana penanganan antitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan pneunomia balita. Kasus penyakit meningkat bila oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik dibandingkan tahun 2014 sebanyak 849 kasus. kesimpulannya (Hidayat, 2010). Populasi dalam Selain itu kejadian sakit karena pemberian ASI tidak eksklusif adalah diare. Angka kesakitan diare pengambilan sampel menggunakan teknik acci- penelitian ini berjumlah 102 responden. Teknik mengalami peningkatan dari 14,4% menjadi 22%. dental sampling, dengan jumlah sampel sebanyak Hal ini begitu sangat memprihatinkan (Dinkes 51 responden. Sampel diambil dari ibu yang mempunyai bayi umur 6 sampai 12 bulan yang datang Bantul, 2014). Data hasil studi pendahuluan pada bulan berobat ke Puskesmas Sanden Bantul. Instrumen Desember 2015 di Puskesmas Sanden Bantul, yang digunakan dalam penelitian ini adalah ceklist jumlah total ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 yang dibuat oleh peneliti dengan mengembangkan bulan sebanyak 102 orang. Dari 102 orang ibu berbagai sumber dan hasil penyusunan ceklist ti-

44 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 1, hlm 41-48 dak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena jenis pertanyaan yang bersifat pernyataan. Ceklist tentang sejumlah pertanyaan mengenai pemberian ASI eksklusif sebanyak sepuluh pertanyaan dan tentang frekuensi sakit bayi lima pertanyaan. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan dilakukan pada saat jadwal imunisasi di Puskesmas Sanden. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, yaitu mendeskripsikan variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat digunakan untuk meneliti variabel tentang pemberian ASI eksklusif dan frekuensi sakit. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel yang dipilih. Rumus yang digunakan yaitu : x P = x 100% n Keterangan: P : Persentase x : Jumlah tiap variabel n : Jumlah seluruh responden Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan dengan analisis bivariat, yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmojo, 2012). Analisis bivariat yang digunakan untuk mencari dua hubungan antara dua variabel dimana variabel x dan variabel y dalam kategori nominal. Analisis menggunakan rumus ChiSquare dengan signifikansi 0,05 (Riwidikdo, 2009) Rumus Chi-square yang digunakan adalah sebagai berikut: x 2 Keterangan: X 2 : chi-square Fo : frekuensi yang diobservasi Fh : frekuensi yang diharapkan HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Analisis ini digunakan untuk menjelaskan masing-masing variabel yang meliputi pemberian ASI eksklusif dan frekuensi sakit. Analisis univariat meliputi distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan ibu, serta jenis sakit bayi. Tabel 1. Distribusi Umur Ibu Responden Umur F % <20 tahun 5 9,8% 20-35 tahun 43 84,3% 35 tahun 3 5,9% Data tabel 1. menunjukkan umur responden mayoritas pada rentang 20-35 tahun sebanyak 43 orang (84,3%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendidikan Ibu Responden Pendidikan F % SD 1 2,0% SMP 11 21,6 % SMA/SMK 33 64,7% DIII/PT 6 11,8% Data tabel 2. menunjukkan pendidikan responden paling banyak adalah SMA/SMK dengan jumlah 33 orang (64,7%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pekerjaan Responden Pekerjaan F % Tidak Bekerja 9 17,6% Bekerja 42 82,4% Data tabel 3. menunjukkan sebagian besar responden memiliki pekerjaan dengan jumlah 42 orang (82,4%).

Yuni Uswatun Khasanah dkk, Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan frekuensi... 45 Tabel 4. Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Data tabel 5. menunjukkan bahwa sebagi- Sakit Bayi an besar responden tidak memberikan ASI secara Jenis Sakit F % Demam 18 35,3% eksklusif dengan jumlah 31 orang (60,8%). Diare 22 43,1% Batuk 11 21,6% Pilek 16 31,4% Tabel 6. Distribusi Frekuensi berdasarkan Frekuensi Sakit Frekuensi Sakit F % Sering 29 56,9% Data tabel 4. menunjukkan jenis sakit Jarang 22 43,1% yang sering dialami bayi adalah diare dengan jumlah 22 orang (43,1%). Tabel 5. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pemberian ASI Pemberian ASI F % Tidak Eksklusif 31 60,8% Eksklusif 20 39,2% Data tabel 6. menunjukkan mayoritas responden sering mengalami sakit sebanyak 29 orang (56,9%). Tabel 7. Hubungan Pemberian ASI dan Frekuensi Sakit Pemberian Frekuensi Sakit ASI Sering % Jarang % % Tidak Eksklusif 28 54,9 3 5,9 31 60,8 Eksklusif 1 2,0 19 37,3 20 39,2 Total 29 56,9 22 43,1 51 100 p-value 0,00 Dari tabel 7. didapatkan hasil bahwa r hitung (36,080) > r tabel (3,481) dengan nilai p-value (Asymp.sig) 0,00 lebih kecil dari 0,05 (p-value < 0,05), artinya Hα diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi sakit pada bayi umur 6-12 tahun di Puskesmas Sanden Bantul. Hubungan penelitian menurut besarnya koefisien kontingensi memberikan penilaian tingkat kekuatan hubungan dua variabel. Pada penelitian ini koefisien kontingensi bernilai 0,644 yang berarti tingkat hubungan kedua variabel kuat. PEMBAHASAN ASI merupakan sumber makanan utama dan paling sempurna bagi bayi usia 0-6 bulan. Untuk itu harus diterapkan pola makan yang sehat agar zat gizi yang dibutuhkan dapat dipenuhi melalui ASI. (Marmi dan Rahardjo, 2012). Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya kepada bayi yang telah dilahirkannya. Kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi ibu demi keselamatan bayi dikemudian hari. ASI diteruskan hingga bayi berumur dua tahun (Manuaba, 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI secara eksklusif dengan jumlah 31 orang (60,8%) dan secara eksklusif 20 orang (39,2%). Berbagai faktor yang mempengaruhi pemberian ASI seperti faktor umur, pendidikan, pekerjaan dan faktor masalah ibu. Sementara itu, menyusui merupakan cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun-tahun beri-

