BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

Kuesioner. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ketepatan Pemberian MPASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

I. PENDAHULUAN. makanan tunggal bagi bayi normal sampai usia 6 bulan. Selain itu, ASI

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah berusia 6 bulan sampai bayi

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2003) dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN SECARA DINI DENGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN BAYI DI BPM BIDAN NENI BEKASI JAWA BARAT TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Sulastri, 2004 dalam Pardosi, 2009). Pemberian makanan tambahan pada bayi adalah pemberian makanan atau minuman yang mengandung zat gizi pada bayi atau anak usia 6-12 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi setelah pemberian ASI eksklusif (Depkes RI, 2007 dalam Pardosi, 2009). Pemberian makanan tambahan pada bayi harus dilakukan secara bertahap untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah, menelan, dan mampu menerima bermacam-macam bentuk makanan yaitu dan cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek, dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001 dalam Pardosi, 2009 ). Fenomena yang terjadi di masyarakat bahwa ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif lebih memilih memberikan susu formula atau makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Sebagian ibu menganggap bahwa dengan memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan bayi tidak akan merasa kelaparan lagi. Di samping itu, masih banyak ibu yang belum mengetahui manfaat pemberian ASI eksklusif. Hal ini berbahaya dilihat dari sistem pencernaan bayi belum sanggup mencerna atau menghancurkan makanan secara sempurna (Boedihardjo, 1994 dalam pardosi, 2009). 1

2 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional menyatakan bahwa persentase ibu yang memberi makanan tambahan terlalu dini kepada bayi usia 2-3 bulan sebanyak (32%) dan bayi usia 4-5 bulan sebanyak (69%) di Indon esia (Susenas, 2002 dalam Pardosi, 2009). World Health Organitation (WHO) 2008 mencatat jumlah ibu yang memberi makanan tambahan pada bayi di bawah usia 2 bulan mencakup 64% total bayi yang ada, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 46 bulan (Roesli, 2000 dalam Pardosi, 2009). Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002 menunjukan bahwa bayi (33,11%) sudah mendapatkan makanan tambahan sebelum usia 4 bulan, bayi (78,23%) sudah mendapat makanan tambahan saat bayi usia 4 bulan atau lebih (Depkes RI, 2002 dalam Pardosi, 2009). Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur menyebutkan selama tahun 2007 dari total 11,01 bayi yang diperiksa terdapat 10.071 bayi sudah diberi MP-ASI sebelum berusia 6 bulan (Anonim, 2007). Sedangkan data dinas kesehatan Banyuwangi bagian kesehatan keluarga didapatkan data cakupan pemberian MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan sebesar 61,93 %. Di desa Wringinpitu yang merupakan wilayah puskesmas Tegaldlimo terdapat 55 bayi yang berumur 6-12 bulan. 72,7% (40 bayi) sudah diberi makanan tambahan sebelum berumur 6 bulan, sisanya 27,3 (15 bayi) di beri makanan tambahan setelah umur 6 bulan (Roesli, 2002 ). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Manalu mengenai Pola Makan dan Penyapihan Serta Hubungannya dengan Status Gizi Batita di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008 dari 41 orang bayi didapatkan bahwa (92,68%) bayi mendapatkan makanan tambahan

3 dalam bentuk bubur, dan (7,26%) dalam bentuk nasi. Dari penelitian tersebut pemberian makanan tambahan pada bayi usia 2 bulan (75,61%), 5-7 bulan (19,51%), dan selebihnya 3-4 bulan (4,88%). Dari penelitian tersebut juga didapatkan rata-rata pemberian makanan tambahan pada bayi dengan frekuensi 2 kali sehari (63,41%), 3 kali sehari (26,83%), dan satu kali sehari (9,36%). Semua bayi yang diteliti mengkonsumsi beras dan ubi sebagai makanan tambahan bayi yang utama 1-3 kali sehari, sumber protein adalah ikan asin(80,49%), telur dan daging 1 kali seminggu(19,51%). Semua bayi yang diteliti kekurangan konsumsi buah untuk frekuensi 1-3 kali seminggu (100%) (Manalu, 2008 dalam Pardosi, 2009 ). Menurut data dari Dinas kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ponorogo 2013 angka bayi usia (6 12 bulan) adalah Kecamatan Sukorejo sebesar 766 anak, kemudian Kecamatan Ngrayun ada 764 anak dan Kecamatan Jenangan ada 442, selama bulan Agustus 2014 didesa Jimbe ada 40 bayi yang berusia 6-12 bulan. Fenomena yang saya peroleh didesa Jimbe yaitu ada ibu yang memberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, dan bubur instan sebelum bayi berusia 6 bulan. Dalam usia 6 12 bulan bayi masih menjadi konsumen pasif, artinya bayi lebih banyak mengonsumsi makanan yang sudah kita pilihkan dari sinilah sebenarnya bayi mulai belajar perihal pola makan. Bagaimana pola makan yang ditanamkan pada saat ini akan menentukan kebiasaan pada bayi. Selama usia 6 12 bulan lidah bayi hanya mengenal rasa manis dari air susu ibu sehingga makanan yang diberikan tidak begitu dirasakan oleh bayi. Pemberian makanan pada usia 6 12 bulan sangat menentukan apakah adanya reaksi alergi pada makanan dan makanan apa yang harus dihindari untuk bayi usia 6 12