46 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 1, hlm 41-48 kutnya (Varney, 2007). Menyusui secara eksklusif adalah memberi ASI sejak lahir hingga berumur empat bulan. Setelah itu ASI diteruskan hingga bayi berumur dua tahun (Manuaba, 2009). Dalam penelitian ini menunjukkan, bahwa ibu dengan pendidikan Diploma III seluruhnya (100%) memberikan ASI eksklusif dan bayinya jarang sakit. Terlihat bahwa dengan pendidikan yang tinggi akan meningkatkan pengetahuan dan pola asuh anak. Ibu yang bekerja juga mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, dalam penelitian ini 82,45% ibu bekerja dan 60,8% ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Ibu yang bekerja perlu meluangkan waktu untuk menyusui, memerah ASI dan mengetahui cara penyimpanan ASI. Berbeda halnya dengan pekerjaan ibu pada tabel 3. pekerjaan ibu akan mempengaruhi pola asuh bayi. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki pekerjaan dengan jumlah 42 orang (82,4%) dan tidak bekerja sebanyak 9 orang (17,6%). Ibu akan kehilangan banyak waktu untuk mengasuh anak, sehingga ASI akan diganti dengan pemberian susu formula. Pekerjaan bukan menjadi halangan bagi seorang ibu untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayinya. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mencukupi kebutuhan ASI bagi bayi yang ibunya bekerja. Seorang ibu dapat memompa atau mengeluarkan air susunya untuk ditampung dan disimpan di dalam freezer. Bila bayi membutuhkan susu maka ASI tersebut dapat langsung diberikan dengan dihangatkan terlebih dahulu tanpa mengalami kerusakan pada ASI tersebut. Kemudian saat ibu sedang bekerja bisa mengisi waktu istirahat siang dengan memompa ASI dan menampungnya ke dalam botol ASI kemudian menyimpannya di dalam coolerbag (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti menyusui (Ambarwati dan Wulandari, 2010), dan salah satu kegagalan ASI eksklusif adalah tidak adanya dukungan dari tempat bekerja dalam menyediakan ruang ASI (JIK Juni 2016). Banyak penelitian menyimpulkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih sering mengalami sakit. Demikian pula hasil penelitian menunjukkan frekuensi sakit bayi mayoritas sering mengalami sakit sebanyak 29 orang (56,9%) dan jarang sakit 21 orang (43,1%). Sistem imunitas khususnya pada masa transisi atau masa bayi belum terbentuk sempurna untuk melawan bakteri, virus dan parasit. Sebagian besar bayi baru lahir, dilahirkan dalam kondisi sehat, namun beberapa bayi dapat mengalami keadaan-keadaan yang membutuhkan pemeriksaan. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi maupun sakit. Bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih rentan terhadap sakit dan mengalami frekuensi sakit lebih banyak (Prasetyono, 2009). Jika dilihat dari segi karakteristik umur pada tabel 1. menunjukkan umur responden mayoritas pada kelompok usia 20-35 tahun dengan jumlah 43 orang (84,3%). Pada usia 20-35 tahun, hendaknya ibu mampu dan siap dalam segi psikologis untuk mengasuh anak. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan untuk mengasuh anak semakin membaik (Erfandi, 2009). Hal ini sejalan dengan penelitian Santi (2014) yang mengungkapkan bahwa usia dianggap sebagai faktor yang relevan dalam soal senioritas, tingkat tanggung jawab dan dipandang sebagai orang yang lebih kompeten pada yang mereka lakukan seperti mengasuh dan merawat anak. Pada penelitian Santi, mayoritas usia ibu pada rentang reproduksi sehat, yaitu 20-35 tahun. Analisis data hubungan antara pemberian ASI dengan frekuensi sakit bayi menggunakan analisis Chi Square didapatkan hasil bahwa r hitung (36,080) > r tabel (3,481) dengan nilai p-value (Asymp.sig) 0,00 lebih kecil dari 0,05 (p-value < 0,05), artinya Hα diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi sakit pada

Yuni Uswatun Khasanah dkk, Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan frekuensi... 47 bayi umur 6-12 tahun. Hubungan penelitian menurut besarnya koefisien kontingensi memberikan penilaian tingkat kekuatan hubungan dua variabel. Pada penelitian ini koefisien kontingensi adalah 0,644 dengan tingkat hubungan kuat. Dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi sakit bayi usia 6-12 bulan. Seperti ditunjukkan pada tabel 7. bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sering mula yang berarti akan memperkecil pengeluaran keluarga. Menyusui bayi memberikan manfaat bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan. ASI juga dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi lantaran mengandung zat penangkal penyakit, yakni imunoglobulin. ASI bersifat praktis, mudah diberikan kepada bayi, murah, dan bersih (Prasetyono, 2012). mengalami sakit (54,9%) dan yang mendapatkan ASI eksklusif 37,3% jarang sakit. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi seimbang dan disesuaikan dengan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitas. ASI juga dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi karena mengandung zat penangkal penyakit, yakni imunoglobulin. ASI bersifat praktis, mudah diberikan kepada bayi, murah, dan bersih. Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih rentan terhadap penyakit karena tidak mendapatkan imunoglobulin dari ibu. Bayi akan mudah terserang berbagai penyakit seperti Diare, ISPA, Demam, Influenza dan Batuk (Sudarti dan Fauziah, 2012). Hal tersebut sesuai dengan hasil dalam penelitian ini yang KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa karakteristik ibu bayi sebagaian besar berumur 20-35 tahun, sebagaian besar pendidikan adalah SMA/SMK sebagaian besar bekerja, responden sebagian besar (60,8%) tidak memberikan ASI secara eksklusif, frekuensi sakit sebagian besar dengan kategori sering (56,9%), dan jenis sakit adalah diare dan terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi sakit pada bayi umur 6-12 tahun di Puskesmas Sanden Bantul dengan keeratan hubungan berkategori kuat. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dan wawasan pengetahuan khususnya tentang pemberian ASI dan frekuensi sakit pada bayi. menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif lebih jarang sakit daripada yang tidak esksklusif. Hal ini membuktikan bahwa ASI mengandung antibodi (imunoglobulin) dari ibu sehingga bayi terhindar dari penyakit. DAFTAR RUJUKAN Ambarwati R. E dan Wulandari D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Penelitian Setyowati dan Khilmiana Dinkes Bantul. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten (2010), mengungkapkan bahwa ASI eksklusif mencakup manfaatnya bagi bayi maupun bagi sang ibu maupun bagi keluarga secara umum. Jika dilakukan dengan baik, maka ASI eksklusif merupakan nutrien utama bagi bayi, sedangkan bagi ibu menyusui dapat mencegah beberapa penyakit ibu serta aspek psikologis. Selain itu pemberian ASI eksklusif berdampak pada aspek ekonomi, dimana kebutuhan ASI cukup untuk memberikan nutrisi kepada bayi dengan tidak diperlukannya susu for- Bantul Tahun 2013. Yogyakarta. Gatra. 2006. ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi di Indonesia. Jakarta. http:// arsip.gatra.com/2006-08-09/artikel.php?id=96911. Di akses pada tanggal 20 Desember 2015. Hidayat, A. A. A.2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. KemenKes RI. 2010. Rencana Strategis Kemente-

48 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 1, hlm 41-48 rian Kesehatan Tahun 2010-2014. Jakarta. KemenKes RI. 2014. Acara Puncak Pekan ASI Sedunia (PAS). Jakarta: KemenKes RI. http://gizi.depkes.go.id/acara-puncak- -pekan-asi-sedunia-tahun-2014. Diakses tanggal 29 Desember 2015. Marmi dan Rahardjo K. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Notoatmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prasetyono D. S. 2009. ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik dan Kemanfaatan Kemanfaatannya. Yogyakarta: Diva Press. Prasetyono D. S. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press. Riwidikdo H. 2009. Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Roesli U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Saleha S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Santi M. Y. 2014. Implementasi Kebijakan Pemberian ASI Eksklusif Melalui Konseling oleh Bidan Konselor. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8. Setyowati W. Dan Khilmiana R. 2010. Hubungan pengetahuan tentang ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja dengan Pemberian ASI Eksklusif. AKBID Abdi Husada Semarang. Sudarti dan Fauziah A. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Varney H dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. World Health Organization. 2001. The optimal duration of exclusive breastfeeding: report of an expert consultation. Geneva: WHO, Department of nutrition for health and development and department of child and adolescent health and developmen. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016. World Health Organization. 2005. Guiding principles on feeding nonbreastfed children 6 to 24 months of age. Geneva: World Health Organization. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.