4 bulan, maka dari itu para ibu harus mengetahui bagaimana cara memperkenalkan makanan pada bayinya (Kalies, 2005 dalam Wardani, 2012). Pemberian makanan tambahan pada usia dini terutama makanan padat justru menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan (Pudjiadi, 2003 dalam Murniningsih, 2008). Sedangkan pemberian cairan tambahan meningkatkan risiko terkena penyakit. Karena pemberian cairan dan makanan padat menjadi sarana masuknya bakteri patogen. Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare, terutama dilingkungan yang kurang hygienis dan sanitasi lingkungan. Banyak sekali alasan kenapa orang tua memberikan makanan tambahan 6 12 bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau bayinya kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Kadang anak yang menangis terus di anggap sebagai anak yang tidak kenyang padahal menangis bukan semata-mata tanda bayi lapar. Belum lagi masalah banyak anggapan di masyarakat kita seperti oarang tua terdahulu. Alasan lainya juga bisa dari tekanan lingkungan (WHO, 2001 dalam Wardani, 2012). Bayi bisa menjadi kebal dan dapat teridentifikasi makanan yang menyebabkan alergi dan penyakit makanan dan perilaku ibu yang baik sebagai dibutuhkan selama proses pengenalan makanan untuk bayi, ibu diharapkan mau dan teliti untuk mempraktekkan bagaimana cara memperkenalkan bayi, kapan waktu pemberiannnya dan bagaimana jadwal pemberiannya. Dari pernyataan di atas maka perlu diadakan penyuluhan untuk ibu-ibu yang

5 mempunyai bayi 6-12 bulan tentang memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6-12 bulan. Sehingga masyarakat akan tahu betapa pentingnya memperkenalkan makanan tambahan kepada bayi 6-12 bulan dalam membantu proses mengidentifikasi apakah ada reaksi alergi makanan terhadap bayi selain itu agar bayi bisa beradaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi. Dalam hal ini perilaku merupakan dominan yang sangat penting untuk terberntuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman penelitian perilaku yang di dasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 dalam Wardani, 2012). Dengan melihat dari latar belakang masalah di atas, peneliti ingin meneliti tentang Perilaku ibu dalam pemberian makanan tambahan pada bayi usia 6 12 bulan di Desa Jimbe Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku ibu dalam pemberian makanan tambahan pada bayi usia 6 12 bulan di Desa Jimbe, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. 1.3 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perilaku ibu dalam pemberian makanan tambahan pada bayi usia 6 12 bulan di Desa Jimbe, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo.

6 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi IPTEK Dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk lebih memantapkan perilaku ibu dalam memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 12 bulan. 2. Bagi Institusi Bagi dunia pendidikan untuk pengembangan ilmu dan teori keperawatan anak yang telah ada dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk kegiatan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Peneliti Peneliti dapat mengaplikasikan teori peneliti yang secara langsung dan mendapatkan informasi perilaku ibu dalam memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 12 bulan dan dapat dijadikan sebagai bahan sumber data penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Ibu Memberikan perubahan perilaku positif kepada ibu tentang bagaimana perilaku yang dilakukan orang tua dalam memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 12 bulan. 2. Bagi Masyarakat Memberikan perubahan perilaku positif tentang pentingnya memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 12 bulan.

7 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan karya tulis ini dapat digunakan untuk peneliti selanjutnya sebagai referensi untuk meneliti lebih lanjut. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Murniningsih. 2008. Hubungan antara pemberian makanan tambahan pada usia dini dengan tingkat kunjungan ke pelayanan kesehatan. Variabel yang diteliti makanan tambahan, usia dini, pelayanan kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian observasi, dengan rancangan penelitian corelational. Penelusuran data dilakukan secara retrospektif yaitu tinjauan ke belakang. Penelitian dilakukan di Kelurahan Sine Kota Sragen, dan waktu penelitian bulan April sampai Mei 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan yang berjumlah kurang lebih 48 orang. Pengambilan sampel dari Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Perhitungan besar sampel apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua dan jika lebih besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 1998). Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 48 karena jumlah populasi kurang dari 100. 2. Pardosi, Renata. 2009. Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan. Variabel yand diteliti perilaku, ibu, makanan tambahan, bayi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif untuk mengidentifikasi

8 dalam pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan.populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi usia kurang dari enam bulan dan talah memberikan makanan tambahan pada bayinya daerah penelitian berada diwilayah kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan dengan jumlah populasi ada 46 orang ibu. Waktu penelitian bulan Mei sampai Juli 2009. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling,yakni dengan memasukkan seluruh populasi menjadi sample penelitian.hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan tambahan yang diberikan ibu adalah susu formula(93,5%) dan nasi tim (23,9%). Jumlah msakanan tambahan yang diberikan ibu kurang dari 5 sendok makan adalah nasi tim(19,5%) dan biskuit (10,8%), serta susu formula lebih dari 300cc (36,9%). Waktu pemberian susu formula dan air putih (100%) diberikan pada pagi, siang, dan sore hari, serta (935,%) p ada selingan pagi dan selingan siang. Ibu memberikan nasi tim pada pagi (15,2%), siang(10,8%), dan sore (13%). Frekunsi makanan tambahan yang diberikan ibu adalah susu formula(76,1%) dan air putih(84,6%) setiap hari, makanan pokok (23,9%) nasi tim(19,5%) d an sayur hijau (13%) setiap hari, serta pisang (6,5%) 1-2 kali seminggu. Alasan ibu memberikan makanan tambahan agar bayi sehat (89,1%), dan resiko setelah pemberian makanan tambahan pada bayi sering susah buang air besar(bab) (26,1%).